BERTAHAN!
Hari ini seharusnya Williem pergi ke Amerika bersama Ray. Namun di undur menjadi besok pagi dikarenakan cuaca tidak mendukung untuk berangkat ke Amerika informasi sang pilot pribadi Williem.
Saat ini Williem meneguk secangkir kopi dengan sebatang rokok ditangannya mata Williem melihat pemandangan dari jendela tempat tinggalnya dan Navinka sekarang.
Terdengar suara jeritan Navinka yang dirinya siksa di dalam ruangan kamar serta pemandangan yang menyejukkan mata menjadi satu dengan keindahan yang Williem ciptakan sendiri.
Memang kadang kita harus membuat kebahagiaan tersendiri bukan untuk diri kita, seperti Williem saat ini yang bahagia mendengar jeritan meminta tolong akan kesakitan dari suara Navinka.
Guk guk guk!!.
Suara gonggongan anjing yang mengisyaratkan bahwa anjing itu kelaparan, Williem yang paham langsung mendekat dan mengelus kepala anjing tersebut.
"Ah kamu lapar?, Bentar!." Williem berjalan menuju ruangan pribadinya dan lihatlah koleksi lemari pendingin Williem.
Lebih banyak dari koleksinya di markas tempat penyiksaan dan pembunuhannya dilakukan.
Yang mana ada kepala manusia sudah mengering, tangan dan kaki yang sudah mengelupas dan bahkan sudah ada yang menjadi tulang, jangan lupakan darah manusia maupun hewan yang Williem simpan sudah hampir mengering.
Williem mengambil tulang yang sudah mengelupas dari kulit manusia koebannya tanpa rasa jijik sedikitpun. Williem mencoba memasukkan jari kelingking ke dalam wadah darah manusia yang ia simpan lalu mencoba menjilat darah itu.
"ternyata lebih enak saat masih segar!, tapi tak apa anjingku pasti suka!." Monolog nya dengan mengambil darah yang tadi dirinya jilat, untuk anjing imut milik Williem.
"Silakan manis, makan sepuasmu!." Meletakkan tulang dan darah yang hampir mengering itu di dalam tempat makan anjing. Yang disambut dengan gonggongan gembira dari anjing tersebut dan langsung disantapnya.
"Williem keluar kan aku!, buka pintunya!!." Pintu gedoran Navinka dirinya memberontak dan meminta agar dibuka pintu ruangannya.
Tentu saja Williem tidak akan membukanya, lihatlah seberapa kuat tenaga Navinka untuk meminta dibuka pintunya mungkin nanti belum juga satu jam sudah diam sendiri atau sudah kehabisan tenaga. Pikir Williem.
Belum juga 15 menit sudah diam gedoran Navinka, Williem melihat tab yang menghubungkan langsung ke kamera ruangan Navinka ternyata Navinka sedang berusaha keluar dari ruangannya.
Ternyata Navinka orangnya pantang menyerah dirinya akan berusaha semampunya dan akan terus mencoba, Navinka saat ini sedang membobol ternit langit-langit dengan kursi rias yang diletakkan di atas kasur walaupun sedikit meleyot saat Navinka naiki tapi dengan keberanianya dirinya menaikinya.
Williem menggertakkan giginya dirinya cukup kaget dengan ulan Navinka yang ternyata memiliki pikiran untuk keluar dari langit-langit. Melihat Bagaimana usaha Navinka dari tabnya, Williem mempunyai ide untuk tidak membuka pintu terlebih dahulu atau pun mengancam seperti biasanya dirinya akan diam terlebih dahulu.
Navinka benar, dirinya membobol langit-langit menggunakan garpu mebobolnya dengan sedikit demi sedikit garpu bekas Navinka makan tadi seperti memiliki fungsi untuk Navinka menyelamatkan diri. Karena senjata yang bisa dirinya gunakan hanya garpu ini.
Sedikit demi sedikit langit-langit itu bisa berlubang walaupun tidak terlalu besar, Navinka tidak pantang menyerah walau matanya menjadi korban akan debu yang berjatuhan di matanya yang menyebabkan kan akhirnya harus berhenti sejenak untuk menghilangkan debu yang menempel di kedua matanya.
"Percobaan kabur yang bagus!."
Williem masih mengamati gerak-gerik Navinka namun saat melihat mata Navinka berubah menjadi merah dirinya langsung menghampiri Navinka dan membuka pintu.
Cklek..
Pintu terbuka Williem langsung menghampiri Navinka dan menarik pergelangan tangan Navinka, Navinka jatuh dari tempatnya yang langsung ditangkap oleh Williem.
Mereka kaget dengan keadaan saat ini kondisi dimana Navinka dan Williem pandang dalam satu dekapan, jantung Navinka berdetak kencang seperti habis lari maraton dengan kapasitas oksigen disekitarnya yang menipis.
"Iya gue tau gue cakep!." Ujar Williem dengan kepercayaannya.
Navinka pun sadar lalu mengedipkan matanya berulang kali serta mengucek matanya dengan punggung tangan.
"Dih pede banget lu!."
William yang melihat itu pun memegang tangan Navinka agar tidak mengucek matanya lalu mendekat arah Navinka dan meniup matanya.
Cup!.
"Mine!!" kecupan bibir Williem pada mata Navinka.
Navinka membuka matanya melotot tidak percaya dengan kelakuan pria didepannya ini, dirinya menahan nafas beberapa saat.
"Keluarin nafasnya!."
Hurt.. Navinka mengembuskan nafasnya.
"Apaan si lu Will?." Semprot Navinka.
"Ga usah baper juga kali, gue cuma mau lihat mata lu doang!." Williem melihat Rona merah di kedua pipi gemulnya Navinka
Mengambil garpu yang tadi digunakan Navinka, Williem mencoba ingin bermain dengan Navinka saat ini.
"Ini garpu, kalau gue tusuk ke mata lo kayak ya bagus!, menurut lo gimana?." Mengarahkan garpu yang berada tepat pada mata Navinka, yang mana satu gerakan lagi akan menimbulkan hilangnya mata Navinka.
Williem yang dari kemarin tidak pernah mendapatkan mata Navinka saat ini dirinya ingin sekali menusuk mata itu mata yang bulat dengan bulu mata lentik hitam pekat serta bola mata Navinka bersinar dengan warna coklat terang. Williem kan jadi pengen matanya!.
Menahan nafasnya kembali Navinka melotot tidak percaya .
"Ya Tuhan apalagi ini!! Selamat kan aku!." Teriak batin Navinka.
Navinka mencoba memberanikan dirinya.
"Bagus pantat lu!!." Umpat Navinka dengan dirinya langsung menundukkan pandangan dari mata tajam Williem.
Williem mendengar umpatan Navinka dari bibir mungil kecil namun berisi dan merah muda yang alami itu, dirinya jadi menginginkan bibir Navinka namun saat ingin melanjutkan aksinya Navinka menundukkan kepala.
Williem memegang dagu Navinka mengangkat menghadap dirinya, Navinka mendongkrak memberi tatapan memelas dengan mata bulatnya sambil memohon kepada Williem.
"Jangan please!, Gue mau hidup!." Turun sudah air mata Navinka yang tadi dia tahan dirinya takut dengan tindakan Williem.
Deg!.
Navinka memeluk Williem menangis di dadanya, Navinka bingung harus bagaimana dirinya tidak ingin mati mengenaskan ditangan pisikopat gila darah ini. Otak Navinka sudah tidak bisa bekerja yang ada di otaknya hanya bagaimana agar Williem berhenti dengan pikirannya yang akan menusuk matanya.
Williem menjatuhkan garpu ditangannya dirinya merasakan Navinka bergetar hebat dengan suara segukan di dada bidangnya, ntar mendapat serangan dari mana memeluk tubuh Navinka mengusap rambut di kepalanya dengan sedikit keraguan.
Williem yang sadar akan kelakuannya mendorong Navinka dangan sekuat tenaga lalu terjatuh di lantai yang dingin.
Navinka kaget akan dorongan yang kencang dan dirinya terjatuh.
Mengambil sebatang rokok dari sakunya, Williem menyalakan rokok tersebut dengan korek api di saku depan. Menghimpit rokok dengan kedua jarinya menghirup asap rokok keluar dari mulut William, William jongkok di depan Navinka yang masih duduk di bawah lantai menghisap asap rokok dikeluarkan tepat di wajan afika.
"Uhukk.. uhukk..!"
Batuk Navinka menghirup asap rokok tersebut.
"Gitu doang lemah!." Menyemburnya asapnya lagi tepat pada mulut Navinka saat batuk.
Uhukk!. Navinka tersedak dengan asap rokok Williem, belum sempat berhenti batuknya Willem menyemburnya lagi asap rokok tersebut di muka Navinka.
Navinka sudah kehabisan nafasnya dirinya tidak bisa bernafas dengan asap rokok yang terus di keluarkan oleh Williem yang mengenai mukanya. Dan tiba-tiba semuanya gelap. Navinka pinsan.