Seorang laki-laki yang memakai baju biksu berwarna oranye berjalan menuju ke sebuah ruangan tempat belajarnya anak-anak yang mempelajari ilmu beladiri dan cultivasi. Di dalam ruangan yang berukuran 10 meter kubik terdapat beberapa anak yang duduk beralaskan karpet menghadap ke arah seorang gadis berambut panjang yang hitam.
Sang gadis menjelaskan beberapa pertanyaan anak-anak yang berusia 10 hingga 13 tahun dan sesekali memberi pertanyaan kembali untuk para anak itu jawab.
"Mia. Master guru mencari mu" Laki-laki yang berusia hampir 20 tahun itu tersenyum. Akhirnya hari yang gadis kecil yang ia sayangi tiba juga.
Gadis yang dipanggil menoleh dan matanya seketika berbinar. Ia mengucap dua patah kata kepada anak didiknya dan berlari keluar ruangan tanpa menunggu jawaban.
Mia masuk ke aula yang terdapat beberapa biksu tua yang sedang membaca sultra. Kehadirannya sontak membuat para tetua di perguruan beladiri itu menoleh dan menghela napas speechless lalu kembali melanjutkan bacaan sultra mereka. Menunjukkan bahwa mereka sudah terbiasa dengan ketidaksopanan sang gadis.
Mia masuk ke ruangan atas aula dan masuk ke ruang kecil tempat master gurunya biasanya bertapa.
"Master guru!"
Seorang biksu tua yang berjenggot putih menengadah dan tersenyum, ia melambaikan tangannya meminta Mia untuk mendekat.
"Kau sudah datang? Bagaimana persiapan mu?"
Mia tersenyum sangat senang. "Aku sudah mempersiapkan semuanya master guru. Apa aku sudah bisa pergi?" Bukannya ia tidak betah berada di kuil tua ini namun disini bukanlah tempatnya.
Sang master guru tidak menjawab. Ia mengambil sebuah kotak yang terbuat dari anyaman bambu, membukanya lalu mengambil sebuah kertas yang digulung rapi dan menyerahkannya kepada Mia. "Ambillah ini. Setelah kau sampai di kota pergilah ke alamat di kertas ini"
Mia menerima gulungan itu dengan ekspresi bingung. Ia membuka gulungan dan membacanya lalu beberapa detik kemudian ekspresi berubah drastis. "Ini... " Rasa speechless membuat gadis berumur 17 tahun itu kehilangan kata-kata.
"Itu surat perjodohan mu dengan anak klien yang master guru beri pertolongan. Tanggal lahir kalian sangat cocok"
"Tapi master guru. Aku masih dibawah umur. Apa maksudmu dengan perjodohan dan mengapa kau tidak meminta pendapatku sebelum membuat perjodohan ini?" Ia ingin ke kota bukan itu menikah tapi untuk menikmati hidup!
"Mereka keluarga kaya"
Tiga kata itu membuat mata Mia yang awalnya meredup kecewa seketika bersinar. Ia melirik master guru dan berdeham mencoba mempertahankan kekecewaannya.
"Laki-laki yang berjodoh denganmu sangat tampan" Bibir master guru berdenyut skeptis melihat ekspresi tergoda namun sekuat tenaga bersikap acuh tak acuh anak murid kesayangannya.
"Deal!" Selang sedetik master guru selesai berkata. Mia seketika mengangguk setuju.
Master guru yang sudah menduga jawaban Mia hanya mengangguk mengerti. Ia sudah tau pasti kepribadian anak muridnya yang penggila harta dan wajah itu.
"Kapan aku pergi? Hari ini atau besok?" Ekspresi tidak sabar dan mata berbinar membuat master guru mendesah kecewa. Ia berpikir bahwa anak didiknya akan enggan meninggalkannya namun ekspresi tersebut tidak lah menunjukkan demikian.
"Besok. Setelah kau sampai di kota kau harus melanjutkan sekolahmu" Nada tidak mau dibantah membuat antusias Mia sedikit menciut namun ia hanya mengangguk pasrah. Mia yang sudah bersekolah hingga ke jenjang kuliah sangatlah malas dan enggan mengulangi rute itu kembali namun demi kota dan tunangan tampan mau tidak mau ia harus mengulang siklus itu kembali.
Mengapa ia mengatakan bahwa ia sudah menyelesaikan pendidikan hingga ke jenjang kuliah itu karena ia sudah hidup untuk kedua kalinya. Kehidupan pertama Mia berasal dari dunia cultivasi yang membuat orang dapat melawan takdir.
Di dunia cultivasi kekuatan tentulah menjadi kunci segalanya. Mia yang terlahir tanpa potensi kekuatan dibuang oleh keluarganya dan menjalani kehidupan bak orang biasa namun ia terlahir dengan jiwa tujuh warna, jiwa yang sangat langka dan penuh potensi dan keberuntungan. Selain itu juga memiliki keajaiban yaitu cultivasi yang tidak memiliki kendala dan oleh karena itu jiwa tujuh warna sangatlah hebat hingga membuat dewa menjadi iri. Kehebatan itu tidaklah didapat secara percuma namun setelah menempuh dua ujian.
Untuk Mia, ujian pertama adalah ia hidup tanpa potensial kekuatan dan ujian kedua adalah ia hidup dengan jiwa yang tidak lengkap hingga umurnya mencapai 16 tahun.
Di kehidupan pertama dan kedua ia sama-sama dibuang oleh kedua orang-tuanya. Alasan pertama karena ia tidak memiliki potensi kekuatan cultivasi dan alasan kedua karena ia dapat membawa ketidakberuntungan.
Memiliki jiwa tujuh warna membuat Mia memiliki ingatan sedari kecil dan oleh karena itu ia tau alasan ia dibuang oleh orangtuanya ke semak-semak hutan dan master guru lah yang memungut dan membesarkannya.
Mia mengingat kembali masa lalu dan tersenyum kecil. Ia kembali ke kamar tidur untuk memastikan kembali barang-barang yang ia bawa tidak ada yang terlewatkan.
Pintu diketuk dari luar dan membukanya setelah Mia memberikan izin. "Adik junior. Kau sangat senang meninggalkan kuil" Laki-laki yang memanggilnya masuk dan menyilang tangan ke dadanya sembari berekspresi sedih.
Mia mengangguk senang. "Kakak senior. Ternyata aku punya tunangan. Kata master guru dia adalah laki-laki yang sangat tampan" Tanpa memperdulikan ekspresi sedih kakak didiknya, Mia berceloteh tentang apa saja yang ia dan master guru bicarakan.
Ekspresi laki-laki itu berubah, mengernyit tidak suka. Ia sudah menyukai Mia setelah pertama kalinya ia melihat keimutan Mia yang masih bayi ketika master guru membawanya pulang ke kuil dan merawat dan memelihara Mia dengan sepenuh hati.
Beberapa tahun kemudian ia mengetahui bahwa Mia mengalami cacat mental karena jiwa yang tidak lengkap namun hal itu tidak membuat kasih sayang kepada adiknya berkurang.
Ketika Mia berumur 16 tahun, gadis itu mendadak koma selama seminggu, laki-laki yang bernama Ling Shao menjadi panik namun setelah mendengar dari master guru bahwa Mia sudah menyelesaikan ujian karena jiwanya yang spesial membuat Ling Shao menjadi senang dan lega.
Setelah siuman Mia menjadi sangat berbeda, terlebih ketika gadis itu menjadi sangat pintar dan penuh dengan ilmu tentang kultivasi. Mia bisa memberi solusi berbagai masalah tentang kultivasi yang mengalami kemacetan atau situasi yang mereka tidak tau. Hal itu membuat Mia menjadi populer di kalangan anak-anak seperguruan.
Mia yang menjadi populer tidak lah menjadi pongah dan tetap memperlakukan orang yang dekatnya seperti biasanya dan tetap mengacuhkan orang yang selalu mengganggunya. Hal itu membuat orang-orang yang selalu mengejeknya menjadi menyesal namun tidak dapat membuat apa-apa.
Adik yang telah ia rawat dengan sungguh-sungguh dan menjadi populer tiba-tiba ingin bersama dengan laki-laki lain tentu saja membuatnya tidak suka. Walaupun kasih sayangnya kepada Mia hanyalah kasih sayang seorang kakak kepada adik tetap saja membuatnya tidak nyaman ketika laki-laki yang tidak ia ketahui tiba-tiba menculik adiknya untuk selamanya.
Ling Shao menatap adiknya dan hanya menghela napas pasrah. Matanya berubah tajam ketika mengingat laki-laki brengsek yang beruntung mendapatkan adiknya, alhasil Ling Shao membenci laki-laki yang belum pernah ia temui sebelumnya.