Chereads / Terbelenggu Dendam Duda Kaya Raya / Chapter 25 - Bab 25 Jangan Lakukan Itu Lagi Padaku, Tuan!

Chapter 25 - Bab 25 Jangan Lakukan Itu Lagi Padaku, Tuan!

Pria itu terus menekan leher Clara dengan tangannya, sehingga membuat Clara sedikit susah untuk bernapas.

Masih dalam keadaan tertekan, gadis itu seolah terbius dengan kedua bola mata yang memandangnya tajam. Pandangan itu masih sama, tidak ada yang berubah dari tatapan menakutkan itu. 

"Terserah apa katamu, yang jelas, aku tidak serendah yang seperti kamu pikirkan. Le … paskan tanganmu sekarang juga, kamu bisa membunuhku." 

Dengan nada terbata dan sesak, Clara berusaha mengeluarkan suaranya. 

Namun Erlan, laki-laki itu justru tidak menggubris ucapan wanita di depannya. Ia terus memandangi wajah Clara, tatapannya saat ini justru seolah menembus masuk ke dalam bola mata Clara. 

Hampir tidak percaya, ada sesuatu yang terpendam di balik bola mata Erlan. Kedua pasang manik cokelat itu pun saling bertatapan dalam waktu yang cukup lama. 

"Hari ini saya akan melepaskanmu, kedepannya jangan berulah lagi seperti hari ini. Dan satu lagi, saya tidak suka melihatmu berpakaian terbuka," ucap Erlan sambil terus memfokuskan pandangannya. 

"Kenapa tidak suka? Bukankah wanita di ruanganmu itu lebih terbuka daripada aku? Jika tidak, tidak mungkin kalian melakukan itu semua di kamar mandi. Tidakkah wanita itu lebih jalang daripada aku?" 

"Diam! Saya tidak suka dibantah." 

"Aku juga tidak suka dikhianati," tegas Clara tanpa ada rasa takut sedikit pun. Meskipun pernikahan mereka cuma sebatas di atas kertas, namun Erlan sudah mengambil haknya. Begitu juga dengan Clara, dia sudah menyerahkan mahkotanya untuk suaminya. Dan hanya untuk suaminya.

"Kamu sudah mendengarnya? Apa kamu menginginkan hal itu, juga? Baiklah, saya akan melakukannya." Erlan segera membebaskan leher Clara dari jeratan lengannya, kemudian memegang kedua pundak, dan menatapnya dengan tatapan yang berbeda dari sebelumnya. 

"A … apa maksud kamu…. " 

Belum sempat Clara melanjutkan perkataannya, Erlan langsung menyergap bibir mungil Clara. Bibir indah merah merona, kini sudah berada dalam kendali Erlan. 

Seakan tidak mampu membantah, Clara membalas kecupan bibir suaminya. Keduanya sama-sama merasakan jatuh dalam jurang yang memabukkan. 

Sedangkan kedua tangan Erlan, membungkam badan Clara dengan bertumpu pada dinding di hadapannya. 

"Lepas! Jangan lakukan itu lagi kepadaku," ucap Clara sambil melepas kecupannya. Ia tidak ingin terlalu mabuk hingga lupa diri. 

"Kamu istriku, dan saya bebas melakukan itu." 

Rupanya Erlan sudah lupa dan tidak sadarkan diri, hasrat untuk merasakan kenikmatan surga dunia telah menguasai tubuhnya. Hingga tidak mampu lagi untuk menahannya. 

"Panggil saja wanita itu dan lakukan bersamanya. Aku tidak mau mendapat bekas perempuan," balas Clara dengan tegas.

Suara manja desahan yang tadi siang ia dengar masih menempati memori tersendiri dari ingatannya saat ini. Meskipun Clara tidak tahu kejadian yang sebenarnya, namun rerintihan itu, sudah cukup mewakili apa yang suaminya lakukan di dalam kamar mandi. 

Namun Erlan, justru tidak mempedulikan omongan Clara. Pria itu justru menggendongnya dan membawanya ke atas kasur. 

Ditempatkannya tubuh Clara dengan perlahan. 

"Lepaskan, aku bilang lepaskan," berontak Clara dengan gerakan kecil. Tidak sepenuhnya menolak, hanya saja dia tidak suka dengan cara Erlan yang memperlakukannya dengan semaunya sendiri. 

Lipstik berwarna merah menyala yang menempel di bibir Clara, semakin menambah daya pikat tersendiri bagi Erlan. Ditambah perpaduan warna kulitnya yang putih cerah alami, membuat Clara semakin terlihat cantik. 

Erlan melepas kancing kemeja putihnya dengan pelan, hingga setelah ia sampai pada urutan kancing paling akhir, ia segera melempar bajunya ke belakang. 

Clara terperanjat ketika melihat tubuh suaminya sendiri tanpa ada sehelai benang pun di badannya. Ditambah sinar terang yang dihasilkan lampu pijar di dinding kamar, seakan menyorot bentuk dadanya yang bidang dan berotot.

"Saya sudah bilang, saya tidak suka penolakan." 

Suara itu perlahan menghilang lenyap. Tidak terdengar adanya penolakan lagi dari bibir Clara, yang ada hanya gigitan di antara bibir atas dan bawah, menahan rasa sakit yang begitu ia nikmati. Kedua manusia itu sedang melakukan tugasnya sebagai seorang pasangan normal. Meskipun tidak ada cinta di antara keduanya, namun mereka tetap manusia biasa. Memiliki nafsu dan birahi seperti manusia lainnya. 

*** 

Suara kokok ayam terdengar jelas, ditambah kehadiran fajar yang menggeser posisi bulan di kediaman. Membuat sepasang mata yang tengah tertidur dengan kehangatan menjadi terbangun dari gelapnya mata yang terpejam. 

Erlan mengucek kedua matanya yang masih pekat, dalam penglihatan yang masih rabun, ia langsung terjaga. 

"Wanita ini …." Dipandanginya sosok perempuan yang masih terlelap di samping kanannya. 

Tidak tau mengapa, melihat Clara dengan kedua mata yang masih terpejam, perasaannya berubah menjadi iba. Sosok wajah yang begitu polos, harus menanggung dosa yang diperbuat ayahnya. "Tidak, kamu tidak boleh lemah, Lan," batin Erlan dalam hati.

"Ada yang salah dengan wajahku?" tanya Clara sambil meraba setiap inci wajahnya. Beberapa kali membersihkan matanya dari belek yang menempel di ujung mata. 

"Tidak ada. Saya tidak ingin melihatmu saat ini," ucap Erlan sambil membuang muka. 

"Bangun dan cepat pergi!" 

"Tanganmu masih memelukku, lihatlah." Sambil memberi kode mata pada Erlan untuk menyadarkan bahwa ia sedang memeluknya saat ini. 

"Sudah saya lepas." 

Seusai melepas pelukannya, pria itu langsung berdiri dan pergi meninggalkan Clara. 

Sedangkan Clara, ia masih menatap kepergian suaminya sampai ujung pintu. Terbesit dalam hatinya saat ini, hubungan semalam, hanya sebuah formalitas. Laki-laki bisa melakukan itu semua ke semua wanita, meskipun tanpa rasa cinta. 

'Sadarlah, dia juga terbiasa melakukan itu ke wanita lain. Kamu tidak ada harganya sama sekali untuknya, kamu tidak berharga, dia melakukan itu karena nafsu, bukan karena cinta!' 

Berulang kali Clara berusaha menyadarkan dirinya sendiri, agar tidak terlalu percaya diri dengan kemabukan semalam. 

Ingin segera menyudahi lamunan, gadis itu pun segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sebaliknya, Erlan justru menggunakan kamar mandi luar untuk dirinya sendiri. 

"Rambut kamu basah pagi-pagi ini," kata Carlis pada Erlan saat menemui putranya sedang mengeringkan rambut basah dengan handuk berwarna putih. 

"I...iya, Mom. Keramas di pagi hari sangat segar, apalagi cuaca sekarang sangat panas, jadi rambut bisa cepat apek kalau tidak rajin keramas." 

Erlan tidak ingin mengatakan yang sebenarnya pada Carlis. 

"Gadis itu, rambutnya juga basah," sambung Carlis ketika melihat Clara yang baru saja keluar dari kamarnya dengan posisi rambut yang masih basah.

Seketika wajah Erlan menjadi sangat tegang, ia berusaha mencari jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan Mommynya.