Chereads / MR. WILLIEM / Chapter 17 - 17

Chapter 17 - 17

Cpt 17

Navinka menjerit yang langsung dihentikan oleh Williem, menutup mulut Navinka menggunakan telapak tangannya.

"Jangan berisik, aku ga suka!. Sutt..!" Menunjuk jari telunjuk William kedepan mulut.

Navinka yang tadi panas dengan dirinya memuji Williem, yang tadi mendengar oleh orangnya langsung, sekarang Navinka lebih panas dan deg-degan dengan muka Williem tepat di depan wajahnya.

Jari telunjuk yang didepan mulutnya, rambut tebal jatuh di dahinya, mata tajam bulu mata lentik, hidung mancung juga dagu yang sempurna, Navinka terpesona akan ciptakan tuhan kepada orang yang berada didepannya saat ini.

"Sumpah lu ganteng banget Williem!.."

"Agrhh Navinka sadar... Dia psikopat..!" Jerit Navinka dalam hatinya.

Tapi apa boleh buat. Navinka sekarang tidak sadar dirinya memikirkan Williem dengan peran tokoh film romansa-romantis adegan dewasa yang pernah dirinya lihat dan Williem sebagai tokoh utamanya.

Navinka sekarang menampilkan wajah aneh dengan bibir monyong naik keatas senyum-senyum sendiri di depan Williem, seperti orang gila yang harus di letakkan di rumah sakit jiwa.

Williem menatap aneh Navinka yang sedang senyum-senyum sendiri. Apakah Navinka gila?. Pikir Williem.

"Ngapain lu senyum-senyum, gila lu?." Tanyanya sambil menurunkan tangan masuk ke saku celana.

"Enak aja, gue masih waras ya!." Sewot Navinka yang sadar dengan halunya, dirinya kembali malu dengan tindakan tadi kenapa otaknya memikirkan Williem dengan tokoh film favoritnya. Apalagi bagian Williem yang... Agrhhbsjsbsjsbdh. Otakku!.

Menggelengkan kepalanya berkali-kali Navinka mengusir pikiran tadi. Kenapa dirinya senyum-senyum sendiri sii!!.. apakah memang dirinya sudah tidak waras. Tidak, tidak dirinya masih waras. Tolak gila!.

Williem mendekati Navinka. Navinka siaga satu.

"Kau mau apa Will?." Tanya Navinka was-was.

"Mau bermain denganmu!." Menampilkan senyum smirk Williem menakuti Navinka,tubuh Navinka ketakutan. Seperti ada antena bahaya, Navinka kembali menjerit lebih keras meminta pertolongan sebelum Williem melakukan yang tidak-tidak.

"Aaaaaaaaaaaa!!!." Jerit Navinka.

Tok tok tok!!..

"Non.. non ada apa non kok teriak.?" Panik asisten rumah tangga Navinka yang mendengar jeritan Navinka langsung menuju asal suara jeritan yang ternyata di kamar anak majikannya.

Williem melirik sekilas pintu yang di ketuk menatap Navinka dengan tajam mengambil pisau lipat di saku celana depan. Click... Pisau lipat di buka.

"Non buka non..?" Navinka yang mendengar suara bibi Inah pembantu rumahnya, dirinya akan meminta tolong kepada pembantunya, namun langsung di ancungkan sebuah pisau tajam milik Williem tepat di leher jenjangnya.

"Bilang pada pembantu itu, kalo kau baik-baik saja. Bukan kah memang kau baik-baik saja?" Ancam Williem menaikan satu alisnya dengan suara kecil agar pembantu sialan itu tidak mendengar.

Navinka menggeleng dirinya tidak mau lagi mengikuti arahan Williem, sudah cukup saat dirinya di sekap saja. Untuk kali ini dirinya akan melawan.

Williem yang ditolak oleh Navinka dengan menggelengkan kepalanya merasa kesal dirinya langsung memajukan pisaunya lebih dekat di leher Navinka bahkan mengenai kulit lehernya. Yang kapan saja, jika Williem menggoreskan pisau tajamnya Navinka hilang nyawa.

"Cepat katakan!." Tegas Williem.

Navinka diem, dirinya harus meminta pertolongan bu Inah agar bisa lepas dari psikopat didepannya.

"Ya Tuhan tolong aku." Mohon Navinka di dalam hati.

Tok.! Kembali mengetuk pintu.

"Non..?" Memanggil kembali anak majikannya yang tidak mendapatkan respon. Ternyata pembantu itu belum pergi.

Mencoba tidak takut, Navinka melawan ketakutannya yang sebenarnya sudah ketakutan dari awal. Dirinya mencoba berteriak kembali.

Williem melotot kearah Navinka yang akan berteriak kembali, karena Navinka tidak mematuhi perintahnya, terpaksa Williem menekan pisau di leher Navinka tetapi tidak dalam, Williem hanya ingin Navinka nurut sama dirinya, namun apa yang Navinka lakukan membangkang. Ck!.

"Ga usah teriak jika leher mu ingin aku gorok lebih dalam, bilang sama pembantumu itu suruh pergi, atau aku bunuh pembantumu!!." Tekan Williem.

Navinka kembali ketakutan tubuhnya bergetar, air matanya mengalir jatuh, menahan sakit dilehernya akibat Williem tangannya meremas saku celana training hingga berkeringat.

Ingin rasanya Navinka berteriak dan mendorong jauh pisikopat gila ini dari depannya. Namun Navinka takut dengan Williem, ini saja pisau masih di lehernya. Bahkan tangan dan kakinya terasa lemas untuk digerakkan.

Dan untuk sekarang julukan yang bagus bagi Williem adalah psikopat gila. Iya gila!!. Williem gila.

"Kenapa menangis, cepat katakan pembantu sialan mu itu!. Merusak mood saja!."

"A-aku ga papa Bi, gga usah khawatir!." Gugup Navinka ditatap tajam Williem. Akhirnya Navinka ngalah dan menerima perintah Williem.

"Williem sangat menyeramkan!." Batinnya.

"Kenapa tadi teriak non emang lagi apa?." Tanyanya lagi.

Williem kembali menatap tajam Navinka memberi isyarat agar pembantu itu cepat pergi.

"Gak bi aku nggak papa, bibi pergi aja!."

"ya udah non kalau nggak papa bibi pergi, kalau ada apa-apa bilang ya non bibi khawatir,!.

"Puas!."

Williem tersenyum kemenangan menjatuhkan pisaunya lalu menarik pergelangan tangan Navinka menuju kasurnya.

"Duduklah!." Titah Williem.

"Ternyata kau harus diancam dulu baru mau menuruti perkataanku, ck menyusahkan.!" Ujar Williem melihat luka di leher Navinka yang tadi dirinya tusuk.

Navinka mengerutkan keningnya apa katanya tadi dirinya menyusahkan ck, yang benar saja orang dari tadi awal masih baik-baik saja, lalu datang orang yaitu Williem masuk ke kamarnya membuat keributan pakai segala ngancem, terus tusuk lehernya sampai keluar darah kalo emang Williem mau bertamu ke rumahnya kenapa tidak lewat depan saja kenapa malah lewat jendela kamarnya. Ck. Jadi yang menyusahkan disini siapa dirinya atau Williem. Williem Memang gila!.

Untuk saat ini mending dirinya diam. Iya Navinka akan diam biarkan saja Williem akan kemana dan membuat apa. Navinka akan diam!.

Sepuluh menit, lima belas menit, dua puluh menit, hanya ada suara jarum jam dinding yang berputar terpasang di kamar Navinka. Dirinya dan Williem tidak mengeluarkan suara atau bunyi. Namun tangan Williem tidak diam, tangannya membersihkan luka dan darah di leher Navinka mengunakan kapas dan alkohol agar tidak terinfeksi.

"Jangan di tahan, aku tau ini sakit, aku ingin mendengar jeritan mu!." Menekankan lukanya, Williem sudah tidak sabar dengan suasana saat ini. Hanya berdiam-diam saja tanpa suara yang keluar.

"Apa kau marah dengan ku?." Williem berfikir itu benar, biasanya cewek jika marah akan diam bukan. Apa mungkin Navinka marah beneran?.

"Pergi!." Akhirnya Navinka berbicara setelah tiga puluh menit diam seperti patung.

"Kau sekali berbicara mengusir ku ya!."

"Ini udah malem Williem lu pergi deh!. ya gue mau istirahat.!" Tekan Navinka.

_"Ya Tuhan bisakah orang ini pergi dari hidup saya gangu banget!" Mohon Navinka._

"Aku ingin bermain denganmu Navinka, emm.. bagaimana kalo aku merias tanganmu dengan jarum itu aku buatkan gambar bunga mawar indah, sepertinya bagus, tenang aku pandai melukis.!" Ujar Williem saat melihat banyak jarum di meja rias Navinka.

Navinka tidak habis pikir dengan otak Williem kenapa isi otaknya hanya darah, nyawa dan teriakan kesakitan.

"Bermain gundulmu ini namanya nyiksa anjir!." Sudah cukup Navinka habis kesabaran menghadapi Williem, bisa-bisa dirinya yang gila!.