Chapter 14 - Masa Lalu

"Kamu!" Erika melotot dan hendak mulai mengutuk.

Pada saat itu, asisten jenderal Irham keluar dan segera menunjukkan senyumnya yang menawan. Wajahnya yang dapat berubah dengan tiba-tiba membuat Alana kagum, Alana berpikir bahwa sebenarnya Erika sangat cocok menjadi ratu drama

"Nona Erika, mengenai pertunjukkan di markas besar militer di kota Bandung, jenderal akan memikirnya lagi. Saya akan menghubungimu lagi jika jenderal sudah membuat keputusan. Saya minta maaf" ucap asisten jenderal

"Tidak apa-apa." jawab Erika sambil tersenyum "Saya mengucapkan terima kasih dan tolong jika jenderal sudah membuat keputusan, tolong segera hubungi saya" sambung Erika.

"Baiklah nona."

Setelah selesai menyelesaikan urusannya dengan Erika,asisten jenderal itu menoleh kepada Alana

"Nona Alana, mari ikut dengan saya"

Ketika Alana pergi terlihat Erika menatapnya dengan cemburu

"Tunggu dan lihat saja kau" gumam Erika

Melihat reaksi Erika jujur Alana merasa kasihan kepadanya.

Asisten itu membawa Alana menuju ke sebuah halaman belakang. Beberapa pohon Tetebuya tumbuh subur dan bunganya bermekaran indah di halaman itu. Sungguh pemandangan yang sangat indah. Jenderal Irham sedang duduk di sebuah kursi yang ada di tengah halaman itu sambil memainkan serulingnya. Karena terlalu menghayati, sang jenderal tidak menyadari bahwa sudah ada seseorang disana.

Terlihat seorang asistennya yang sudah tua berdiri di sampingnya. Ketika melihat Alana datang, dia meletakkan jarinya dan membuat isyarat agar tetap diam. Alana mengangguk dan menunggu dengan sabar hingga sang jenderal selesai memainkan lagu "Ada Pelangi di Matamu". Dengan merdunya suara yang dihasilkan oleh seruling itu ditambah dengan suasana halaman yang indah membuat suasana di halaman itu sangat sempurna, sangat indah.

Setelah menyelesaikan lagunya, sang jenderal hanya diam termenung

"Ada pelangi di bola matamu

dan memaksa diriku

kubilang

aku sayang padamu."

Setelah menyandungkan lirik itu, Sang jenderal mulai menyadari kehadiran Alana dan merasa malu.

"Hei gadis kecil, duduklah kemari"

Alana tidak bisa menolak ajakan itu dan duduk dihadapan sang jenderal

"Tolong tuankan secangkir teh untuk Alana" ucap sang jenderal kepada asistennya.

"Gadis kecil, apakah kau menyukai teh hijau?" tanya sang jenderal kepada Alana

Alana mengangguk

"Ya, saya menyukai" Alana kemudian menyesap tehnya dan menghirup aroma tehnya.

Samar-samar dia merasakan sesuatu yang menyegarkan ditenggorokannya yang membuat orang tidak ingin berhenti untuk meminumnya.

"Kenapa kamu tidak bersama dengan Bisma?" ucap sang jenderal secara tiba-tiba yang membuat Alana kaget. Wajahnya langsung memerah karena malu. Ternyata sang jenderal sudah tahu siapa dirinya dan apa hubungannya dengan Bisma.

"Hahahaha" sang jenderal tertawa puas melihat ekspresi Alana

"Alana, jika kamu mengatakan bahwa kamu adalah istri Bisma, kamu tidak perlu repot-repot datang ke taman Bungkul malam-malam.Bisma mengatakan kepadaku bahwa kamu adalah istrinya" jelas sang jenderal

Alana merasa malu dan berkata

"Jenderal, ini adalah pekerjaanku dan tidak ada hubungannya dengan Bisma" ungkapnya

Sang jenderal merasa kagum dengan sikap dan karakter dari Alana

"Aku menyukai sikap dan karaktermu gadis kecil" sambil menuangkan secangkir teh untuk Alana

"Aku hanya ingin mengatakan bahwa Bisma adalah suamimu. Tentu itu juga tidak ada kaitannya dengan pekerjaanmu."

Wajah Alana menjadi memerah dan setuju dengan pendapat sang jenderal

"Jenderal Irham, menurutmu bagaimana permainan serulingku tadi malam? tanya Alana dengan ragu.

Dengan kemampuan sang jenderal dalam memainkan seruling, dia tidak keberatan jika sang jenderal memberinya sedikit komentar mengingat seharusnya pagi tadi dia menjalankan misinya di taman Bungkul.

"Sejujurnya aku ingin berterima kasih" sambil menyentuh serulingnya

"Sebenarnya aku sudah lama sekali tidak mendengar seseorang memainkan seruling dengan membawakan lagu lama. Jujur permainanmu tidak buruk, sudah berapa lama kamu memainkannya?" tanya sang jenderal

"Saat aku masih kecil, nenekku sering memainkannya untukku. Aku belajar dari nenekku"

Jenderal sedikit terkejut dan mencoba untuk tidak menunjukkannya

"Oh begitu, lalau bagaimana kamu bisa tahu bahwa aku menyukai seruling?." tanya sang jenderal

Selama 40 tahun, rahasia tentang dia menyukai seruling tidak pernah ada yang tahu. Dia memang menyukai seruling, namun tidka secara terang-terangan mengungkapkannya. Bahkan dia sendiri tidak berani menyentuh seruling karena teringat akan kenangan yang ada.

"Saya melihat kata "seruling" di beberapa puisi yang anda sukai. Jadi saya menyimpulkan bahwa anda menyukai seruling. Saya hanya mencoba peruntungan saya."

"Hmm begitu" jawab jenderal sambil menggangguk

"Kamu gadis yang cukup pintar, betapa beruntunya Bisma mendapatkanmu sebagai istrinya"

Wajah Alana berubah menjadi merah mendengar perkataan dari sang jenderal. Apakah sekarang sudah mendapat pengakuan dari sang jenderal?. Jujur saja ada banyak gadis pintar di dekat Bisma dan dia merasa tidak sebanding dengan mereka.

Beberapa hari ini, dia bertemu dengan orang-orang yang terkenal dan kepintarannya tidak melebihi mereka. Alana berharap dia tidak membuat masalah.

"Tinggalah disini sebentar untuk makan malam dan hubungi Bisma untuk datang kemari"

"Tidak jenderal, Bisma sedang sibuk…." ucapnya sambil menggelengkan kepala

"Tidak perlu khawatir, markas militernya tidak jauh dari sini dan hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk datang kesini, tidak apa-apa. Katakan pada Bisma suruh dia datang kesini, aku ada perlu dengannya. Jangan beri tahu Bisma bahwa istrinya sedang bersamaku sekarang" perintah sang jenderal kepada asistennya sambil tersenyum ke arah Alana. Hal itu tentu membuat wajah Alana menjadi semakin memerah.

"Baik, tuan" jawab asistennya yang juga tampak bahagia.

Sejak kedian 40 tahun yang lalu, sang jenderal menutup diri dari dunia luar. Dia keluar kamar jika ingin makan dan bahkan jarang berkomunikasi dengan anaknya. Hal itu membuat asistennya merasa sedih, namun dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.

Sang jenderal tahu apa yang dipikirkan asistennya itu dan berkata

"Jika Aris ada disana, tolong panggilkan dia. Mari kita makan malam bersama"

"Baik, saya akan mencarinya" asisten itu langsung bergegas pergi menjalankan perintah tuannya sebelum tuannya berubah pikiran.

Aris Budi adalah putra dari jenderal Irham. Banyak rumor yang beredar tentangnya. Alana pun tidak tahu masalah seperti apa yang terjadi di dalam keuarga sang jenderal. Tapi, dia tahu satu hal bahwa dia tidak peduli terhadap anaknya.Bahkan ada rumor mengatakan bahwa Aris bukanlah anak kandung dari sang jenderal. Walaupun sang jenderal tahu rumor itu beredar luas dia hanya diam tidak memberikan tanggapan apapun. Apakah itu memang benar? atau sang jenderal merasa bingung dan tidak mempunyai teman untuk berbagi cerita?

"Alana, apakah kau bisa bermain catur? tanya sang jenderal

Alana melirik bidak hitam-putih yang di atasnya tertata patung-patung kecil itu. Jujur saja dia memang tidak tahu bermain catur dan dia tidak akan menyembunyikan fakta itu.

"Maaf, saya tidak tahu cara bermain catur" jawab Alana dengan jujur

Mengetahui kejujuran Alana membuat sang jenderal tersentuh

"Baiklah karena kamu sudah jujur, maka laki-laki tua ini akan mengajarimu cara bermain catur" ungkapnya.

Alana terkejut dan langsung menyanggahnya

"Saya bisa bermain kartu uno jenderal"

Selagi menunggu Bisma datang, Alana akan mencoba untuk bermain permainan yang tidak terlalu serius dan menguras otaknya.

Lima belas menit kemudian Bisma sampai. Dia melihat seorang laki-laki tua dan wanita muda sedang bermain kartu uno dengan gembira

"Yah, saya kalah lagi" ucap Alana frustasi

Alana berpikir orang tua ini memiliki kecerdasan yang luar biasa walaupun usianya sudah tua. Dia sudah beberapa kali kalah dari sang jenderal.

"Hehehe, jangan salah. Otak orang tua ini masih berfungsi dengan baik tahu." ucap sang jenderal dan kemudia melirik ke arah Bisma yang tidak jauh dari tempatnya.

"Lihat, Bisma sudah ada disini" ucapnya

Alana terkejut dan dengan segera melihat ke belakang sambil Bisma tersenyum kepadanya. Alana tiba-tiba tidak bisa bernapas dengan benar. Apakah dia mulai terpesona dengan pesona Bisma? Senyumannya begitu indah.

"Jenderal Irham, tuan Aris saat ini sedang bertugas. Dia akan segera kembali nanti. Saya sudah menyampaikannya kepada perihal makan malam dan dia akan sampai nanti malam di rumah." ucap asistennya

Sang jenderal mengganguk mengerti sambil meneguk tehnya dan bekata

"Ini sangat menyenangkan. Kalau begitu, orang tua ini akan pergi minum teh dulu. Silahkan kalian bicara berdua" ucapnya sambil berlalu pergi