Di perusahaan tempat dia bekerja sekarang, Kendra tak sendiri, ada lagi rekan kerjanya, seorang cewek yang mendesign khusus pakaian cewek disana. Ada Ditha cewek tomboy yang mendesain pakaian cewek beserta aksesoris nya, yang sekilas wajahnya mirip Ghea Yubi. Wajah bulatnya, putih kulitnya dengan mata belo dan bulu mata lentik nya, andai saja dia mau dandan sedikit feminin mungkin bisa sebelas dua belas dengan yang asli. Ada juga mbak Dina dengan urusan patrun dan sampelnya.
Perusahaan tempat Kendra bekerja saat ini adalah perusahaan ke tiga nya, di mana dua perusahaan sebelumnya dia harus resign, karena salah satunya menolak, ketika Kendra mengajukan kenaikan gaji, dan di perusahaan ke dua, Kendra resign karena tak cocok dengan managernya yang tak bisa bekerja tapi sok pintar dan berkuasa, kegemarannya hanya menyuruh, tapi begitu di minta solusi ketika ada masalah dia angkat tangan, dengan dalih, urusannya hanya mengawasi agar perusahaan berjalan semestinya, kan kampret.
Awal masuk kesini dulu Kendra masih sendiri, setahun berselang Ditha datang, setelah sebelumnya mbak Dina yang awalnya dari garmen, di beri urusan khusus untuk bagian sample dan pindah ke office, begitu mereka biasa menyebut, karena garment dan office meski ownernya sama, tapi managemen nya berbeda, garmen adalah perusahaan untuk produksi, sementara office bisa di bilang kostumer tetap garmen, sebagai distributor barang jadi untuk di pasarkan ke outlet sekitar Kuta, bahkan sampai ke luar negeri.
Senin 10:45
Sebuah ruangan ukuran 6x5, dengan pintu yang selalu tertutup, jendela kaca dengan gorden yang juga jarang terbuka.
Di depan layar komputer, sebuah wajah dengan rambut gondrong yang masih nyaman dengan ikatan ala top knot nya, terlihat serius mengamati pola-pola yang ter gambar di layar, tangan kanannya terlihat lincah menggoyangkan tikus tak berekor di atas pad - nya, sementara tangan kirinya tak lepas dari beberapa kunci tut pada keyboard.
Saat ini Kendra sendirian, kare kebetulan Ditha dan mbak Dina saat ini sedang ke garmen yang letak gedung nya tepat di sebelah gedung tempat Kendra berada, guna mengecek produksi.
Dua bangunan yang yang letaknya bersebelahan, di mana salah satu bangunannya adalah gedung produksi. Bangunan luas tanpa sekat, yang hanya berisi mesin - mesin jahit khas sebuah garmen, dan peralatan untuk sablon, dengan rak besi berisi screen untuk pola sablon yang berjajar rapi di dalamnya.
Sedangkan gedung satunya adalah office, tempat di mana Kendra bekerja, bangunan layaknya perkantoran dengan beberapa ruangan dan juga partisi-partisi penyekat setinggi dada.
Lima belas menit kemudian pintu ruangan terbuka, di susul kemudian dengan masuknya seorang cewek mengenakan tank top warna krem berlogo produk perusahaan dimana Kendra bekerja, sementara bawahannya, celana kargo kanvas se lutut dengan dua buah sobekan di bagian paha.
Untuk beberapa saat dia masih di pintu dengan kepala masih di luar, tangan kirinya bertumpu pada kusen pintu, sedangkan yang lain menahan pintu agar tak terbuka terlalu lebar sambil memegang gagangnya, sepertinya dia masih ngobrol dengan seseorang di luar sana.
Pintu ditutup, berjalan dengan santai sang cewek kemudian duduk di kursi dengan meja yang juga terdapat monitor komputer di atasnya, posisi meja nya hanya berjarak setengah meter bersebelahan dengan meja Kendra.
Kendra hanya mendongakkan kepala memastikan siapa yang masuk ke dalam ruangan itu, setelah itu fokus nya kembali ke pola gambar dalam layar monitor di hadapannya, setelah mengetahui yang masuk kedalam ruangan adalah Ditha.
"Sepi amat Ken, musiknya dong," suara Ditha memecah keheningan.
Tanpa menjawab, Kendra langsung memutar musik hit's yang di cover dengan aliran jazz yang dia ambil dari folder musik koleksinya.
Sesaat lantunan musik nan lembut mengalun dari speaker aktif, yang tergantung di empat pojok ruangan.
Musik nan lembut segera mengisi keheningan ruangan dan seolah menjadi mood booster di pagi menjelang siang itu.
Tapi entah kenapa, wangi parfum Ditha yang menyeruak dan hanya ada mereka saja di ruangan itu, suasana yang terbangun malah menjadi romantis.
"Mencoba menggodaku Ken?" Wajah Ditha memandang Kendra dengan tatapan menggoda. Lagu itu sepertinya mulai mempengaruhinya.
"Memangnya kamu tergoda?" cibir Kendra, dia tahu Ditha hanya bercanda.
Pemandangan wajah super cantik serta suguhan outfit yang sedikit terbuka, yang selalu disuguhkan Ditha selama ini, adalah hal yang sudah biasa bagi Kendra, dan dia tak merasa terganggu sedikit pun atau tergoda olehnya.
Ditha bukanlah penganut Eksibisionisme sebenarnya, atau hal yang berbau sexy lainnya, tetapi mungkin lebih ke Fashionable. Karena dia seorang desainer, yang mungkin menuntutnya untuk tampil selalu modis.
Atau bisa jadi karena dia tomboy, yang di pikirnya dandan seperti apa pun, asal dia merasa nyaman, dia tak akan terganggu oleh tatapan nakal laki-laki di luar sana, lagian outfit seperti ini juga biasa terlihat di jalanan Kuta, bahkan di sepanjang pantai, lebih ekstrem lagi bukan?
"Coba mencari tahu?" Godaan Ditha yang ternyata masih berlanjut, bahkan kini dia mengerling nakal, entah sedang kerasukan kadal dari mana nih anak. Kendra hanya bisa tersenyum dengan kecut.
"Lu mabok Tha?" Kendra perlahan berubah jadi ngeri, bukannya tak mau menimpali godaan Ditha, tapi Kendra lebih memilih untuk menghentikan godaan itu, meski sejak awal ia masih menganggap ini hanya sebuah gurauan belaka.
Kendra lebih menjaga etika di ruang kerja dan menghormati hak Ditha sebagai seorang wanita, yang wajib ia jaga kehormatannya, terdengar naif sebetulnya, di jaman seperti sekarang ini Kendra masih memegang prinsip seperti itu, apalagi di ruangan tertutup yang hanya diisi oleh mereka berdua, hal apa pun tentu bisa mereka lakukan tanpa takut ada yang memergoki nya. Tinggal kunci pintu dan mereka bebas berbuat tak senonoh disana.
Tapi itulah Kendra, dia memilih menghindar ketimbang berbuat iseng, yang bisa jadi nanti kesannya malah melecehkan, dan kalau ketahuan manajernya apa jadinya.
"Hahahaha, ini masih pagi, Kenapa? Lu takut?" Ditha perlahan mulai berdiri dari kursinya, bahunya yang tak tertutup kain segera menampilkan kulit putih mulusnya ketika dia dengan gerakan erotis mulai menggoyangkannya, mengacak rambutnya pelan tapi pasti Ditha mulai mendekati Kendra.
Damn! Kendra mengumpat dalam hati, keringat dingin mulai membasahi t-shirt nya, ia telan ludah berkali kali, bawah perutnya sudah setegak tiang bendera, ingatannya terputar ketika dia tak sengaja tersesat di belantara tempat kupu – kupu kemalaman yang biasa mangkal di daerah Sanur sana, seorang cewek dengan kaos gombrong hingga diatas lutut, dengan bawahan yang entah dia pakai atau tidak, mendekati Kendra dengan goyangan yang sama persis seperti yang di peragakan Ditha saat ini, dan dua buah tamparan halus di pipi Kendra ketika saat itu dia menolak ajakan sang kupu – kupu kemalaman.
Komat-kamit Kendra berdo'a berharap dari pintu muncul seseorang yang mungkin bisa mengurung kan niat Ditha dan mencegah kejadian yang sebenarnya ia harapkan terjadi.
Jaraknya dan Ditha juga tak jauh, andai mau, sekali lompat, Ditha tentu sudah di pangkuannya.
Lamunan Kendra buyar ketika…
"Kendra bagi file .pdf katalog terbaru dong?" Kendra tersentak kaget, dia melihat Ditha masih duduk di tempatnya, cuek tak menoleh ke arah Kendra yang entah dari mana asalnya t-shirt yang ia pakai telah basah oleh keringat, padahal AC dengan kapasitas 2 pk itu menunjuk angka 24, bawahannya terasa ngilu kini karena tertekan.
"B-bentar gue share," suara Kendra sedikit bergetar.
Sialan! dapat inspirasi dari mana khayalan gua barusan batinnya.
Sinetron dewasa sialan! Kendra berdiri dari kursi nya setelah file yang diminta Ditha telah ia bagikan.
Celana kargo nya terasa sempit dan tak nyaman, seperti ada yang harus diluruskan masalahnya.
"Kemana Ken?" Tanya Ditha cuek, matanya masih menatap ke layar monitor, tapi ujung matanya sempat melirik bagian depan celana Kendra yang terlihat menonjol dengan ketat, Ditha hanya tersenyum melihat itu, ini bukan kejadian pertama juga bagi Kendra.
"Toilet bentar, ada yang musti gua keluarin," sahut Kendra acuh. Terngiang di kepalanya file-file apa saja yang harus dia hapus di hidden folder komputernya sepulang kerja nanti.
"Lu sang...e?" Sengaja Ditha penggal kata-katanya sambil menutup mulut dengan kedua tangannya, melihat ke arah Kendra yang telah berdiri di depan pintu dengan perasaan geli, Kendra menoleh.
"Kampret! Bahasa lu Tha, kalau gue beneran sange ngga perlu gua ke toilet, disini udah ada elu!" Kendra mencibir
"Bangsat! " Sebuah pulpen melayang ke arah Kendra, sayang Kendra sudah hilang ke balik pintu.
Hanya bercanda, dan ini sudah lumrah bagi Kendra mau pun Ditha, meski berbeda gender, tapi keduanya dikenal sebagai sahabat yang sangat dekat di kantor, bahkan rumor menyebut Kendra adalah selingkuhannya Ditha, karena Ditha sendiri sudah mempunyai cowok.