Perang tidak lagi dapat terelakkan. Terdapat enam puluh ribu pasukan di pihak musuh, sedangkan dari pihak Arthur hanya berjumlah lima belas ribu pasukan saja. Jumlah yang cukup berbeda jauh. Namun, perbedaan tidak membuat rakyat Aqua berkecil hati.
Arthur percaya kalau dirinya beserta pasukan yang hanya ada beberapa belas ribu itu, akan memenangkan peperangan tersebut, meski hanya memiliki satu persen harapan saja.
Arthur tidak ingin menelan kekecewaan setelah ditinggal pergi oleh Agatha. Dia tidak ingin kecewa untuk yang kedua kalinya.
Arthur akan berusaha sekuat yang dia mampu untuk melindungi, istana dan rakyat-rakyat Aqua yang lainnya, walau harus nyawa yang menjadi taruhannya.
Langkah kuda Arthur begitu cepat, begitu juga Steven dan Zeus yang mengejar di belakangnya. Mereka diikuti lima belas ribu pasukan yang gagah berani.
Mereka terdiri dari pasukan berkuda dan beberapa ribu pasukan yang menaiki burung elang raksasa. Mereka adalah para prajurit dengan keahlian yang tinggi, terdiri dari pasukan pemanah, pedang dan tangan kosong.
Di antara mereka juga ada yang datang dari rakyat biasa. Namun, kemampuan mereka tidak boleh diragukan juga. Kemahiran mereka dalam bermain senjata tidak jauh berbeda, dengan para prajurit yang telah terlatih.
Walaupun sistem militer tidak wajib di kerajaan Aqua, tetapi mereka para pemuda dan pria dewasa, berlatih dengan giat secara mandiri. Biarpun tidak mengikuti sistem pelatihan di istana, tetapi mereka tetap mahir dalam hal senjata dan ilmu bela diri.
Jika sistem militer tidak diwajibkan di Aqua, maka lain halnya dengan di Shiners. Semua pria baik yang masih muda atau sudah dewasa, wajib mengikuti pelatihan yang berlaku di sana. Mereka dilatih layaknya prajurit Istana, tanpa pandang bulu.
Hal tersebut dilakukan, guna melatih fisik mereka agar siap berperang di setiap situasi yang ada. Seperti saat ini. Enam puluh ribu pasukan, bukanlah jumlah yang sedikit, hanya untuk menaklukan Kerajaan kecil seperti kerajaan Aqua.
Bangsa Aqua boleh saja, memiliki kekuatan di bawah bangsa Shiners, tetapi mereka memiliki kekuatan Immortality.
Suatu Bangsa atau Kerajaan, yang memiliki keturunan dari Immortality, akan menjadi Bangsa yang ditakuti di Planet Airraksa.
Immortality adalah bentuk kekuatan terbesar dari Dewa Jupiter. Dewa terkuat yang diyakini oleh seluruh Bangsa dari Planet Airraksa. Kekuatan Immortality hanya ada setiap seribu tahun sekali, dan siapa pun yang memiliki kekuatan tersebut, adalah keturunan dari Dewa Jupiter itu sendiri.
Itu sebabnya, anak yang ada di kandungan Agatha sangat dicari oleh Orion. Seorang Raja yang terkenal akan sifat tamak dan sombong. Seluruh bangsa yang ada di planet Airraksa, mengetahui kalau Orion adalah Raja yang paling kejam.
Selama ini Orion tidak pernah keluar dari daerah kekuasaannya, tetapi setelah mendengar kabar kalau Immortality telah ada di bangsa Aqua, alasan ini yang membuat Orion mengerahkan seluruh pasukan untuk menaklukkan Bangsa Aqua.
Arthur memandang lautan manusia yang saat ini sudah dipenuhi dengan darah. Matanya terbelalak, ketika melihat banyak dari pasukannya yang gugur karena terkena serangan dari Orion.
Sungguh pemandangan yang membuat Arthur mengeratkan giginya. Genggamannya pada tali yang terpasang di kudanya, menggambarkan kemarahan dia, atas kekejaman Orion.
"Sungguh kejam! Dia memang Raja yang biadab! Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Yang Mulia izinkan aku untuk berperang sekarang. Rasanya pedangku sudah ingin memenggal kepala Raja biadab itu!" geram Zeus, sambil menggenggam pedangnya yang siap terhunus.
Arthur yang berada di atas kudanya, terkekeh melihat semangat Zeus, "Tenangkan dulu amarahmu, Zeus. Kau jangan sampai terpancing oleh siasat Orion. Aku mengenal benar sifat Orion yang licik itu."
Arthur bukan tidak ingin memberikan izin pada Zeus untuk maju ke medan perang, tetapi dia hanya ingin Zeus tidak gegabah dalam mengambil keputusan.
Saat ini, satu tindakan saja bisa mengubah alur peperangan. Itu sebabnya Arthur menahan Zeus terlebih dahulu. Namun, pemuda itu tidak terima akan perintah Arthur. Dia mengibaskan satu tangannya, sebagai bentuk kekesalan.
Arthur dan Steven sama-sama terkekeh geli, melihat ekspresi Zeus yang menahan kemarahan, membuat wajah pemuda itu menjadi hiburan keduanya.
Ketika sedang membantai satu persatu prajurit Aqua, Orion tiba-tiba menghentikan gerakan pedangnya. Sekarang pandangannya tertuju pada Arthur dan Steven, serta pemuda yang menurutnya memiliki keberanian besar.
Ketiganya masih berada di atas kuda, sedangkan Orion sudah turun dari kudanya. Dia buru-buru pergi menuju kudanya, dan naik ke punggung kuda tersebut. Dengan satu kali gertakan, kuda itu melesat cepat menuju Arthur dan lainnya, yang jaraknya berada beberapa ratus meter itu.
Selama perjalanannya, Orion tetap menghunuskan pedangnya pada prajurit Aqua. Sebagian dari mereka tewas karena ayunan pedang Orion, yang melukai leher serta dada mereka.
Pemandangan yang membuat hati Arthur tersayat-sayat pedang. Mendengar jerit dari prajuritnya membuat, Arthur semakin murka. Garis bawah matanya terlihat memerah, dan terpancar kilau cahaya biru dari matanya.
Steven yang berada tidak jauh dari Arthur, bisa merasakan aura petarung yang kuat, berusaha Arthur tutupi. Biarpun sudah diredam, nyatanya masih dapat dirasakan.
Orion telah berdiri beberapa meter dari sana, "Akhirnya kau datang juga, Arthur!" seru Orion, sambil mengangkat pedangnya yang sudah bersimbah darah.
Itu adalah darah dari prajurit Aqua yang berhasil dilumpuhkan. Tentu melihat darah yang mengalir di pedang tersebut, membuat Arthur semakin murka. Arthur ingin menarik pedangnya, tetapi dia mengurungkan niatnya itu.
"Kau lihat pedangku, Arthur. Kau pasti sudah tahu, darah siapa saja yang ada pada pedang ini." Orion mengangkat kedua bahunya dan tertawa lantang, merasakan kepuasan dalam hatinya.
Tidak terhitung berapa nyawa yang telah pedangnya ambil. Orion merasa di atas awan, kemenangan akan segera berada di genggamannya, dan Immortality sudah ada di depan matanya.
Hal yang tidak Orion ketahui adalah, Immortality sebenarnya sudah tidak ada di Kerajaan Aqua, itu yang membuat Arthur tersenyum.
Dia sudah bisa menebak isi pikiran dari Orion. Sesungguhnya yang Orion incar memanglah Immortality, sudah dapat diyakini sebelum Immortality belum ada di genggamannya, maka Orion tidak akan menghentikan perang tersebut.
Melihat senyuman yang terpancar dari wajah Arthur, menimbulkan pertanyaan besar bagi Orion. Dia tidak bisa membaca arah pikiran Arthur saat ini. Namun, dia tidak menurunkan kewaspadaannya.
"Yang Mulia, tolong izinkan saya untuk melawan Raja biadab itu!" dengus Zeus, yang melirik tajam Orion, tanpa menurunkan kewaspadaannya.
Pemuda itu sejak tadi terus menggenggam pedang yang ada di pinggangnya. Ingin sekali dia menarik pedangnya, dan menghunuskannya pada Orion.
Arthur mengangkat satu tangannya, lagi dan kagi dia menahan Zeus untuk tidak mengambil tindakan. Orion yang berada di atas kudanya seketika terkekeh geli. Semangat yang pemuda itu tunjukkan, seakan membuat Orion ingin merekrutnya menjadi panglima tertinggi di pasukannya.