Chereads / Kehidupan Baru dari Ingatan Masa Lalu / Chapter 4 - Ch.4 SITUASI YANG GENTING

Chapter 4 - Ch.4 SITUASI YANG GENTING

CHAPTER 4

(Kelas 2-3)

Baron berupaya meyakinkan Rangga, namun ditengah perhatiannya itu tiba-tiba muncul wanita memakai masker.

"Apa yang kau perhatikan Rangga,kemarin mengapa kau tiba-tiba pulang. Apa ada sesuatu yang kau takutkan di luar sana ?"

Olivia yang berada di hadapannya tersebut berupaya mengalihkan perhatian Rangga.

Namun dengan dinginnya ia menyuruh ketua OSIS tersebut pergi.

"Tidak ada yang penting".

dengan wajah yang tidak perna tersenyum, ia beranjak meninggalkan tempat itu.

"Wah sungguh anak ini, benar-benar dingin"

Sambil mengatakan hal tersebut dan menatapnya hingga keluar.

Baron heran, Ia tidak habis pikir dengan semua yang dia lihat.

"bukankah kamu ketua OSIS itu, mengapa gadis sepertimu berteman dengannya, wah ini berita yang sangat besar"

Seketika Baron beranjak pergi meninggalkan lokasi itu juga.

Ia bersikeras mengejar Rangga dan ingin menjadi teman dekatnya, namun Olivia tidak diam saja. Ia mendengar ocehan tersebut, ia kemudian berteriak.

"Woi ! apa kau mengatakan hal tentang ku, apa kau ingin menyebarkan semua berita Bodoh mu itu ? tunggu !. Apa kau ingin dipukul ? ah ! ."

Semua siswa yang ada disana merasa takut, dan Baron yang hendak mengejar Rangga seketika kabur ke arah kantin.

"Sungguh tadi itu menakutkan. Aku tidak ingin lagi bertemu dengannya".

Sementara itu .....

(Kantin sekolah)

Rani dan teman-temannya asik berbincang sambil memikirkan acara pameran yang akan diadakan Minggu depan.

Di samping itu, Rangga yang hendak membeli roti menghampiri ibu kantin, ia kebetulan tetangga dan teman baik ibunya.

"(Memegang roti dan minuman kaleng) semuanya berapa".

Ibu kantin yang menoleh kemudian melihat Rangga, terkejut.

"Bukan kah kamu Rangga ? ini aku ibu lia. yang sebelah rumah kamu".

Rangga ikut terkejut, ia tidak menyangka bahwa tetangga nya ternyata kerja di kantin sekolah.

Disamping itu, di tengah ibu Lia menjelaskan mengapa ia berada di kantin sekolah tersebut, pandangan Rani mengarah pada Rangga.

"Rangga ?. Apa yang dia lakukan bersama ibu kantin, sepertinya dia akrab. Ini kesempatan emas untuk mendekatinya"

Tiba-tiba seseorang datang menghampiri Rangga dari belakang.

"Hei Rangga !. Mengapa kau menghindariku. Aku tidak akan memakan mu loh"

Rani yang melihat Olivia datang seketika pergi menghampirinya.

"Ada apa ini ? hey Olivia, apa kau ingin menyeret Rangga lagi ke ruanganmu itu"

" apa yang kau katakan ketua PMR (Palang Merah Remaja) ini bukan urusan mu, sana pergi."

Situasi yang tidak mendukung tersebut, membuat Rangga semakin jengkel. Seluruh siswa menatap ke arah mereka, ini sebuah perbincangan besar yang bahkan menjadi tragedi kisah cinta segitiga masa SMA.

Rangga yang risih akan tatapan semua orang karena hal konyol, beranjak pergi meninggalkan situasi tersebut.

"(Ditengah kepergiannya) Sial sungguh sial,mengapa aku harus bertemu dengan mereka. Semua orang bisa salah paham, sungguh ini semakin menakutkan"

Namun di tengah perjalan Rangga menuju kelas, ia lagi-lagi dikejutkan dengan Baron.

"Oi Rangga! tunggu. Oh iya, bukan kah kita berteman, tolong temani aku ke kantin"

Dengan muka kesal Rangga tidak peduli dengan ocehan tersebut,dan pergi.

"Ia kenapa, apa yang terjadi."

(Kantin sekolah)

"Ini semua ulahmu Rani ! aku hanya ingin menjelaskan tentang rapat kemarin. Kenapa kau tiba-tiba mengatakan kejadian kemarin".

"Ah kenapa aku, lagian ini sebuah kantin bukan jam rapat OSIS" ucap Rani dengan tertawa kecil.

Seluruh siswa menyaksikan pertengkaran 2 orang penting tersebut. Di tengah pertengkaran Rani dan Olivia, Baron yang ingin berbelanja di kantin.

"oh shit ! bukan kah itu ketua OSIS, mengapa dia disini ?"

Sambil berjinjit, ia hendak ingin kabur dari situasi tersebut, namun nasi sudah jadi bubur.

Perhatian Olivia seketika menuju Baron,

Baron yang sudah tidak ingin berurusan dengannya, cabut terbirit-birit menuju kelas.

"(Lari) Sial !.Hari ini sungguh sial. Mengapa aku harus bertemu lagi dengan wanita aneh itu".

Olivia berteriak kencang.

"woi,kau tungguh!"

Rani yang memperhatikan wajah lelaki tersebut mengingatnya kalo itu siswa yang duduk bersama Rangga.

Kemudian Rani beranjak kembali ke kelas dan memikirkan idennya yang ingin mengetahui sosok Rangga lewat Ibu Lia.

(Bel berbunyi)

"Ah sungguh melelahkan Ini bukan lagi membosankan, Tapi ini benar benar menakutkan. Kenapa aku harus bertemu mereka hari ini (sambil melihat ke arah Baron) kenapa pula anak satu ini tiba-tiba ingin dekat dengan ku. Aku hanya ingin tenang saja tanpa mempedulikan apapun seperti angin yang lewat"

Dengan pikiran tersebut sambil bergumam, Rangga terbaring di meja hingga tertidur pulas.

Guru piket yang masuk kebetulan wali kelasnya.

Wali kelasnya bernama ibu Fatimah, guru bahasa Indonesia. Ia sangat peduli kepada anak walinya, terutama Rangga. Ibu Fatimah beranggapan jika Rangga adalah siswa yang baik dan rajin membantu kedua orang tuanya.

Ia bersikeras akan setiap masalah yang di hadapi Rangga bahkan sudah banyak ketidakhadirannya di absen pada jam pertama setiap ia sekolah.

(bel pulang berbunyi)

Di tengah pembelajaran berlangsung, bel berbunyi menandakan jam pembelajaran berakhir. Rangga yang mendengarnya kemudian Terbangun. Ia kaget karena sepanjang tidurnya, ibu Fatimah tidak membangunkannya.

"Ah sudah berakhir".

Seluruh pandangan siswa mengarah padanya, Baron yang hendak minta maaf karena ini usulan dari ibu Fatimah.

"Sudah, jam ibu sudah berakhir. Rangga kamu maju kehadapan ibu sebentar"

Beranjak dari tempat duduk, Rangga kemudian pergi kedepan.

"Mengapa ibu tidak membangunkanku selama jam pembelajaran ?"

"Kamu pasti lelah semalam, itulah mengapa aku tidak membangunkanmu. Kerjakan halaman ini di rumah sebagai gantinya".

Sambil memperlihatkan tugas tersebut, Rangga mengucapkan terima kasih, dan berharap ia tidak ingin seperti kejadian hari ini.

(Di luar sekolah jam pulang)

Semua siswa berbondong-bondong meniggalkan kelasnya masing-masing menuju luar. Namun di tengah langkah kaki Rangga yang hendak ingin pulang, tiba tiba Rani yang berada di sebelah kelasnya dan Olivia juga berada di samping kelas Rani menghampiri Rangga.

"Hey Rangga !" ucap Rani dengan wajah gembira.

"Rangga aku ingin mengatakan sesuatu padamu" sebuah kalimat yang membuat semua orang menoleh ke arah Olivia.

"Apa yang ingin kau katakan, apa kau akan rapat OSIS lagi ? bukan kah kemarin sudah jelas." ucap Rani dengan wajah kesal.

"Ini bukan urusanmu, sana pergi".

Rangga mulai bingun, risih, kesal, dan takut akan situasi yang menimpanya dua kali, semua siswa menatapnya lagi.

Baron yang melihat kejadian tersebut hendak merangkul Rangga dan pergi dan situasi tersebut.

"(merangkul sambil berlari) Hey lewat sini, aduh mereka berdua tidak ada malunya" ucap Baron yang tergesa-gesa untuk kabur.

Olivia dan Rani yang melihat hal itu kesal.

"Ah menyebalkan, aku belum mengatakannya pada Rangga tapi si cunguk malah membawanya pergi" ucap Olivia dengan kekesalan.

"Itu semua salahmu ketua, kau membuat perhatian yang berlebihan. sana pergi."

Dengan wajah yang kesal, Rani mengusir ketua OSIS itu, namun Olivia yang mendengar ocehan Rani seketika meninggalkan dan berkata.

"Mengapa kau selalu mengikuti Rangga ? apa kau menyukainya, ah ? "

Rani hanya diam mengabaikan perkataan tersebut, ia beranjak pergi dari situ dan keluar menuju gerbang.

"Cih, ia pasti menyukainya juga" Ucap dalam hati Olivia yang sangat kesal akan kehadiran Rani yang terus datang.

(DI luar sekolah )

Rangga dan Baron akhirnya keluar dari situasi mencekam itu.

"terima kasih" ucap Rangga dengan nada dingin.

Baron yang mendengar perkataan tersebut senang dan meminta agar Rangga menjadi sahabatnya.

"jadi kita akan jadi teman yang dekat, bukankah ini menyenangkan".

Dengan ekspresi datar Rangga mengabaikan Baron dan pergi tanpa sepata kata.

Di samping itu seorang siswa kelas 3 tidak sengaja melabrak baron dari samping hingga membuatnya tersungkur.

"Maaf gak sengaja" Dengan ucapan tidak iklhas,senior yang bernama Rehan dari kelas 3-3 itu pergi meninggalkan Baron dan menghampiri teman-temannya.

Rangga melihat hal tersebut berteriak memanggil senior itu.

" Oi, tunggu".

Baron yang tersungkur di tanah kemudian berdiri, Rehan yang melihat Baron beranggapan bahwa ia meneriakinya.

"Ada apa ? apa kau ingin berkelahi ? ah ?"

(Baron yang ketakutan) Rangga yang mendengar ocehan tersebut berkata

"aku yang memanggilmu tadi, apa yang kau lakukan pada temanku".

Rehan seketika menoleh dari samping, dengan tatapan menakutkan ia berkata

"ah ? kau sampah yang bahkan tidak tahu waktu, kenapa kalo dia temanmu, apa yang akan kau lakukan, kau ingin memukulku ? (sambil menampakkan pipinya dan menertawakan Rangga) hey sadarlah sampah !".

Rangga mengabaikan perkataan itu dan beranjak membantu Baron berdiri.

Tapi tiba-tiba.....

(To be continued)