Tapi tidak dengan Yohat, dalam pikirannya persahabatan tetaplah persahabatan, karena urusan cinta, hanya dia dan Santi yang akan menjalani, Yohat tak pernah memprediksi apa jadinya jika Santi menolak.
Mengungkapkan perasaan hatinya terhadap Santi, apakah salah? Tentu saja tak ada yang salah, tak ada juga yang melarang persahabatan mereka berubah menjadi cinta, hanya Kendra saja yang berpikiran seperti itu, berpikir bagaimana jika cintanya bertepuk sebelah tangan, tentu dia dan Santi akan menjadi kikuk, dan ujung - ujungnya, persahabatan mereka akan retak.
"Aku jawab masih memikirkannya dulu," Jawab Santi, matanya yang sayu tiba – tiba saja tertunduk. Meski terasa sesak, tapi Kendra masih bisa bernapas lega.
Gambaran tentang Santi, cewek berkulit hitam manis, dengan wajah kalem penuh pesona, tak bisa dibilang cantik, tapi jauh juga dari kata jelek, wajahnya menyenangkan, mata tak akan bosan untuk menantapnya, bahkan jika tak segera di alihkan, pesonanya bisa membius, dia baik kepada siapa saja, perhatiannya bahkan bisa disalah artikan, andai tak mengenalnya secara mendalam, cowok akan di buat ge er dengan sikapnya. Ini juga yang membuat Kendra ragu – ragu untuk mengungkap perasaannya, dia tak mau terjebak dalam ke g e er an yang di 'ciptakan' Santi.
"Apakah itu artinya kamu menolak San?" Tanya Kendra penasaran, Santi menggeleng pelan, Deg! Ini artinya Santi akan menerima cinta Yohat, hati Kendra seketika menjadi hancur, seperti ada yang tiba – tiba saja pupus, sebelum bertunas.
"Tapi aku tak bisa menerimanya juga, kamu tahu kan aku dan Yohat beda keyakinan?" Benar, diantara mereka berlima, hanya Yohat yang berbeda keyakinan. Tapi berbicara tentang beda keyakinan ini pun, kisah tentang kepindahan keyakinan Yohat sendiri juga sangat rumit, karena keadaan, begitu yang sebenarnya terjadi, dan itu pun masih menjadi pertentangan dalam diri Yohat sendiri sampai kini.
"Kalau seandainya kalian satu keyakinan, apakah itu artinya kamu akan menerimanya?" Kendra sepeti penasaran dengan jawaban Santi.
"Kenapa kamu menanyakan itu? Apa kamu menerima juga kalau aku jadian dengan Yohat?" loh kok Santi malah mengembalikan pertanyaan itu ke Kendra, tak ada hubungan apa – apa juga kalau seandainya mereka jadian, tunggu! Apakah ini artinya Santi tahu akan perasaan Kendra? Atau jangan – jangan Santi juga memiliki perasaan yang sama terhadap Kendra, perasaan suka?
"Loh kok aku? Yang nembak kan Yohat San," jawab Kendra bingung, senyumnya terlihat di paksakan.
"Kenapa kamu jadi cowok ngga peka sih Ken?" setelah berkata begitu, Santi pergi meninggalkan Kendra yang masih di liputi kebingungan.
"Biru delapan!" teriakan Yohat menyentakkan lamunan Kendra. Kedua sahabatnya masih asyik berlomba menghitung mobil lewat, dengan warna yang mereka sepakati. Kegiatan yang sangat membuang waktu sekali sebetulnya, tapi bukannya keberadaan mereka disana pun karena menunggu cuaca sedikit teduh, jadi masih di anggap relevan lah dengan keadaan sekarang, membuang waktu sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk pulang menuju kos, dengan berjalan kaki.
Persahabatan mereka pun terlihat sedikit demi sedikit mulai berjarak, penolakan Santi atas Yohat, membuat Yohat sekarang terlihat enggan untuk berkumpul bersama, membuat Kendra mau tak mau harus ikut menjaga jarak.
Tak ada hubungannya juga sebetulnya dengan dia, hanya saja Kendra merasa tak enak, ketika berkumpul bersama, Yohat akan segera pergi, di susul kemudian Andre dengan berbagai macam alasan, begitu Santi muncul, menyisakan Kendra dan April saja.
Situasi itu tentu lama – lama mempengaruhinya juga, apalagi setelah ucapan Santi waktu itu, Santi juga seperti berubah seratus delapan puluh derajat kepada Kendra, tak sedekat dulu lagi, bahkan kini Santi tak berani menatap Kendra lama – lama, dan obrolan yang terjadi bukan lagi enam mata, meski mereka duduk bertiga.
Ketika Santi terlibat obrolan dengan April, Santi akan segera terdiam seribu bahasa, begitu Kendra menimpali obrolan mereka, sungguh menjadi situasi yang canggung.
Situasi canggung itu sebetulnya sudah di tangkap oleh April, hanya saja dia tak bisa berbuat banyak, karena semua sudah terjadi.
Hingga beberapa bulan setelahnya.
Santi terlihat tergesa keluar dari gerbang kampus, ketika matanya menangkap sosok Kendra yang baru melangkah masuk.
Sudah satu bulan lebih mereka tak pernah berkumpul bersama, mereka sudah benar - benar terpisah - pisah, April juga jarang terlihat bersama Santi lagi, kabar terakhir yang Kendra dengar, April berhenti kuliah karena sang ayah sudah menikahkan nya dengan anak sahabat lamanya, seorang pengusaha dari Jakarta, dan pernikahan itu, baik Kendra, Yohat maupun Andre tak ada seorangpun dari mereka yang di undang ataupun di beri kabar.
"Santi tunggu!" Kendra menghentikan langkah tergesa Santi. Terlihat dia menghentikan langkahnya tanpa berusaha menoleh.
"Bisa bicara sebentar?" ucap Kendra setengah memohon, harus segera di luruskan, dia tak ada sangkut pautnya dengan masalah Santi dan Yohat, yang membuat persahabatan mereka akhirnya hancur berantakan. Kendra akhirnya sendiri, karena Yohat dan Andre memutuskan untuk pindah kos, dengan alasan yang tak jelas. Yohat menyangka, penolakan Santi terhadapnya karena ada campur tangan dari Kendra, tentu Yohat akan berpikiran seperti itu, mengingat Santi dan Kendra sangatlah dekat.
Tak menjawab, Santi melangkahkan kakinya, seperti acuh dengan permintaan Kendra.
"Kamu ngga adil San, salah aku apa!" teriak Kendra, yang tentu saja mengundang perhatian beberapa mahasiswa yang sedang lalu lalang. Kembali Santi menghentikan langkahnya seperti menimbang sesuatu, sebelum akhirnya berbalik badan kemudian berjalan mendekati Kendra, wajah Santi terlihat datar.
"Kamu – j a h a t!" mata Santi terlihat membelalak sempurna, tapi tak bisa di bohongi manik mata itu terlihat berkaca – kaca.
"Jahat? A-aku jahat? ke siapa?" Kendra tentu saja menjadi kaget, dia tak pernah berbuat jahat pada siapa pun, bahkan Santi yang menurutnya telah berbuat jahat, karena setelah kejadian dengan Yohat dia tak mau lagi bertegur sapa dengannya, tanpa ada penjelasan.
"Harusnya kamu yang bisa menghentikan Yohat menembak aku!" Suara bentakannya tertahan, karena sekitarnya ramai dengan orang, menyisakan gigi – giginya yang akhirnya mengatup sangat rapat, seperti menahan rasa marah yang amat sangat.
"A-aku tak punya hak San, itu urusan pribadi Yohat aku tak bisa ikut campur," Kendra masih belum mengerti apa maksud Santi, kenapa harus dia yang selalu di libatkan dalam masalah ini, Yohat menyalahkan nya, Santi juga menyalahkan nya.
"Kamu benar – benar ngga peka Ken, harusnya kamu yang nembak aku, dari dulu! Sebelum Yohat tumbuh perasaannya ke aku, dan tak menjadikan persahabatan ini hancur," lepas sudah bulir air mata Santi, dengan terburu dia menyekanya, karena tak ingin di antara belantara mahasiswa yang lalu lalang disana, mereka melihatnya.
"San, bukannya aku tak peka, aku takut apa yang kamu lakukan ke Yohat itu akan menimpaku, dan persahabatan ini akan hancur, itu yang aku takutkan." Kendra masih berusaha bertahan dengan asumsinya, kenapa Santi tak bisa memahaminya, batin Kendra.
"Itu artinya kamu memang ngga peka! Aku menunggu Ken, aku menunggu! Tapi ternyata Yohat yang lebih punya keberanian itu daripada kamu. Mulai sekarang anggap saja kita tak pernah saling mengenal, ada hati yang harus aku jaga perasaanya saat ini, selamat tinggal Kendra!" Santi langsung balik badan, sambil menutup sebagian matanya yang sudah deras dengan air mata, dan setengah berlari dia meninggalkan Kendra yang masih dengan pikiran nya yang berkecamuk dan mengerucut menjadi sesal.
Kabar terakhir yang Kendra dengar, Santi ternyata telah menerima pinangan seorang cowok dari fakultas lain, setelah dia menolak cinta Yohat, membuat Kendra semakin patah hati dan trauma untuk dekat dengan cewek.
Apakah Kendra kurang peka? Mungkin, dia tak menyangka kedekatannya dengan Santi selama ini berbuah petaka, Kendra hanya ingin mengimbangi sikap baik Santi terhadapnya, Kendra tak menyadari bahwa Santi semakin dekat, karena hatinya sudah terpikat oleh pesona wajah Kendra, berharap Kendra segera meminangnya menjadikan belahan jiwanya, namun kenyataannya berkata lain.
Kendra, yang ketika perasaan suka itu datang, dia malah berusaha menguburnya, karena takut, perasaan itu hanya dirinya saja yang merasakan, selain itu jika dia dan Santi berpacaran, Kendra takut persahabatan mereka akan hancur.
Tapi semua sudah terjadi, apapun pilihannya, persahabatan mereka tetap hancur.
Setelah hari itu, Kendra menjalani sisa semester seorang diri. Dia mulai menjaga jarak dengan makhluk bernama wanita, tak mau lagi terjebak dilema zona persahabatan.