Chereads / The Perfect Key / Chapter 7 - Chapter 11

Chapter 7 - Chapter 11

Ada sesuatu yang terjadi, tetapi rantai yang mengunci pintu menahanku dari mencari tahu apa yang terjadi. Pinny datang dan memberi tahuku bahwa Jinn, salah satu pemburu, hilang karena dimangsa Hyena. Meski begitu, karena rantai sialan yang dipasang Damar, dia hanya bisa memberi tahuku dari balik pintu.

Aku menjatuhkan diri ke tempat tidur hingga akhirnya pintu itu dibuka. Damar datang sambil mengeringkan rambutnya.

"Kenapa kamu kesal?"

"Kenapa nggak sekalian lo rantai gue aja, hah?"

"Nanti."

"Bajingan!"

Damar menatapku lamat-lamat, kemudian menghela napas.

"Okay. Maafkan aku, tetapi sesuatu terjadi. Aku harus menguncimu lagi malam ini, atau setidaknya sampai kita pergi."

Saat itu juga aku memukul wajahnya, tetapi Damar menangkap tanganku dengan mudah. Emosi memenuhiku hingga rasanya aku sulit bernapas. Bajingan ini selalu membuat keputusannya sendiri. Mulai dari memberiku obat tidur, mengunciku di kamar, sekarang dia ingin melakukannya lagi? Sialan. Nggak akan.

"Nanti tanganmu luka."

"Lo apaan sih? Konyol tau, nggak? Sejak lo masuk sini lo tuh aneh. Lo mau nolongin gue? Fine. Tapi lo nggak berhak maksa ...."

"Jinn bilang mereka memesan kontrak budak untukmu dan bahkan menawariku seseorang untuk bercinta saat aku memintanya."

Amarah itu segera digantikan oleh rasa kaget.

Melihat hal itu, Damar melanjutkan, "Jinn tewas setelah disergap Hyena dan aku mengabaikannya. Kamu bisa melihat skill Ruthless," aku segera megecek jendela skillnya, "karena aku membiarkannya dimangsa Hyena. Aku tidak bisa membawa diriku menyelamatkannya dan aku menemukan tempat mereka mengurung budak-budak itu dan kamu bisa melihatnya kalau mau. Pinny salah satunya."

"Hah?"

"Tato di belakang lehernya. Kamu melihatnya, kan?"

Bayangan tentang Pinny dan tato di belakang lehernya kembali. Aku bisa melihatnya. Sangat jelas. Bahkan simbol merah dan wajah Pinny yang panik dan segera menutupinya.

"Simbol keluarga."

Damar mendengus meremehkan. "Kamu percaya itu?"

"Nggak. Gue tahu, gue pernah lihat simbol itu meski cuma setengah. Kalau itu beneran simbol keluarga dan gue familier, pasti dia dari keluarga ternama. Kalau dilihat, Pinny bukan dari keluarga bangsawan ternama. Kalau itu simbol budak, make sense."

Damar tersenyum tipis. "Ayah Pimn bukan orang yang terbunuh saat perburuan. Itu Gerr."

"Bajingan."

"Gimana sekarang?"

"Selametin mereka, lah."

"Aku tahu kamu akan berkata begitu. Tapi kita tidak tahu apa pun tentang kontrak perbudakan."

"Ada dua cara buat melepas simbol budaknya. Minta pembuat kontrak melepasnya."

"Itu bukan Gerr. Dia membeli kontrak budak di luar kota."

Aku mengingat kembali burung hitam yang dia lepaskan kemarin. Melihat bagaimana dia terkejut saat melihatku, itu membuatnya semakin masuk akal.

"Anjir ... kontrak budak kan mahal banget."

"Yang satunya apa?"

"Yang kedua. [Curse Breaker]." Aku mengecek jendela skill Damar dan tak bisa menemukan nama skill itu di sana. Aku menghela napas lelah. "Lo nggak punya."

"Punya pun, aku takkan membiarkanmu membukanya."

"Kan udah gue bilang, gue bakalan pakek skill itu kalo emang butuh."

Tiba-tiba saja Damar melirik ke belakang dan suaranya lebih kencang ketika berkata, "Kamu punya skill untuk membuat daging beracun menjadi makanan yang bisa dimakan. Tentu saja kamu sangat berguna."

"Hah?" Ini orang gila, ya?

Saat aku hampir memprotes, dia membuat gestur diam dengan jari telunjuknya. Matanya melirik ke belakang.

"Dengar! Kamu nggak boleh pergi sendirian. Statusmu rendah banget dan meski aku tenang karena kutukan nggak akan mempan, kamu tetap terlalu lemah. Mereka bisa memaksamu dengan kekerasan. Lagi pula kamu punya satu skill yang lebih berguna daripada [Food], kamu itu berharga banget."

Aku berkata tanpa suara, "Lo apa-apaan?"

Akan tetapi, jawaban Damar mengejutkanku.

"Pinny."

Damar terus berkata memutar bahwa aku memiliki skill yang luar biasa, hingga aku tak boleh terluka, juga kutukan takkan mempan padaku. Sebagian dari itu memang benar, tapi sebagian lain hanya bualan. Aku jelas tidak kebal dari kutukan dan dengan itu, mereka akan berpura-pura untuk mendekatiku lagi dengan lebih baik.

Damar sedang berusaha membuat mereka tidak menggunakan kontrak budak padaku.

"Dia sudah pergi. Pasti melapor."

"Kok lo bisa tahu Pinny di situ?"

"Aku bisa merasakan orang datang. Menurutmu bagaimana aku tahu tentang serangan makhluk buas selama ini?"

Tidak adil. Benar-benar tidak adil.

Setelah membiarkan Pinny pergi melapor, kami lanjut membuat rencana. Kita akan menghabisi semuanya, termasuk Pinny, tetapi aku menolak. Damar jelas keberatan tentang itu, tetapi bisa menurut penuturan Damar, kebanyakan budak adalah anak-anak. Kita tidak bisa membiarkan mereka tinggal dan mengurus diri mereka sendiri di sini.

Cara untuk menyelamatkan mereka adalah merebut kepemilikan kontrak dan mencari pemilik Skill perbudakan tersebut dan memintanya membatalkan kontrak, atau mencari pemilik skill [Curse Breaker]. Mereka semua sama-sama sulit untuk dicari, sehingga selama itu, mereka perlu orang dewasa untuk mengurus mereka.

Damar awalnya tak peduli, tapi pada akhirnya dia mengalah.

Berikutnya adalah bagaimana kita menyerang mereka. Damar memang kuat, tetapi itu tetap tak bisa dibandingkan dengan mereka yang hidup dan berkembang disini. Lebih buruk lagi, ada banyak orang yang memiliki status setara Damar dan Gerr lebih tinggi darinya. Meski begitu, Damar percaya diri mampu mengalahkannya.

Yang mana itu bodoh.

"Nggak bisa, lah. Lo emang kuat, tapi melawan segitu banyak sendirian sama aja bunuh diri."

Damar membuang muka. Dia benar-benar berpikiran yang sama tapi harga dirinya tak memperbolehkannya untuk mengakui.

"Gue punya skill buat mengatasinya ...."

Begitu aku menyebut tentang skill itu, Damar memelototiku dengan ekspresi kesal di wajahnya.

"Skill apala—Damn Randy, kamu benar-benar ... jelaskan!"

Aku sungguh merasa sedikit takut sekarang, tapi setidaknya dia takkan merantaiku, kan?

"[Perfect Key]. Itu Skill buat membuka seluruh skill lo sementara."

Damar menatapku terkejut. Bahkan wajahnya memucat.

"Apa?"

"Hanya itu pernjelasannya."

"Jadi, kamu bisa membuka satu skill orang secara permanen, membuat makanan beracun menjadi bisa dimakan, melihat dan memperkirakan skill orang lain, dan sekarang membua seluruh skill orang lain? Dengan status selemah itu. Dengan kepribadian semenyebalkanku."

"Kepribadian gue nggak menyebalkan, ya."

"Kalau kamu jatuh ke tangan yang salah, dunia ini pasti hancur saat itu juga."

"Yah, nyatanya gue nggak jatuh ke tangan yang salah tuh."

Selama beberapa saat, Damar tidak mengatakan apa pun. Dia hanya menatapku dengan matanya yang terkejut dan kemudian menunduk. Tiba-tiba saja dia tertawa kencang. Aku tidak pernah melihat Damar tertawa selepas ini, sehingga tak tahu harus melakukan apa.

Apakah orang ini akhirnya sudah gila atau bagaimana?

"Ada yang salah, ya?"

Setelah puas tertawa, Damar berkata, "Tetap bersamaku saja dulu. Nanti malam kita bereskan."

"Hah?"

Damar menyeringai. Tolong jangan lakukan itu! Karena itu membuatku berpikir Damar memiliki jutaan ide licik yang mengerikan. Uh! Aku merinding.

"Mereka pasti penasaran setengah mati tentang kekuatanmu. Dengan tahu aku curiga dan mem—biarkan Jinn mati, mereka pasti memutuskan untuk menyerangmu malam ini."

"Lo jadiin gue umpan?"

"Nggak ada umpan yang lebih enak daripada daging terlezat yang nggak bisa menyerang."

"Trus ngapain lo bohong soal gue nggak bisa kena kutukan?"

Damar mengerjap, seolah itu sudah jelas. "Ya. Biar kamu nggak dijadiin budak lah. Sebentar, sepertinya ide bagus, kamu kujadiin budakku saja, ya? Biar kamu mau mendenagr kata-kataku."

Saat itu juga rasa merinding itu naik ke leherku.

"Pergi sana lo!"

Dasar orang gila!