Tera
"Kapan kita bisa memulainya?.!"
"Lebih cepat lebih baik, mungkin nanti malam!."
Menyodorkannya senjata yang sudah berisikan peluru, Xander memberikan senjata HK MG4 43 Machine sun dengan kaliber 5.56 mm jangkauan elektif 1000 meter jarak untuk menembus tembakan yang dapat dilayangkan.
Ray mengambil mencoba menggerakkan pistolnya "bagus paman!." Tersenyum smirk lalu meletakkan kembali pistolnya.
"Bagaimana dengan ledakan bom?, aku ingin melihat hancurnya tubuh mereka saat bom meledak!." Usul William.
"Hem... Menarik nanti aku akan berikan untukmu!."
Tok tok tok!!
Ketukan pintu membuat atensi mereka menoleh. "Masuk!!." Suara berat Xander menginstruksikan.
Pelayanan rumah mereka dan ajudan dibelakangnya masuk dengan menundukkan setengah badannya.
"Maaf mengganggu, saya diminta nyonya untuk segera ke ruang makan karena makanan sudah siap tuan!."
Menganggukan kepala "Pergi!!".
"Baik tuan."
"Saat nanti malam jangan lupa pakai baju Anti peluru,bawa mobil masing-masing, sebelum kalian menyerang pastikan anggota kita terlebih dahulu menyerangnya, kita tidak tau seberapa banyaknya anggota mereka, agar sedikit lengah dan kurangnya anggotanya, aku akan mantau dari kejauhan jika ada yang janggal maka aku akan turun tangan!." Instruksi dari Xander.
Melirik sekilas Williem dan Ray, Xander melihat mereka menganggukkan kepalanya tanda paham dengan instruksinya lalu menyuruh mereka untuk pergi makan.
Drett..!!
Bunyi telepon genggam Williem yang berbeda disaku berdering, merogoh dan melihat siapa yang menelepon ternyata itu Punjan, menggeser tombol hijau menempelkannya di telinga.
"Woy Williem!?." Ngegas nya Punjan.
"Apaan!!" Ta kalah ngegas Williem.
"Punjan butuh ginjal Williem, ada kan?, Punjan lagi males bunuh!." Curhat Punjan.
"Jijik Jan!, ga usah so manis lu..!! Lu punya ginjal kan? Ada dua kan? Napa ga lu gunain tu satu ginjal,?. Kan asik tu lu jadi tau ginjal lu bagus apa engga, kalo dijual!.. ya ga?." Pertanyaan ngaco yang di keluarkan Williem dengan nada ngeselin juga bulu alis dinaik turunkan.
Punjan mengeram dari sebrang telepon jika Williem didekat Punjan mungkin ginjal Williem yang akan di jual oleh Punjan.
"Kalo ginjal Williem aja gimana? Kan ada dua juga?." Balas Punjan.
"Kalo ginjal gue emang lu berani ambilnya!.?, Seringai Williem. "Nanti bingung mau cari ginjal ga ada mangsa kalo gue mati Jan!. Nanti nanges!!" Nada ngeselin Williem.
" Williem mah gitu, terus Punjan Giman dong,?
Sedih Punjan.
"Ya saya ga tau kok tanya saya!." Seringai nakal Williem dengan nada khas bapak presiden, dirinya hanya ingin mengerjai Punjan.
"Ahh dah lah nelpon Williem ga ada manfaatnya, Punjan juga ogah kalo disuruh nelpon Ray yang ada tambah kesel dah lah gelap!." Suara kesal Punjan disebrang telepon.
"Hahahahaa yaudah sana minta Ray.!" Tawa kesenangan instruksi Williem.
"Udah dibilang nanti Punjan yang tambah kesel, si Ray pasti bilang sama kaya Williem yang diambil ginjal Punjan!." Gerutu Punjan.
"Ya bagus lah nanti kasih aja tu ginjal sama kita, tar kita yang jual, uangnya buat foya-foya!., Gimana setuju ga?."
"Asu..!! Williem sama Ray emang harus ngerasain bener-bener gimana kalo emang bener ginjal kalian bener Punjan ambil!." Umpat Punjan di sebrang telepon. Punjan yang emosi langsung mematikan tanda merah di teleponnya.
Williem yang melihat itu hanya mengangkat bahu pundaknya bodo amat mengembalikan ponselnya disaku, Punjan yang ingin ginjal dirinya yang ribet. Pikirnya.
Meja makan berhias emas mengkilap dengan minuman maupun makanan bertaburan emas buah-buahan yang tersaji dengan makanan menu penutup seperti menjamu pangeran istana dengan ajudannya yang menjaga dibelakang mereka. dikeluarga Margeyunga makanan seperti itu sudah terbiasa tersaji di meja makan mereka. Hem.. mungkin ini yang disebut makan 1 triliun untuk satu Minggu!.
"Silakan makan," instruksi kepala keluarga.
"Tunggu..!." Cegah seseorang datang dari luar.
Menoleh ke arah suara "kukira kau tidak akan pulang!."
"Aku mendengar dia pulang, jadi aku putuskan untuk menemuinya!." Beralih menatap intens Williem.
"Kenapa?." Merasa jengah dengan tatapan mengintimidasi dari sang kakak.
Yap tadi adalah Kim Tera anak pertama perempuan dari keluarga Margeyunga,
"Sudahlah duduk,, adik kau tidak akan terimidasi dengan tatapan mu itu!." Suara berat dari Xander memecah hening antara interaksi adik dan kakak ini sepertinya tidak akrab satu sama lain.
"Aku sangat tidak suka dengan dia dad,.!."
"Lalu kenapa kau pulang untuk melihatnya dan mencegah tadi?." Mengangkat satu alisnya Xiander kembali bersuara.
Kembali menatap Williem dengan tajam. "Aku ingin membunuhnya!."
"Wow,, tenang kak, kita kesini ada tujuannya dan juga , kenapa setiap Williem kesini pasti kau ingin membunuhnya?." Ray mencoba menenangkan suasana.
"Kau sudah lupa dengan beberapa tahun silam ha? Gara-gara dia si brengsek sialan ini aku kehilangannya, lalu dirinya bersenang senang tanpa berpikir aku bahagia apa tidak?.
Memuakkan!!."
"Pergi kau dari rumah, kenapa kau kembali?." Usir Tera.
"Dady yang minta Tera, kamu duduk dulu ini minum,!" Menyodorkannya minuman dan di habiskan oleh Tera.
Tera masih menatap tajam Williem mata elangnya tidak biarkan untuk berkedip, seperti ada sinar laser yang bisa memmembut siapa saja yang melihatnya pasti langsung ketakutan. Berbeda dengan Williem dirinya masih bisa memakan dan meminum dengan santainya menghiraukan Tera yang ingin meghabisinya.
"Yakk aku ingin membunuh mu sungguh!!." Bangkit dari duduknya Tera menghampiri Williem yang duduk menyantap makanan, menggutari meja makan, sampai pada tempat Williem dirinya langsung mencekik leher adiknya.
"Mati kau!, Sialan!." Teriak Tera.
Tidak terimanya dirinya yang melihat Williem biasa saja tanpa rasa bersalah ataupun menyesal karena sudah mempunyai dosa yang besar kepada dirinya.
Uhuk!! Batuk Williem.
"Kau masih mencintainya?." Tanya layang Williem.
"Menurut kau!." Williem melepaskan tangan Tera dilehernya lalu menganggukkan kepalanya.
Kembali memasukkan makanan yang tadi tertunda.
"Dia sudah mati kan, mau kau apakan lagi? Membenciku, membunuhku? Sama saja tidak ada gunanya, dirinya tidak akan hidup lagi!."
Tera tersinggung dengan perkataan Williem, dirinya menjambak rambut belakang Williem sampai kebelakang mengambil air yang berbeda di meja makan menumpahkan tepat di muka Williem.
"Mati kau sialan!."
Tidak sampai disitu dengan sadisnya Tera menyelupkan muka basah Williem dengan makanan di depannya yang tadi sedang dimakan oleh Williem.
Williem tidak terima dirinya melakukan perlawanan, menjambak rambut belakang Tera, dengan Tera yang mendongak ke atas. Tera menatap layang adik bangsatnya.
"Kau pikir aku akan mati semudah itu ha!?." Nada keras serta bentakan Williem.
Tersenyum Tera mengambil tangan Williem memutar tangannya kebelakang membuat Williem merintih kesakitan, Tera mendorong kuat kursi yang di duduki Williem sampai terjatuh.
Bangsat!.
Hahahahahahahahahah Ray paling keras suara tertawanya dirinya paling senang melihat Williem ternistakan.
"Sudah Tera, Williem kesini hanya untuk berperang melawan musuh bukan kamu, kau kembali ke tempat semula!.,"
"Bagus lah, semoga aja kau mati tertembak!."
Williem menatpa mata Tera tajam berdiri dari jatuhnya "tidak apa aku mati, yang penting aku sudah membunuh kekasihmu! hahaha." Smirk Williem berwajah konyol dengan nada menjengkelkan yang membuat siapa saja ingin melenyapkan manusia satu itu.
"Kau memang harus ku bunuh duluan!. Sini kau!."
Dan lihatlah apa yang terjadi sekarang mereka kejar kejaran seperti tom and Jerry, melompat dari sofa ruang tamu menuju ruang keluarga dan masuk ke belakang rumah, Tera melihat kolam renang tanpa basa-basi menyeburkan Williem kedalam kolam.
"Sialan!!" Maki Williem.
"Itu belum pantas untuk mu anak nakal!."
"Kebiasaan!.Anak itu." Menggelengkan kepala melihat anak mereka yang tidak pernah akur ada saja yang direbutkan.
Tera tidak akan bisa membunuh Williem, jika pun bisa pastinya sudah dari dulu, mereka hanya akan saling melemparkan perkataan membunuh tanpa bunuh, Xiander paham dengan Tera kalo anak perempuannya sakit hati dengan Williem yang membunuh kekasihnya dengan beralaskan Williem tidak suka. Waktu itu Tera dan keluarga marah besar dengan Williem membunuh dengan alasan yang tidak pasti, Xiander langsung saja ngebogem Williem dengan tangan kosong sampai Williem pingsan dan tidak sadarkan diri rumah sakit, itu sebabnya Xander berserta orang tuanya memutuskan untuk Williem pergi meninggalkan rumah dengan iming-iming perusahaan agar Tera tidak akan membunuh Williem.