Alana tercengang mendengar ucapan Bisma
"Tapi aku belum melakukan sesi wawancara dengan jenderal Halim…" kata Alana
"Jangan khawatir, aku yang akan mengatur jadwalnya untukmu" ucap Bisma sambil memejamkan matanya.
Alana terkejut dengan ucapan Bisma. Dengan mata yang terpenjam, Alana dapat melihat Bisma memiliki wajah yang tegas dan tampan.
"Apakah kamu akan terus berapa di markas militer selama 5 hari kedepan? Sepertinya agak membosankan…" kata Alana dengan wajah cemberut karena memikirkan betapa bosannya dia melalui 5 harinya jika hanya di markas militer.
Membosankan? Bisma terkejut dengan pengakuan Alana. Bisma mulai membuka matanya dan berpikir apakah Alana merasa bosan berada disisinya?. Bisma mencoba untuk menenangkan Alana sambil menatap wajahnya
"Jika aku ada waktu kosong, aku akan mencoba menemanimu bermain di luar" ucap Bisma menghibur Alana.
Setelah berkata seperti itu masih ada perasaan yang belum puas di hatinya. Sekarang Alana mulai menyalahkan dirinya sendiri mengapa dia bersedia menikah dengan Bisma yang merupakan seorang komandan militer.
Dengan nada lemas Alana berkata
"Baikalah"
Tidak lama kemudian, mobil militer sudah memasuki area markas militer di kota Surabaya. Alana melihat ke luar jendela dan menyadari suasana disana yang begitu disiplin, rapi, dan teratur. Bahkan setiap pohon yang ada disana pun juga berdiri tegak dan rapi.
Setelah sampai, Alana keluar dari mobil militer mengikuti langkah Bisma. Di asrama itu terlihat sangat sunyi dan hanya terdengar suara bergema dari langkah kaki di koridor. Ketika dia berhenti di depan sebuah ruangan, Bisma membuka pintu.
Begitu pintu dibuka, tercium aroma lemon yang sangat segar dan mereka mulai masuk ke dalamnya. Asrama yang ditempati Bisma berukuran 60 meter persegi yang di dalamnya ada ruang tamu, dapur kecil, satu kamar tidur, satu kamar mandi, lemari dan sebuah TV. Ruangan itu sangat bersih dan tertata rapi. Seprainya yang berwarna putih seolah baru diganti. Selimutnya dilipat menjadi persegi dengan tepinya dirapikan di setiap sudut. Dengan melihat keadaan ruangannya, dapat terlihat jelas bahwa Bisma adalah seorang yang rapi dan bersih. Halaman asrama yang terlihat hijau dari jendela asramanya membuat Alana merasa nyaman.
"Ini adalah kamar asrama yang biasanya ditinggali oleh para prajurit. Disini hanya ada peralatan sederhana.Kamu akan tinggal disini dalam beberapa hari kedepan" ucap Bisma sambil mengambil ketel dan membuatkan segelas susu hangat untuk Alana
"Minumlah" ucapnya dengan lembut
Alana mengambil susu hangat itu dan mulai meminumnya dengan perlahan. Perlakuan sederhana yang dilakukan Bisma rasanya sangat manis bagi Alana.
"Karena kamu punya gula darah yang rendah, meminum susu sangat baik untukmu" lanjut Bisma sambil menyerahkan kunci asrama kepadanya.
"Aku akan pergi ke rapat dulu. Jika kamu membutuhkan sesuatu katakan saja kepada Varo, dia akan melakukan sesuatu untukmu."
"Kamu segera pergilah ke rapat. Kamu tidak perlu khawatir" balas Alana sambil mengambil kuncinya.
Bisma tersenyum dan mengelus kepala Alana
"Tentu saja aku mengkhawatirkanmu, kamu bukanlah orang asing bagiku tapi kamu adalah istriku" jawab Bisma.
Setelah yakin bahwa Alana akan baik-baik saja, Bisma berjalan menuju pintu dan sebelum menutup pintu dia berkata
"Disini adalah markas militer, kamu jangan pergi kemanapun. Tunggulan hingga aku kembali"
"Iya, aku paham. Cepatlah kamu pergi ke rapat sebelum terlambat" balas Alana sambil tersenyum
Ya tuhan, dia bukanlah anak tiga tahun. Tentu dia tahu kalau disini adalah markas militer. pikir Alana. Begitu Bisma pergi, ruangan menjadi kosong lalu karena merasa sedikit bosan dia akhirnya menyalakan TV sambil meminum susunya. Walaupun di TV saat ini sedang menayangkan penyanyi Indonesia favoritnya, Alana tetap merasa bosan. Sehingga dia berdiri mencoba menggerakan badannya dan memutuskan untuk melihat asrama Bisma dengan hati-hati.
Di lemari Bisma ada seragam militernya dan baju sehari-hari yang tertata dengan rapi. Selain itu ada rak sepatu yang juga tertata rapi bahkan terlihat mengkilap seperti masih baru. Kamarnya sangat rapi dan harum, bahkan tidak ada sehelai rambutpun di lantai. Kamar mandinya juga sangat bersih dan harum. Bisa dibayangkan betapa disiplinnya Bisma. Alana bahkan tidak bisa membersihkan apartemennya sebersih ini, mungkin di masa depan Bisma akan meninggalkannya. Dia merasa malu akan kenyataan yang ada karena dia tidak bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari arah luar
"Nona Alana, ini saya Varo. Saya disini membawakan barang-barang anda, tolong buka pintunya" ucap Varo
Alana terkejut dengan apa yang didengarnya, sejak kapan Varo mengemasi barangnya di hotel? pikirnya. Setelah itu Alana langsung membuka pintu dan mempersilahkan Varo untuk masuk untuk membawakan barangnya.
"Nona Alana, ini barang-barangmu" ucap Varo sambil tersenyum
"Terima kasih Varo" balas Alana
"Nona, apakah ada sesuatu yang anda butuhkan lagi? tanya Varo
"Tidak ada, terima kasih" balas Alana dengan tersenyum "Terima kasih atas bantuannya" sambung Alana
"Tidak apa-apa, saya memang ingin melakukannya. Komandan sangat sibuk jadi saya ingin membantunya. Nona, teleponlah saya jika nona membutuhkan sesuatu, saya pamit dulu" ucap Varo
"Baiklah, terima kasih Varo" balas Alana dan Varo mulai berjalan pergi.
Alana langsung membuka tasnya dan mengeluarkan satu set piyama dan bersiap untuk mandi. Alana mulai masuk kamar mandi, menyalakan shower dan mandi dengan nyaman. Mengingat bahwa dia madni di kamar mandi Bisma membuat Alana membayangkan Bisma sedang mandi disini dan itu membuat Alana tersipu malu dengan imajinasinya. Dia mengutuki diri sendiri bagaimana bisa dia memikirkan hal itu. Alana menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan imajinasinya itu dan melanjutkan mandinya dengan nyaman dan segera, sehingga ketika Bisma kembali dia sudah tertidur.
Saat Alana sudah selesai mandi dan mengenakan piyamanya, terdengar suara pintu terbuka. Mendengar hal itu membuat Alana sedikit tegang. Bisma sudah kembali? Mengapa sangat cepat? Dia mendengar suara pintu yang tertutup dan kemudian ada seseorang yang sedang berganti pakaian. Mendengar itu membuat hati Alana berdetak tak karuan dan tidak berani untuk keluar. Setelah beberapa saat, akhirnya Alana memberanikan diri untuk kelur dari kamar mandi.
"Alana." panggil Bisma
Ketka Bisma memanggilnya dengan suara rendah itu membuat jantung Alana berdetak lebih cepat
"Oh iya" jawab Alana
"Apa kau tidak apa-apa? mengapa kamu lama sekali di kamar mandi?" tanya Bisma
"Oh tidak, aku tidak apa-apa" ucap Alana sambil melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi
Alana memakai piyama yang lucu dan terlihat masih ada tetesan air dari rambutnya, Wajahnya yang baru mandi terlihat segar dan sangat lucu. Terlihat Alana malu-malu seperti seekor kucing. Membuat Bisma ingin memeluknya. Untuk sesaat Bisma merasakan ada sesuatu aliran panas di bawah sana dan tanpa sadar mengepalkan tangannya.
Dari awal Bisma memang mencintai Alana dan tidak peduli dengan apapun yang terjadi. Namun, saat ini dengan kondisi Alana seperti itu membuat Bisma kesulitan untuk mengendalikan dirinya. Dia dengan sekuat tenaga untuk mengendalikan dirinya untuk tidak melakukan sesuatu yang akan membuat Alana membencinya nanti.
Tidak tahan dengan pemandangan yang ada di depannya, membuat Bisma mengambil mantelnya dan menyerahkan kepada Alana.
"Hati-hati nanti kamu masuk angin" ucap Alana
Alana mengambil mantel itu dan berkata
"Apa kamu tidak pergi ke rapat?"tanyanya
"Ketua komandan belum kembali ke markas" jawab Bisma dengan singkat, kemudian berjalan ke arah kamar mandi
"Aku akan mandi dulu" ucapnya
Mendengar suara pancuran air dari dalam kamar mandi membuat Alana merasa tegang dan gugup
"Bisma sedang mandi.." gumam Alana dengan masih menggunakan mantel yang diberikan oleh Bisma. Dia tanpa sadar duduk ditempat tidur. Melihat tempat tidur yang begitu luas dan rapi serta suara pancuran air, membuat wajah Alana memerah yang menimbulkan Alana memikirkan sesuatu. Memikirkan itu membuat Alana gugup dan jantungnya berdetak tidak karuan.