CHAPTER 2
(Depan gerbang sekolah)
Suasana jam pulang ,Terlihat Rani menunggu seseorang di bawa pohon.
(Suasana dalam sekolah)
kelas 2-1 rapat OSIS.
"Jadi kita akan memulai rapat ini tentu saja aku membawa orang yang tidak perna kalian lihat"
Dengan nada yang tegas sambil menatap seluruh anggota OSIS.
"Bukanka itu si pemalas, tukang tidur ! ah ? apakah ini nyata ?"
Seorang siswa anggota OSIS keheranan hadirnya Rangga.
"Aku tidak bisa menjelaskan semuanya. Baiklah waktu kita tidak banyak, ini akan jadi rapat yang panjang".
Sambil menatap Rangga Olivia tegas untuk mengatur dan menjadi instruksi dalam rapatnya hari ini karena sekretaris OSIS tidak masuk sekolah di hari pertama.
"Baiklah ! rapat kali ini kita akan membahas acara pameran antar kelas yang setiap tahun di adakan. Apa kalian punya ide untuk mengubah konsep pameran tahun ini ?". Rangga yang mendengar hal itu hanya bisa bermalas-malasan di bangku belakang, Rangga tahu kalo tahun lalu akan sama seperti tahun ini.
"Itu membosankan, dan sangat bikin malas". Olivia yang melihat semua siswa mulai memikirkan suatu ide tak terkecuali dengan Rangga.
"Rangga mungkin idemu dapat mengubah konsep yang membosankan ini dari tahun ke tahun, apa kamu tahu maksudku ?"
Olivia yang memprovokasi kan percakapan tersebut agar Rangga ingin berbicara malah menjadi suasana yang suram.
Semua anggota OSIS tertawa,dan salah satu dari mereka mengatakan kalo itu tidak mungkin.
"Si pemalas ini tukang tidur,mimpi nya harus di kabulkan hahaha."
Rangga yang medengar hal itu hanya diam dan tidak memperdulikan apapun.
"Diam ! semua orang berhak punya pendapatnya masing-masing ! (menatap Rangga ) pendapatmu pasti mengubah semuanya !"
Dengan harapan dan keyakinan bahwa Olivia percaya Rangga bisa mengatasi hal seperti ini.
(Menulis di lembaran kertas)
Rangga maju memberi selembar kertas itu pada Olivia.
" Ini pendapatku."
Dengan nada yang dingin Olivia terkejut,akhirnya ia membuka pendapatnya, selama di OSIS Rangga tidak perna sekalipun ikut rapat bahkan dalam sebuah grub di WA ia tidak pernah memberi pesan.
"Bukan kah pendapatmu benar-benar membuka peluang untuk organisasi kami tapi apa kamu yakin seluruh siswa mampu mengatasinya ?
usai membaca kertas itu Olivia kagum akan pendapat Rangga.
"kita akan merubah konsepnya menurut ku kita tidak akan menghilangkan bagian dari dekorasi namun dengan tambahan membuat setiap karya kerajinan tangan dan terapan".
Semua siswa terkejut dengan diskusi itu mereka berpikir apa semua siswa di setiap kelas mampu membuat hal tersebut. Rangga yang hanya terbaring di meja belakang tidak mempedulikan atau bahkan memikirkan hal itu.
"Pria ini sungguh misterius, aku harus memaksanya berpendapat sekali lagi untuk meyakinkan semua anggota yang berada di sini"
Dengan penuh semangat sambil bergumam, Olivia meneriaki Rangga dengan suara yang memprovokasi.
"Apa begini saja pendapat mu ? bukan kah kau lebih mengetahui kalo acara tahun lalu itu membosankan ?. Oi Rangga ! kau berpura-pura bodoh bukan ? cepatlah kita butuh pendapatmu itu lebih jauh lagi ! "
Rangga menghiraukan kata - akta Olivia.
Olivia yang melihat Rangga hanya diam kemudian sadar akan sesuatu.
"Mungkin aku terlalu naif untuk membuatnya berbicara tapi jika begini saja mungkin bisa." (berbicara dalam hati)
"kumohon Rangga (dengan nada berharap) kita membutuhkan beberapa pendapatmu hari ini saja".
Rangga yang mendengar sekali lagi ocehan itu akhirnya membuka pendapatnya karena ingin cepat pulang.
"Rapat yang sungguh membosan kan ! aku tidak ingin lama disini namun kalian masih saja memikirkannya, bukan kah kamu sudah membacanya ketua !. Setiap kelas mungkin tidak semua mampu membuat sebuah kerajinan tangan tapi kebanyakan siswa memiliki bakat menggambar bukan ? itu bisa di rekomendasikan dalam ajang tersebut dan dalam sesi seni pameran ini foto juga bisa di rekomendasikan selama itu punya nilai seni sendiri.Apalagi ? apa aku harus mengatakan bahwa setiap kelas buat patung juga ? intinya kalian harus bersikeras untuk meyakinkan setiap siswa termaksud guru dengan konsep ini".
Semua siswa tercengan mereka tidak habis thingking dengan pola pikir si Rangga itu, Olivia semakin kagum.
Namun salah satu anggota mengatakan bagaimana cara meyakinkan para siswa termaksud guru, bukan kah ini begitu berat.
"Ketika kamu haus, aku tidak mungkin memberi mu gelas tanpa Airnya, maka dari itu kalian harus memikirkan keuntungan bagi setiap kelas dan ini sebuah ajang perlombaan. Buatlah sebuah sertifikat atau piala untuk menyemangati setiap momen mereka. Kalian juga siapkan sebuah hadiah lain dan kamu boleh mendiskusikan dengan guru seni budaya sebagai tambahan nilai bukan ?.
Bukankah ini acara umum bagi sekolah kita sekarang ?. Jadi !, aku ingin pulang! "
(Rangga yang sambil memegang tas nya ).
Para anggota termaksud Olivia mendengarkan hal itu hanya bisa diam dan berpikir kembali.
"Baiklah aku akan menggunakan konsep mu. apakah semua anggota setuju ? mungkin kita akan sibuk dengan diskusi guru pembina dan seni budaya tapi ini tidak akan terasa membosankan. Tuggu hei Rangga! jangan pulang dulu, ini belum selesai".
Rangga yang mendengar ocehan Olivia tidak tahan lagi, ia ingin rapat berakhir sekarang. Namun anggota OSIS lainnya memikirkan soal sertifikat atau piala yang dikatakan Rangga tadi.
"Kamu boleh membuat hal seperti itu selain menyenangkan setiap kelas, ia juga membuat sebuah kenangan di dalamnya ".
Olivia semakin kagum mendengar pendapat Rangga namun tiba - tiba.
"Kamu kenapa ?, menapa kamu bawa tas. Eh Rangga, tunggu ! "
Rangga tidak mempedulikan apapun lagi, ia hendak pergi begitu saja. Olivia yang bingun dengan sikap Rangga tiba- tiba berubah dan aura yang menyeramkan terus menghampirinya.
( Di luar kelas 2-1 )
"Aku tidak seharusnya mengatakan hal itu, ini membuatku takut. Aku tidak ingin mereka mengingatnya bahkan di tahun yang akan datang. Aku benar-benar membuat keputusan yang salah."
Dengan ketakutan dan rasa dingin menyelimuti, ia pergi dan keluar dari sekolah.
(Di luar sekolah )
" Hey Rangga ada apa ? jangan jangan kau melihat hantu ? hahaha ini masih sore." Sambil menghampirinya, Rani tertawa melihat tingkah Rangga yang begitu ketakutan.
Namun Rangga menghiraukan Rani dan memilih untuk menyendiri.
"Kau menghindari ku lagi ? apa kau membenci ku ? ah ? siswa pemalas ?"
Dengan wajah yang cemberut, Rani meninggalkannya sambil berjalan kaki.
Rangga yang melihat Rani berjalan sendiri kebingungan.
"Bukan kah setiap siswa menunggu angkot? ah sudah lah Bodo amat".
(kelas 2-1 rapat OSIS)
"Jadi sekian rapat hari ini,kalian semua sudah boleh bubar"
Olivia yang masih memikirkan mengapa Rangga yang tiba-tiba gemetaran dan pergi hingga penasaran seberapa misteriusnya pria satu itu.
"Mungkin aku harus mendekati Rangga,dia pria yang menarik" .
(Depan pagar sekolah)
Olivia beranjak meninggalkan sekolah tersebut sembari menunggu angkot yang lewat.Ia menoleh kiri dan kanan hingga pada satu titik di bola matanya melihat sosok yang tidak asing.
" ah ? apa itu dia? tunggu ? ah tidak mungkin!".
(to be continued)