Menangis menundukkan kepala badan gemeter takut akan kehilangan nyawanya, bingung itu yang sekarang Navinka rasakan rasa takut yang menjadikan satu bercampur pikiran negatif di otaknya, pundaknya di pegang oleh Williem cengkraman tangannya yang kuat membuat pundaknya sakit.
"Aku ingin kau melihatku Navinka!." Nada tegas tidak bisa dibantah terlontar dari mulut Williem.
Menggelengkan kepala tanda tidak mau mengangkat kepala, enggan melihat ke arah Williem.
Williem habis kesabaran melihat reaksi Navinka mendongakkan dagu Navinka untuk melihat dirinya.
"Aku sudah bilang tetap aku, kau mau bahumu kupatahkan,!?"
Navinka kembali menggeleng tanda tidak mau dengan segukan dia berkata"Jan...gan.. hiks..!!."
Williem menghapus air mata Navinka "jangan nangis!, Gue ga suka!."
"Kenapa ga suka ini air mata gue?!." Sambil segukan Navinka mengelap ingusnya yang membuat hidungnya sedikit kemerahan.
"Cute!." Guman Williem melihat Navinka yang menurutnya sedikit mengemaskan.
"Ha?. Srott.." Navinka tidak terlalu mendengar apa yang di ucapkan Williem tadi dirinya sedang sibuk dengan ingusnya.
"Ga!." Williem sadar dengan perkataannya lalu menggelengkan kepalanya.
" Silahkan di make up!." Perintah Williem.
"Baik tuan."
Williem menyewakan penataan rias untuk memperbaiki penampilan Navinka dari sebelumnya, sebenarnya Navinka ini sudah cantik dengan penampilan yang sekarang, dengan kulit putih hidung yang tidak terlalu mancung, mata teduh, bulu mata yang lentik, bibir tipis merah muda alami serta tinggi badan yang sepadan dengan tinggi dadanya menambah kecantikan sendiri dari Navinka.
Navinka melihat penataan rias dibuatnya bingung kembali, siapa yang akan didandani apakah dirinya?.
Melihat Williem tanda meminta jawaban, Williem yang paham dengan raut muka Navinka dirinya tidak menjelaskan namun hanya diam, jika dirinya menjelaskan mungkin nanti Navinka hanya menjawab dengan kalimat"ha!." Williem malas menjelaskan panjang lebar nanti Navinka juga tau sendiri. Pikir William.
"Sini nona saya dandanin"
"Ha!, Kok saya?" Navinka melihat kembali ke arah Willliem namun ternyata Williem sudah tidak berada pada posisi sebelumnya, Williem sudah pergi meninggalkan ruangan.
"Sini nona!." Penataan rias meminta Navinka duduk depan cermin agar mudah dirinya mengoles bedak pada wajah Navinka.
Williem kembali membawa sebuah kotak tidak terlalu besar setelahnya tanpa aba-aba Williem jongkok dihadapan menghadap Navinka, membuka kotak tersebut mengeluarkan isi kotak dan memakannya di kaki Navinka.
Deg!
Navinka menatap Williem yang sedang memakaikan sepatu high heels berwarna hitam dengan tinngi 7cm dikakinya, jantungnya pun berdegup kembali, namun setelahnya Navinka bisa menetralkan kembali.
"Apa yang kau lakukan Williem?,untuk apa dengan sepatu itu?."
" Memakaikan sepatu untumu! Apakah matamu sudah tidak bisa melihat!." Sarkas Williem.
Navinka melihat William memakaikan sepatu untuknya namun yang dirinya pertanyaan adalah untuk apa dirinya memakai sepatu high heels, kan masih ada sepatunya?.
"Maaf nona ini belum benar!." Navinka kembali mengubah posisi sebelumnya saat mendapat arahan dari penata rias tersebut.
" Sudah selesai!, Saya pamit." Membereskan semua peralatannya penataan rias pergi.
Williem menatap Navinka dengan tatapan kagum cewek ini hanya di poles sedikit make up dengan rambut panjang yang di gulung ke atas dengan tambahan hiasan simpel di samping rambutnya, serta leher yang jenjangnya yang terekspos melihatkan kalung yang tadi dirinya berikan menambah kesan kecantikan sendiri untuk Navinka.
"Gue tau gue cantik Willi..!, Gue mah mau di make up apa aja juga cantik , body juga bagus.!" Melenggak-lenggokkan tubuhnya serta mengibaskan poninya Navinka berbicara dengan nada pedenya.
"Lu kaya ondel-ondel..!" Ledek Williem.
Navinka memajukan bibirnya dirinya cemberut dengan ledekan Williem, cantik-cantik gini dibilang ondel-ondel.
" Ondel-ondel gini lu sekap juga Willi?."
Navinka tersenyum melihat William yang tersekak dengan perkataannya.
"Gue sekap lu?. Ya karena gue mau bunuh lu tapi secara perlahan nanti juga lu lihat sendiri!." Sekarang giliran Williem yang tersenyum penuh kemenangan melihat Navinka yang tidak bisa merespon kembali ucapannya serta ada ketakutan di matanya. Dasar cewek bodoh!!.
Williem menarik pergelangan tangan Navinka secara halus. "Ikut aku!."
Genggam Williem di jari Navinka yang halus serta tarikan yang lembut membuat Navinkakaget dirinya kembali menerka apa yang akan dilakukan Williem setelah ini.
Membuka pintu ruangan Navinka, terdapat banyak bodyguard di depan pintu yang menjaga, saat melihat mereka langsung menundukkan badannya tanda hormat.
Yang dibalas menunduk olehNavinka.
" Ck ayo!." Decakan Williem yang tidak suka saat melihat Navinka membalas membungkuk. Dirinya menarik tangan Navinka lebih kencang yang membuat Navinka terhuyung ke depan saat mendapat serangan tersebut.
Williem mengeratkan tangan Navinka, ternyata tangan Navinka bisa membuat hatinya sedikit menghangat juga dengan tangan Navinka yang halus.
"Masuk!!." Memasuki mobilnya membuka pintu untuk Navinka sambil memegang kepala Navinka agar kepala navinka tidak membentur pintu mobil.Williem memutari mobil masuk dan mengambil alih setir lalu menggunakan sabuk pengaman untuk keselamatannya.
"Pakai sabuknya!." Navinka menuruti perkataan Williem dengan memasang sabuknya sendiri.
"Kita mau kemana?."
"Ketempat siapa?."
"Kau beneran mau bunuh aku?."
"Kau mau pegal kepala ku?."
"Kau mau ambil organku?".
"Kau mau jual aku?".
"Kau mau apa William?."
"Ini kita mau kemana!!!?.." Meronta-ronta didalam mobil Navinka melontarkan banyak pertanyaan dengan mencoba memasang sabuk pengamannya.
" Lu diem, apa gue beneran pegal kepala lu?." Ancam Williem agar Navinka berhenti bicara yang tidak-tidak, Williem memasangkan sabuk pengaman Navinka yang terlihat kesusahan,
lalu William menghidupkan mesin mobil dan melanjutkan perjalanan.
"Sadis banget!." Ucap Navinka pelan.
"Gue denger!." Ternyata William dengar.
"Ampun suhu!." Merapatkan tangan dekat dengan dadanya dan menundukkan kepala Navinka seperti meminta ampun dengan Williem namun terkesan seperti bercanda di telinga Williem.
Melirik sekilas lalu fokus kedepan melanjutkan perjalanan, dan sampai pada restoran mahal elegan dengan nuasa cat emas William berhenti dengan pintu yang dibuka oleh bodyguard restoran.
"Selamat datang tuan nona." Menunduk tanda hormat.
Navinka melihat bodyguard menunduk dirinya ikut menundukkan kepalanya juga.
"Ck..! lu ga perlu ikut menundukan badan juga Navinka!!." Bisik William agar tidak terdengar orang lain yang sedang memperhatikan mereka dengan tatapan kagum.
"Ga sopan Willi!, Ini juga kita ngapain kesini?." Balas Navinka ta kalah bisik dirinya sedikit risi dengan tatapan orang disekitarnya yang memandang dirinya dan William.
Memang ada apa dengan dirinya, apa mungkin karena Williem dan dirinya masih bertautan dengan jari mereka.
"Diner!." Jawaban William yang tidak lagi berbisik-bisik.
"Ha!." Cengo Navinka
"Selain kata "ha" ada ga?."
"Ha!." Emang Navinka cuma modal ngang, ngong,ngang, ngong, doang mana paham dirinya kaya ginian. Pikir William
"Ha diner.!" Baru paham Navinka.
"Diner cuma makan berdua doang gitu.?" Ucapnya bisik-bisik Navinka sedikit malu dengan kalimatnya yang cuma"ha" doang, mana dirinya saat mengucap itu sedikit teriak dan sekarang dilihat orang lagi.