Chapter 12 - Chapter 12

Arthur dan Orion sama-sama menarik pedang mereka dalam waktu yang hampir bersamaan. Keduanya tidak bertarung di atas kuda, melainkan melayang di udara.

Semula Arthur tidak ingin bertarung. Dia menahan emosinya untuk melakukan penyerangan, tetapi karena ucapan provokasi dari Orion, yang membuat Arthur naik pitam.

Keduanya berada di udara, tepat di bawah ribuan prajurit tengah bertarung satu sama lain. Tidak banyak dari mereka yang berhasil selamat, diantaranya mati mengenaskan, dengan luka sayatan pedang dan anak panah yang menancap di dada mereka.

Arthur dan Orion saling bertukar jurus di udara, untuk sesaat Orion mendominasi pertarungan. Jurus pedang yang Orion gunakan sungguh sulit untuk ditangkis Arthur.

Setiap serangan Orion, sangat mematikan, membuat Arthur mau tidak mau berada di posisi bertahan. Namun, Arthur tidak ingin menyerah begitu saja.

Jika Orion memiliki jurus pedang Tarian Burung Phoenix, maka Arthur pun memiliki jurusnya sendiri, yaitu Jurus Pedang Naga.

Gagang pedangnya berlambang kepala Naga, sedangkan mata pedangnya berhias sisik Naga.

Bukan hanya pedangnya saja yang berwujud Naga, tetapi baju pelindung yang Arthur kenakan juga memiliki sebutan, baju pelindung Sisik Berlian.

Baju Sisik Berlian adalah, benda pusaka turun-temurun yang dimiliki bangsa Aqua. Baju Sisik Berlian diberikan, pada setiap pemimpin baru kerajaan Aqua. Itu sebabnya Arthur mengenakan pakaian tersebut.

Melihat Baju Sisik Berlian, membuat Orion membulatkan matanya, tidak menyangka kalau benda pusaka itu benar adanya.

Selama ini Baju Sisik Berlian, hanya dikaitkan dalam sebuah legenda saja. Ada yang mengatakan, Baju Sisik Berlian dulunya adalah pakaian yang Dewa Jupiter miliki, sampai akhirnya Adiknya, yaitu Dewa Mars, berhasil merebut Baju Sisik Berlian itu.

Baju Sisik Berlian bukan hanya pakaian perang saja, tetapi Baju Sisik Berlian juga menyimpan kekuatan besar di dalamnya. Siapa pun yang memiliki Baju Sisik Berlian, maka dia akan disegani dan ditakuti di medan perang.

Itu sebabnya, Dewa Jupiter dijuluki sebagai Dewa Perang, di seluruh sistem Tata Surya, yang berhasil membuat Dewa Mars menjadi iri.

Namun, yang Orion pertanyakan sekarang, bagaimana bisa Baju Sisik Berlian jatuh ke tangan Bangsa Aqua, sedangkan selama ini Baju Sisik Berlian, hanya terdengar dalam legenda saja?

"Kau pasti sudah mengenali Zirah besi yang aku pakai ini bukan? Tentu kau mengenalinya dengan jelas. Biar aku yang memperkenalkannya. Ini adalah Baju Sisik Berlian yang ada di dalam legenda itu," ucap Arthur, yang terdengar sedikit mengejek.

Arthur sudah dapat menebak apa yang sedang Orion pikiran sekarang. Terlihat jelas dari tatapan matanya yang begitu tajam, mengarah pada Baju Sisik Berlian yang ada pada tubuhnya.

"Akan kurebut Baju Sisik Berlian itu darimu, Arthur. Lihat saja nanti, Baju Sisik Berlian akan jatuh ke tanganku!" gumam Orion pelan.

Orion terlihat menggenggam gagang pedangnya, tatapannya begitu dingin dan penuh dengan kegelapan.

Arthur bisa merasakan aura petarung yang Orion keluarkan. Dia tidak menutupi aura pertarungannya dari Arthur. Sedangkan Arthur meningkatkan kewaspadaannya.

Biarpun dia memiliki Baju Sisik Berlian, dan pedang pusaka di tangannya, tidak sedikitpun membuat Arthur bisa tenang. Apa lagi melihat jumlah pasukan yang dia bawa, nyatanya berkurang begitu cepat.

Namun, ada banyak juga korban yang berjatuhan dari pihak Orion juga. Arthur memiliki sedikit harapan, kalau dia dan pasukannya yang akan memenangkan perang tersebut, dan membalikkan arus pertempuran.

"Kenapa kau diam? Apa kau takut, kalau pasukan yang kau bawa akan kalah oleh pasukanku?"

Arthur tersadar dari lamunannya, lalu senyuman menghiasi di bibirnya, "Pasukanku kalah? Hahaha, kau belum melihat bagaimana kekuatan yang sesungguhnya dari Bangsa Aqua."

Senyuman itu perlahan memudar dari wajah Arthur, bersamaan dengan dia yang kembali menarik pedangnya.

"Halilintar mengoyak bumi!"

Arthur mengalirkan banyak tenaga dalam pada pedangnya, seketika menciptakan gelombang kejut yang tinggi. Cahaya keemasan pun terlihat dan berbentuk seperti halilintar.

Cahaya petir itu seketika menyambar cepat ke arah Orion, memaksa pria itu mundur beberapa meter, tetapi tidak sampai jatuh ke tanah.

"Sial!" Orion mengumpat kesal, sambil memegangi dadanya yang terasa sakit, ketika dihantam oleh gelombang halilintar dari pedang Arthur.

Orion berusaha menyeimbangkan kembali posisinya. Namun, di waktu yang bersamaan Arthur kembali, melepaskan gelombang kejut yang kedua kalinya.

Kini, Orion tidak membiarkan serangan itu mengenai tubuhnya. Orion berusaha menepisnya dengan pedang yang dia punya.

Biarpun serangannya berhasil ditepis, Arthur tidak berdiam diri begitu saja. Dia kembali mengalirkan tenaga dalamnya pada pedang pusakanya, seketika gelombang kejut yang lebih dahsyat menghampiri Orion.

Gelombang petir itu bisa ditepis oleh Orion. Namun, resiko yang didapatnya juga besar. Terlihat goresan sehelai benang di pedang Orion, yang sontak membuat Orion mengumpat kesal.

Di merapatkan giginya, "Kau telah membuat retakan pada pedangku, kali ini aku tidak akan bermain-main lagi."

Orion mempersempit jaraknya dengan Arthur, memaksa Arthur harus menghindar beberapa meter, ketika pedang Orion yang telah dialiri tenaga dalam itu menghantam pedangnya.

Kedua pedang sempat beradu, tetapi kali ini Arthur harus terlempar. Namun, tidak membuatnya jatuh dari ketinggian.

"Sepertinya kau sudah mulai serius. Baiklah, aku akan segera mengakhiri ini semua dan aku akan mengembalikan senyuman semua orang!"

Arthur berseru lantang. Dia tidak lagi membuang waktunya. Serangan kali ini lebih dahsyat dari sebelumnya. Orion juga terlihat tidak mau kalah. Dia mengumpat dalam hatinya, sebelum melesat cepat sambil mengayunkan pedangnya.

Dua pedang saling bertemu kembali, menciptakan gelombang kejut yang sangat luar biasa, membuat mereka yang bertarung di bawah, ikut merasakan dampak dari dua kekuatan tersebut.

"Yang Mulia!" seru Zeus, sambil terus menghunuskan pedangnya pada lawan-lawan yang ada.

Sudah tidak terhitung berapa prajurit yang tewas di tangannya. Zeus terus berusaha membunuh prajurit sebanyak yang dia bisa.

Ketika kekuata  Arthur dan Orion bertemu, Zeus pun ikut merasakan betapa mengerikannya kemampuan Orion dan Arthur.

Dibandingkan dirinya, yang hanya memahami teknik bela diri dan strategi perang, serta elemen Air yang telah Zeus pelajari sejak masih kecil.

Pengalamannya dalam hal berperang memang tidak banyak, tetapi Zeus memahami, satu kekuatan yang besar sudah bisa mengubah arus peperangan.

Sekarang Zeus sadar, alasan Arthur tidak membiarkannya maju di medan perang lebih awal, adalah ini.

Kekuatan Orion tidak bisa dianggap remeh. Terutama pedang pusaka yang dia miliki, tidak kalah kuatnya dengan pedang pusaka milik Arthur.

"Awas, Zeus!"

Zeus tersadar dari lamunannya, ketika suara keras berteriak memperingatkan dirinya. Satu ayunan pedang Zeus arahkan pada prajurit Orion yang menyerang dirinya dari arah depan.

Hasilnya, satu prajurit tumbang ke tanah. Namun, belum berakhir sampai di situ saja. Ada beberapa prajurit lainnya yang mencoba menyerang Zeus, secara bersama-sama.

Kembali Zeus mengayunkan pedangnya. Namun, kini pedang itu telah dialiri tenaga dalam dari elemen air, yang Zeus kuasai. Tentu itu membuat lawan yang kemampuannya di bawah Zeus, tidak bisa menghindari serangan tersebut.

Kepala mereka terlepas dari tempatnya. Ada juga yang tubuhnya terbelah menjadi dua. Zeus tidak segan-segan memberikan mereka kematian yang teramat menakutkan.