Reni tersenyum hangat menyambut pertanyaan yang tidak mungkin ia jawab sekarang. Bukan hanya soal privasi, melainkan juga perihal harga dirinya di hadapan orang lain.
Satu-satunya orang yang berhak mendapatkan harga dirinya hanyalah Erlan. Seorang laki-laki yang sudah lama ia gilai. Bahkan tidak peduli mau sejauh apa ia melangkah untuk bisa mendapatkannya, yang jelas, Erlan harus bisa menjadi miliknya.
Kedua mata Reni memang sudah buta. Dibutakan karena perasaannya sendiri.
Andai saja ia mau melupakan semua obsesinya untuk bisa memiliki Erlan, pasti ia sudah hidup bahagia dalam lingkar pernikahan.
"Nanti kamu akan tau sendiri, kok. Untuk saat ini aku belum siap memberitahu siapa laki-laki itu kepada orang lain," jawabnya.
Di lain sisi, ia juga sudah lama tidak bertemu dengan Reva. Reni juga tidak bisa menjamin kalau rahasianya tidak akan bocor ke mana-mana. Ya, perihal sifat Reva, Reni juga tidak banyak mengetahuinya.