Begitu sang jenderal pergi, kini hanya tersisa Bisma dan Alana di taman itu. Kelopak bunga dari pohon tatebuya berjatuhan bersamaan dengan berhembusnya angin. Suasana di taman itu sungguh indah dan menenangkan.
Bisma saat ini mengenakan setelan seragam militernya berwarna hijau tua yang membuatnya semakin gagah dan tampan. Melihat penampilan Bisma, membaut jantung Alana berdetak. Dia meliriknya seperti anak kecil yang sedang melihat seseorang yang disukainya. Matanya bertemu dengan mata Bisma dan itu langsung membuat wajah Alana merona merah.
Jarak diantaranya begitu dekat, sehingga membuat Alana dapat begitu dengan jelas helaan nafas Bisma. Alana pun langsung memutar tubuhnya dan mencoba lari dari sana.
"umm, aku akan masuk ke dalam dulu. Mungkin ada sesuatu yang bisa ku bantu disana" ucap Alana sambil berbalik dan berjalan, namun tiba-tiba Bisma menahan tangannya.
"Kapan kamu sampai di Surabaya?" tanya Bisma
Mendengar pertanyaan dari Bisma membuat Alana sedikit menegang
"Saya tiba kemarin…" ucapnya
"Kenapa kamu tidak memberitahuku kalau kamu ada di Surabaya? Jika aku tidak dipanggil untuk kesini maka aku tidak akan tahu bahwa kamu ada di Surabaya." ucap Bisma
Alana merasa sedikit bersalah kepada Bisma. Perusahaan memintanya untuk datang ke Surabaya. Tentu Alana tahu bahwa jarak Surabaya-Bandung itu sangat jauh dan dia harus menggunakan pesawat. Tapi bagaimana bisa Alana melupakan bahwa suaminya juga berada di Surabaya.
Mengucapkan kata "suami" sekarang tidaklah mengganggu hati Alana, bahkan itu sangat romantis. Dan yang paling membuat Alana terkejut bahwa Alana tidak menolak menyebut Bisma dengan kata "suami". Itu sangat menyenangkan.
"Maaf, aku khawatir kamu sedang sibuk, jadi….."
"Alana walaupun aku sibuk tapi aku tetap suamimu. Seorang suami harus mengetahui untuk pertama kali apa yang akan dilakukan oleh istrinya, bukankah begitu?" ucap Bisma
Meskipun Bisma mengatakannya dengan sangat hati-hati dan menggunakan nada yang biasa. Namun, Alana tahu ada maksud yang ingin disampaikan Bisma kepada Alana.
"Baiklah, maafkan aku. Lain kali aku akan memberitahumu." jawab Alana dengan rasa bersalah di hatinya.
"Baiklah aku akan memaafkanmu" jawab Bisma dan dengan tangannya yang besar dia menarik Alana ke dalam pelukannya dan Alana tidak mempunyai tenaga untuk menolaknya.
"Apa kau menginap sendirian di hotel tadi malam?" tanya Bisma
"Iya" jawabnya menggangguk sambil bersandar di dada suaminya itu.
Setelah beberapa saat mereka hanya diam dengan tetap posisi Alana di dalam pelukan Bisma.
"Apa Dito yang memintamu untuk melakukan wawancara ini? " tanya Bisma lagi
"Iya"
"Berapa lama dia memberimu tenggat waktu untuk melakukan wawancara ini?
"Satu minggu" jawab Alana dengan jujur "Kemarin, hari ini, dan masih ada sisa 4 hari lagi aku ada di Surabaya" sejanak Alana tercengang dengan apa yang diucapkannya
"Setelah wawancara ini selesai aku akan langsung kembali, kamu tidak perlu menemaniku…"
Bisma sejenak mengerutkan keningnya dan tersenyum lebar
"Bukankah ini pertama kalinya kamu mengunjungi kota Surabaya bukan?" tanya Bisma
"Iya, ini pertama kalinya bagiku" Alana merasa ada yang aneh dengan pertanyaan Bisma
Bisma menggenggam tangan kecil Alana ke dalam genggamannya dan berkata
"Ayo, aku akan mengajakmu jalan-jalan" ucapnya dengan semangat.
"Oh tidak usah. Aku akan tetap disini. Kamu pasti sibuk, tak apa kembalilah ke markas" ucap Alana menolak ajakan Bisma, namun Bisma tidak menghiraukan tolakan dari istrinya itu dan tetap mengajaknya jalan-jalan.
"Halo ketua dan kakak ipar yang baik." sambut Varo yang sudah menunggu mereka di luar pintu dan segera memberi hormat militer ketika dia melihat keduanya.
"Kau tetaplah di sini dan tunggu kami kembali." Alana membungkuk sebentar, dan Bisma langsung menarik Alana yang hendak menyapa Varo.
Saat ini muali memasuki bulan November dimana semua bunga mulai bermekaran. Bisma dan Alana berjalan di jalan pepohonan menikmati pemandangan yang ada sambil berpegangan tangan dalam diam.
Diam-diam Alana mengikuti langkah Bisma. Dari posisinya kini dia bisa mencium aroma tubuh suaminya secara samar-samar dan itu membuatnya malu.
"Apa kau menyukai pemandangan disini?" tanya Bisma tiba-tiba dan berhenti.
Alana hanya menjawab dengan anggukan sambil tersenyum manis. Selama beberapa saat Bisma menatap Alana dengan mata yang ramah.
"Alana, apakah kamu takut padaku?" tanya Bisma
Alana menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mencoba berpikir sambil menundukkan kepalanya dan berkata.
"Ya, sedikit" ungkapnya
Mendengar jawaban Alana, Bisma tersenyum tipis dan sedikit meremas tangannya lalu merangkulnya
"Kau tidak perlu takut, aku ini suamimu Alana" jawab Bisma dengan tenang.
Ya, suami yang baru bertemu kurang dari sepuluh kali, gumam Alana
"Bukankah kamu sangat sibuk sekarang?" tanya Alana.
Bukankah seorang komandan prajurit itu jarang mempunyai waktu luang? Lalu kenapa Bisma masih bisa punya waktu luang untuk sekedar jalan-jalan dengannya?
"Aku meminta prajurit aku untuk istirahat jadi aku saat ini tidak terlalu sibuk" ungkap Bisma
Hati Alana menghangat mendengar penjelasan Bisma, terlebih dia menemaninya berjalan-jalan.
"Bisma dengarkan aku, urusan militer itu sangat penting, jadi kau tidak boleh melakukan seperti ini lagi dimasa depan, mengerti?' ucap Alana
"Alana, bagiku urusan militer dan keluarga itu sama-sama penting." jawab Bisma
Tiba-tiba Bisma mengulurkan tangannya di rambut Alana dan mengambil setangkai daun yang jatuh di rambut hitamnya itu. Sedikit terkejut dengan tindakan Bisma, membuat Alana ingin menanyakan sesuatu walaupun ragu. Namun setelah memikirkannya lagi dia ingin sebuah kepastian sehingga dia memberanikan diri untuk bertanya.
Alana menghentikan langkahnya dna berkata dengan serius
"Bisma, bisakah kamu menjawab pertanyaanku dengan jujur?"
"Ya." jawab Bisma tanpa berpikir panjang
"Kapan kita pertama kali bertemu? Mengapa kamu tiba-tiba melamarku?" sebenarnya masih ada satu pertanyaan yang tersisa yaitu apakah kamu benar-benar mencintaiku?
"Aku sudah mengenalmu sejak lama, tetapi kamu mungkin tidak mengingatku. Mengenai mengapa aku melamarmu ..."
Bisma berhenti berkata dan menatap Alana dengan penuh kasih sayang. Sebelum melanjutkan kata-katanya sambil tersenyum tipis
"Aku tahu aku tidak memiliki ruang sebanyak dia di hatimu, tapi aku akan bekerja keras."
setelah mengungkapkan semuanya, Bisma berbalik dan berjalan ke depan pelahan. Di belakangnya ada Alana yang tercengan dengan jawaban Bisma
yang dimaksud "dia" oleh Bisma itu adalah Dito. Oh tuhan berati Bisma tahu hubungannya dengan Dito? Alana adalah seorang warga biasa yang tidak mempunyai hal menarik sedikitpun, lalu bagaimana bisa Bisma mengetahui tentang dirinya sebanyak itu?
Melihat Alana yang tertinggal jauh di belakangnya membuat Bisma berbalik dan berjalan mendekati Alana
"Apa aku membuatmu takut?" tanya Bisma dengan nada selembut mungkin
Alana menggelengkan kepalanya. Alana merasa dirinya sangat egois. Alana memutuskan menikah dengan Bisma karena beberapa alasan, namun dari beberapa alasan itu tidak ada satupun tentang Bisma.
"Maafkan aku, aku...um" Alana mencoba meminta maaf dan menjelaskan kepada Bisma. Namun belum sempat menuntaskan kata-katanya Bisma menciumnya. Ya Bisma menciumnya.
Pada saat bibir mereka bertautan ada semacam sengatan listrik yang menjalar ke tubuhnya dan membuat tubuh Alana membeku. Bibirnya sangat manis dan harus. Intuisi bawah sadarnya mengatakan bahwa dia juga menginginkannya. Saat dia membuka mata, Alana hanya terdiam dan Bisma tidak bisa menahan tawanya.
Bisma mengelus kepalanya dengan lembut, menggenggam tangannya, dan membawa Alana ke dalam pelukannya
"Alana terima kasih telah memberikanku kesempatan untuk menikah dan bersama denganmu. Aku berjanji akan menjagamu disepanjang hidupku, percayalah" ucap Bisma