Esok pagi di lapangan basket sekolah.
"Kareeeeenn..!! Kesini doonkk!!", teriak Nisa dari kejauhan.
"Apaan sih Nis?", tanya Kareen dengan santai yang langsung datang menghampiri Nisa.
"Lu kenapa kemaren gak ikut latian basket di sekolah? ditanyain anak banyak tuh..". Nisa mengacungkan jari telunjuknya ke arah teman-teman Kareen.
"Emang gue masih dibutuhin ya ikut tim?? Bukannya udah ada Sassy yang ngegantiin gue?", jawab Kareen cuek.
"Yee... elu kok gitu sih! Kan elu juga tau kalo Sassy belum punya pengalaman maen di lapangan. Makanya mas Toni tetep butuh elu untuk maen di pertandingan besok.."
Kareen terperangah kaget. "Huaaahh BESOK?! kenapa mendadak banget sih?? Gue kan belum ada persiapan Nis..", tutur Kareen dengan wajah memelas.
"Iya juga sih.. Tapi elu kan udah punya pengalaman main di lapangan sama kita-kita. Masa pake butuh persiapan lama sih? Kan elu masih tim basket kita..", ujarnya menenangkan kecemasan Kareen. "Lagian elu juga sih.. Kenapa pake acara breakdari basket sih?! udah gak sayang lu sama tim basket kita?", tuduhnya dengan pandangan sinis.
Kareen merasa risih dengan pandangan Nisa yang serasa memojokkan posisinya. Kareen hanya bisa pasrah menerimanya. Memang beberapa bulan ini Kareen rehat sejenak dari tim basket yang sudah digeluti selama kurang lebih 2 tahun. Hal ini dikarenakan Kareen ingin fokus dengan studi sekolahnya.
"Iya deh.. Gue terima. Tapi gue gak tau bisa tampil maksimal atau enggak. Kan besok gue udah langsung tanding", ucapnya merendah.
"Gampang lahh! Gue tau lu pasti bisa kok!", yakinnya mantap. "Eh tapi ntar sore ada latihan basket di sekolah. Jangan sampai lu gak dateng!!", perintah Nisa tegas.
Nisa adalah kapten tim basket di sekolah Kareen, SMU Binadaya. Dia memang anak yang perfeksionis. Hal apa saja pasti dia lakukan sebaik dan sesempurna mungkin. Tetapi mungkin belum tentu baik untuk orang lain. Contohnya saja apa yang dia lakukan barusan dengan Kareen. Dengan mendadak memberitahukan agar Kareen harus tanding basket, BESOK. Gilaaa!! Timingnya tidak tepat, ditambah ada pemaksaan untuk ikut tanding lagi? Apa tidak membuat sebal itu?!
"Ya udah terserah lu nya aja deh.. Untung aja gue nggak ada banyak tugas. Coba kalo ada, gue nggak yakin bisa ikut tanding dengan kalian", ungkap Kareen berterus terang sambil menggelengkan kepalanya. Hatinya serasa dibuat kesal setengah mati.
"Oke deh.. Jangan sampai telat!", tutup Nisa sambil berlalu pergi. Dengan langkahnya yang tenang, tak ayal membuat Kareen merasa gondokanyang besar sekali!! Kareen benar-benar merasa sebal.
****
"Maa.. Pa.. Kareen pergi latihan basket dulu ya...!!". Dengan semangat 45, Kareen turun dari tangga dan memboyong sepatu ketsdi tangannya yang ingin ia gunakan latihan basket di sekolah.
"Memang sore ini kamu ada latihan ya Kar? Bukannya kamu udah bilang mau keluar dari tim?", tanya mama Kareen sambil asyikmenyiram bunga anggrek kesayangannya.
"Kareen masih dibutuhin ikut main ma.. Anak kelas 1 nya masih belum banyak pengalaman main basket di lapangan. Jadi untuk sementara ini, Kareen diikutin main dulu", ketus Kareen yang terlihat sibuk memakai sepatu ketsnya.
"Nanti kamu nggak bentrok sama waktu belajar kamu Kar? Kan kamu udah kelas 3.. Mama Papa kan minta kamu untuk lebih serius belajar. Basketnya bisa stop sementara dulu", tanya Papa Kareen ikutan nimbrung.
"Gampang deh.. ! Bisa diatur. Kareen tau kok pa prioritas Kareen apa. Kareen janji nggak akan males belajar. Basket itu salah satu olahraga kesukaan Kareen. So... pliss banget ijinin Kareen ikut tanding sekali ini aja ya! Janji deh ini yang terakhir. Pleaseeeee…...", ucapnya memelas dengan mengatupkan kedua tangan seperti bersumpah.
Mama dan Papanya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Kareen.
"Tapi yang harus kamu inget Kar. Mama gak akan pernah ngebolehin kamu main basket lagi kalau nilai kamu makin lama makim buruk. Teruus jangan lupa les bimbel. Mama dengar nilai fisika dan matematikamu dapet jelek lagi ya?!", cerocos Mama mengintogerasi Kareen.
Kareen hanya bisa tertunduk.
"Iya deh ma.. Setelah tanding basket kali ini, Kareen nggak bakalan ikut tanding lagi.. Kareen akan tetep rajin les sama sekolah biar nilai Kareen bagus dan bisa masuk universitas favorit. Ya kann???". Dikedipkan mata kiri Kareen sambil memelas lagi.
Mamanya menganggukkan kepala, pertanda setuju dengan janji Kareen. Papanya pun tersenyum pada Kareen.
"Ya sudah Kar.. nanti kalau pulang, mang Udin yang jemput. Papa hari ini nggak bisa ikut antar kamu ya Kar.. karena sebentar lagi Papa ada meeting di kantor. nggak papa kan kamu berangkat sendiri?? ", ujar Papa yang terlihat cemas kepada anak kesayangannya. Terlihat papanya masih enjoy menikmati sepiring roti yang dihidangkan di meja makan.
"Beres paa!!", ucap Kareen mantap.
"Terus, sekarang kamu mau naik apa kesana Kar? kan mobilnya mau langsung dipakai Papa ke kantor?!", cemas mama.
"Aahh, gak masalah kok ma! Kareen bisa naik bus angkot aja kesana. Terus nanti Kareen bisa jalan kaki. Jaraknya gak begitu jauh banget kok!", Kareen mencoba meyakinkan mamanya supaya tidak terlalu khawatir. Memang rumah Kareen dan sekolah tidak terlalu jauh. Hanya sekitar 20 menit untuk bisa sampai ke sekolah.
"Gak takut telat?", cemas mama lagi.
"Bisa jalan cepet kok! Daagghh..!!", ujarnya dengan ketawa-ketiwi kemudian berlalu pergi dengan gaya santainya. Batinnya benar-benar terasa lega karena sudah diizinkan orang tuanya untuk ikut tanding basket.
Dengan menjijing tas punggung adidasnya dibahu, Kareen santai melangkahkan kakinya. Ia menuju ke halte bus dan menaiki bus dengan hati yang riang. Selepas itu, di pemberhentian selanjutnya, ia melanjutkan jalan kaki hingga sampai ke depan sekolahnya.
****
Sesampainya di lapangan basket.
"Kok elu baru dateng sih Kar? Lu tau ini jam berapa?", tanya Nisa dengan suara lantang. Ia menunjukkan jam tangan di pergelangan tangannya. Kedua tangannya ditaruh dipinggang dan matanya tajam menatap Kareen. Nisa ingin Kareen menghargai waktu untuk serius ikut latihan basket. Mungkin kalau Kareen bukan teman baiknya, akan dicaci maki habis-habisan karena datang telat.
Dengan napas ngos-ngosan, Kareen pun membungkukkan badannya. Ia tahu dari jarak jauh bahwa Nisa terlihat kesal.
"Sorry Nis.. Gue tadi sengaja jalan kaki sendiri kesini, makanya gue dateng telat", ujar Kareen memelas.
"Emang lue gak ada yang anter?",tanya Nisa kemudian. Kali ini suaranya diperkecil. Nisa merasa kasihan pada Kareen yang datang dengan tampang kusut dan napas terengah-engah itu.
Dengan kepala berat, Kareen hanya menggelengkan kepalanya. "Gue naek bus terus jalan kesini". Diusapnya keringat yang bercucuran di dahi Kareen. Ia tampak sedikit lelah karena berpacu dengan waktu.
"Tapi.. syukur deh kalu lu mau dateng. Itu artinya lu bener bakal gabung lagi sama tim basket kita kan?!". Nisa terlihat bersemangat sambil menepuk pundak Kareen. Senyumnya yang sumringah dan lebar membuat Kareen mengernyitkan dahi. Kareen tahu pasti temannya ini berusaha untuk meyakinkan agar dirinya bergabung lagi sebagai team basket.
"Yup!", jawab Kareen mantap. "Tapi cuma untuk satu kali pertandingan ini aja yaa.. Gue udah dikasih warning sama orang tua gue"
Nisa menjabat tangannya pada Kareen sebagai tanda bahwa permintaannya disetujui.
"Ahh yaudah deh.. Cepet stretching (pemanasan) dulu sana! Anak-anak udah pada stretching semua. Cuma elu aja yang belum, gara-gara dateng ngaret (telat)", instruksi Nisa dengan bertolak pinggang. Sebagai kapten, Nisa harus bisa bersikap tegas dan disiplin agar dirinya lebih bisa dihargai oleh teman-teman teamnya.
Tanpa ba-bi-bu lagi, Kareen menuruti perintah kaptennya. Ditaruhnya tas di pojok kursi pemain, dan dengan segera ia mengganti baju basket dengan nomor 8 kesukaannya. Rambutnya yang panjang tergerai, ia ikat rapi tanpa poni. Tidak ketinggalan headband yang membuat penampilannya eye catching. Sepatu ketsnya ia tali rapat agar talinya tidak cepat terurai saat ia berlarian.
Setelah Kareen melakukan pemanasan, ia beserta teman-teman yang lain, mengikuti instruksi sang pelatih untuk melakukan teknik lay updengan memakai pivot (gerakan memutar badan dengan bertumpu pada salah satu satu kaki) pada garis free-throw. "Gerakanmu salah Kar..!!", teriak sang pelatih setelah tahu bahwa Kareen kurang konsentrasi dalam latihannya.
"Maaf mas.. ", jawab Kareen lirih.
"Yaudah gak papa.. diterusin aja mainnya. Tetep semangat!! Jangan lemes gitu..", ujar mas Toni dengan nada sabar. Ia mengacungkan jempol kearah Kareen.
Kareen yang mengetahui acungan itu, tetap dengan semangat melanjutkan latihannya.
Mas Toni adalah pelatih basket cewek SMU Binadaya. Sudah 2 tahun lebih, mas Toni memberikan ilmunya pada tim basket di sekolah Kareen. Dan tak pelak, tim basket Kareen sekarang sudah bisa lebih baik dari tim basket sebelumnya. Hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya sederetan piala yang dihias di setiap koridor sekolah Kareen. Juara I libalatri SMA se-Jabodetabek, juara II tanding basket putri antar SMA se-Jakarta yang diadakan oleh Proteam di GOR Senayan minggu lalu, dan masih banyak lainnya.
Setelah 10 menit, mas Toni pun meniupkan peluitnya.
"Cukup.. Cukup kita latihan hari ini..", ujar mas Toni sambil mengumpulkan semua anak-anak perempuan yang dilatihnya. Dengan tertib, mereka duduk di bangku panjang yang letaknya tidak jauh dari lapangan basket.
"Kok gak biasanya cepet gini? Latiannya udah selesai ya mas?", tanya Vita, salah satu anak tim basket cewek.
"Siapa bilang latihannya udah selesai?! Latihannya berlanjut kok! Cume gue mau ijin pergi dulu karena karena gue ada keperluan keluarga yang mendesak bangett. It's okey girls kalo gue hari ini nggak bisa ngelatih kalian basket??"
Para tim basket perempuan menjadi terdiam sejenak. Terlihat mereka cukup kaget dengan kepergian mas Toni secara tiba-tiba. Rasanya mereka tidak mau jika latihan mereka hari ini tidak ada pelatih kesayangannya.
Mas Toni yang melihat anak-anak kesayangannya hanya terdiam dan sedih, hanya menunggingkan senyum di bibirnya. "Kalian nggak usah sediih gitu donkk.. tenaangg.. gue mau ngenalin kalian sama temen gue. Dia anak basket juga. Yah. bisa dibilang permainannya juga nggak kalah bagus sama gue. Hari ini dia yang bakal ngebantu gue untuk ngelatih kalian basket..".
"Hah?! Iya ta mas? Namanya siapa? Cakep gak?", tanya Vita dengan genit. Dikibaskannya rambutnya dan didekatkan wajahnya kearah mas Toni sambil merajuk.
Vita adalah anak paling centil dan genit diantara semua anak perempuan yang ada dalam tim basket. Tak pelak, Vita sering dijadikan bahan keusilan teman-teman Kareen. Apalagi anak-anak laki. Mereka suka sekali menggoda Vita dengan gayanya yang manja dan rada nyeleneh. Dan anehnya, Vita masih tetap dengan style-nya yang seperti itu. Dia benar-benar bisa tahan dengan ledekan, gunjingan, dan keusilan teman-temannya. Bahasa kiasannya, dia itu bermuka tembok.
"Yaa.. nanti kan kalian juga tau sendiri..", ujar mas Toni dengan senyum yang menimbulkan rasa penasaran. Teman-teman Kareen saling berbisik dan merumpi tentang siapa pengganti mas Toni hari ini.
Mas Toni membalikkan badannya, kemudian memanggil temannya dari pintu luar.
Dari kejauhan datanglah seorang pria yang berbadan six pack, berkulit putih, tinggi dan berbadan tegap. Kemeja polo shirt berwarna merah tampak mempesona dengan wajahnya yang juga rupawan. Tak pelak saat cowok itu berada dihadapan semua anak-anak basket, semua mata tertuju padanya. Rambutnya yang plontos seperti artis Samuel Rizal, membuat temen-temen Kareen jadi gregetanmelihatnya. Cowok itu sukses membuat cewek-cewek di dalam lapangan basket itu, membuka mulut dan matanya lebar-lebar juga membuat hati mereka berdegup kencang.
"Haii girls.. sorry banget ya.. hari ini gue nggak bisa ngelanjutin latihan sama kalian. Soalnya gue bener-bener ada keperluan keluarga. Tapi tenang.. gue mau kenalin ke kalian semua pengganti gue untuk nemenin kalian latihan basket satu hari ini. Ini juga untung banget gue ajak dia. Soalnya dia susah banget ada waktu luang. Tul gak prend?", tolehnya kearah teman lama yang berada disampingnya itu.
"Ah.. gue jadi gak enak nih…", ujarnya malu. Pipinya yang merah membuat para wanita sukses dibuat baper.
"Kok nggak ada waktu luang? Emang lagi sibuk pacaran ya?!", goda Vita sambil mengedipkan salah satu matanya. Seketika itu juga, anak-anak basket mengumbar tawanya. Tak tahan melihat tingkah Vita yang menggoda jika bertemu dengan cowok cakep dan keren seperti laki-laki yang dikenalkan mas Toni itu.
Sambil tersenyum simpul, ia pun dengan senang hati menjawab pertanyaan Vita yang agak nyelenehitu.
"Ahh.. enggak.. Gue lagi jomblo kok! Gue emang jarang aja maen basket.. Gara-gara gue juga sibuk membagi waktu antara kerja sama kuliah…", jelasnya berterus terang.
"Ih…Kok elu hebat banget sih?! Gue mau donk jadi cewek lu!!", pinta Vita dengan roman polos. Matanya tampak berkaca-kaca dan berdecak kagum pada cowok keren yang ada didepannya.
"Eeh… ngaca dulu donk lu!! Lu gak nyadar apa udah lima kali nembak cowok tapi langsung ditolak mentah-mentah?!", cerocos Nisa sembari mengelus-elus dadanya, tak tahan melihat tingkah laku Vita yang genit itu.
"Huuuu….", teriak anak-anak yang membenarkan pernyataan Nisa. Mereka menyoraki Vita secara bersamaan.
"Udah.. udah.. jangan saling ngejek donk.. kalau kalian berdebat terus, kapan latihannya?!", ujar mas Toni menengahkan pembicaraan. Pandangannya dialihkan pada teman yang ada di sampingnya. "Guys, gue titip anak-anak kesayangan gue ya?!", pinta mas Toni sambil berbisik pelan. Ia pun menepuk pundak cowok itu, teman satu tim basket SMAnya dulu.
"Ok! Tenang aja…", ucapnya sambil menunggingkan senyum lebar. Senyumnya yang mempesona itu, membuat semua anak-anak basket benar-benar dibuat terpana dengan mata yang tak kunjung berkedip.
"Trims ya!!", ucap Mas Toni merendah. "Temen-temen yang semangat latihannya yaa.. kalo ada apa-apa, bisa telpon gue. Hari ini kalian dibantu sama temen gue satu ini. Semoga kalian bisa cepet akrab. Gue pergi dulu ya!! Daagh.. cantik!!", tutupnya sambil berbalik pergi ke luar lapangan.
Sepeninggal mas Toni pergi, cowok keren itu pun bersedia memperkenalkan siapa dirinya.
"Mmm…. Salam kenal buat kalian semua. Kenalin, gue Dino. Gue yang sementara ini bakal ngelatih basket kalian hari ini. Semoga aja kita bisa saling kerjasama. Anggap gue, temen lu sendiri dan gak perlu ngerasa sungkan atau malu sama gue. Gue sama kok kayak Toni…", sambutnya bangga.
DINO?! Kalimat ini yang dari tadi berkumpul di pikiran Kareen. Kareen sepertinya tidak asing mendengar nama itu.
"Dinooo???!!". Kali ini, Kareen teringat pada seseorang yang dikagumin Lulu tempo hari. Dan benar itu adalah Dino teman klub basket Kareen dulu. Penampilan Dino terlihat banyak berubah. Rambutnya yang dulu jabrik tidak karuan, sekarang jadi terlihat rapi dengan rambut yang plontos bak pemain bola basket Mario Wungsang. Kulitnya yang dulu hitam terbakar sekarang menjadi putih bagai terkena white injection. Badannya yang dulu terlihat tambun, sekarang menjadi six pack seperti aktor yang ada di TV.
"Kenapa gue bisa ketemu lagi sama dia sih?? Kenal sama mas Toni lagi?!", gumam Kareen dalam hati. Ia tak berani berkata macam-macam dihadapan teman lamanya itu. Ia mencoba menyembunyikan memorinya dulu dengan Dino agar tidak diketahui teman-teman basketnya. Ia tak ingin teman-temannya tahu bahwa Kareen sebenarnya pernah mengenalnya. Semoga saja Dino pun lupa pada Kareen.
Dino langsung memulai untuk memberikan instruksi. Anak-anak basket pun mengikuti arahan Dino. Mereka tampak bersemangat ingin memamerkan keahliannya bermain bola bundar oranye itu.
"Sekarang coba kalian berdiri, dan kita sekarang berlatih untuk melakukan passing untuk melatih kekuatan tangan kita. Dimulai dari chest-pass ( passing dada ) kemudian berlanjut ke head-pas ( passing atas ). Kalian ngerti?", jelas Dino dengan nada semangat.
"Okey…". Semuanya mengangguk setuju. Hanya Kareen yang masih berdiri terdiam. Sepertinya Dino tidak mengetahui keberadaan Kareen. Mungkin saja Dino sudah lupa karena itu sudah berlangsung lama. Akan tetapi beda dengan Kareen. Ia masih bisa mengenali orang walau dia sudah berubah sekalipun. Saat ia teringat dengan masa lalunya, ia merasa tak hasrat untuk latihan lagi.
Dari instruksi Dino, dengan segera masing-masing dari mereka langsung menggandeng pasangan untuk melakukan passing tersebut. Tetapi… jumlah wanita yang hadir di team itu berjumlah 11 orang. Dan itu berarti, ada satu orang cewek yang sendiri melakukan passing. Padahal jika kita melakukan teknik tersebut, kita harus memakai satu teman untuk diajak berlatih mengoper bola (memakai tangan).
"Kar, loe sendiri?", tanya Vita dari kejauhan. Terlihat Kareen berada paling pojok dan dia merupakan perempuan yang belum mendapatkan pasangan.
"I.. iya.. tapi gak apa-apa kok! Gue bisa istirahat dulu aja. Kalian duluan aja deh!!". Dengan nada pasrah, Kareen melangkahkan kakinya ke belakang.
"Enggak. Lu tetep maen. Gue yang jadi pasangan lu…", tegas Dino sambil membawa bola basket di tangannya. Terlihat dia menunggingkan senyum di bibir merahnya. Kali ini, Dino sepertinya telah ingat pada Kareen, teman satu teamnya SMP dulu.
Tiba-tiba, mata semua cewek tertuju pada Kareen. Tak terbayangkan betapa senangnya hati seorang cewek bila diajak bermain basket dengan cowok secakep Dino. Tak terkecuali Vita. Dia hanya bisa ternganga, menyesali kebodohannya. Dia berpikir seandainya saja dia dalam posisi Kareen, mungkin tanpa diminta, dia mau saja mengajak cowok itu latihan basket bersamanya. Tapi sayang, dewi fortuna tak berpihak padanya.
"Gue nggak bisa…". Tiba-tiba Kareen mengatakan itu di depan teman-temannya. Ia tersadar akan perkataannya.
Teman-temannya terpaku tak percaya dengan penolakan Kareen itu. Apalagi Vita. Mulutnya menganga lebar. Semuanya berpikir, bahwa Kareen adalah wanita bodoh yang tidak mau dikasih kesempatan langka untuk bersama dengan pria se-ganteng dan sekeren Dino. Sedangkan Dino hanya bisa nyengir, tak tahu apa yang ada di benak Kareen sampai dia menolak tawaran bermain dari yang barusan jadi idola teman-temannya itu.
"Lu niat latihan basket gak sih? Kalo lu enggak niat latihan, PERGI JAUH deh lu dari sini!! Mending dari tadi lu nggak usah ikut latihan… Tampang kusut sama sikap males kayak gitu, mana bisa semangat buat latihan??!", tegas Dino sambil membelalakkan bola matanya.
Semua cewek-cewek pada ngeri melihat garangnya Dino. Tak disangka cowok keren yang menjadi pujaan hati kaum hawa, bisa berubah beringas seperti layaknya setan.
"Ok… Gue PERGI!! Lagian gue juga GAK SUDI dilatih pelatih sok kecakepan kayak lu!! BETE gue!!", tutup Kareen sambil meninggalkan semua teman-temannya. Kareen bener-bener tidak terima dengan perkataan kasar yang keluar dari mulut Dino. Kenapa Dino yang dulunya super jahil sama Kareen, bia berubah jahat seperti itu?
Dengan menjinjing tas ranselnya, Kareen buru-buru keluar dengan perasaan dongkol yang mendalam. Ia merasa tidak terima jika harus diusir secara kasar seperti itu. Semua teman-teman dan pelatih-pelatihnya yang sudah lama mengenal sifat Kareen, belum ada yang sampai hati mengusir bahkan meloloti Kareen dengan wajah garang dan marah seperti Dino.
"Sudah lupakan anak itu…", ujar Dino menengahkan ketegangan anak-anak basket. "Kalau memang kalian serius latihan, kalian memang harus siap dengan apapun. Kalian nggak boleh membangkang seperti dia. Yang seenaknya masih santai-santai… Daripada kalian nggak semangat, mending kalian pulang dan nggak perlu ikut latihan. Mengerti?!", tegasnya kemudian.
"Ya…", jawab anak-anak serempak.
****
Keesokan harinya di sekolah..
"Lu, gue lagi sebeel banget nih!!", curhat Kareen selepas bel istirahat berbunyi.
"Emang lu ada masalah apa sih Kar??!", tanya Lulu yang masih sibuk mengepak-ngepakkan buku ke dalam tasnya.
"Gue kemaren ketemu sama Dino, orang yang loe kagumin itu…", curhatnya lagi dengan wajah murung.
Saat mendengar cerita Kareen, tiba-tiba saja ekspresi muka Lulu berubah.
"Elu ketemu dia Kar?? Gimana ceritanya??!", tanya Lulu yang tak sabar mendengar lanjutan cerita Kareen. Ia beberapa kali menarik-narik tangan Kareen agar mau buka cerita. Lulu memang sangat ekspresif sekali saat mendengar nama Dino di telinganya. Seakan-akan ia benar-benar mengidolakan sekali dengan laki-laki seperti Dino.
Kareen mencoba menceritakan semua kejadian yang ia alami sewaktu latihan basket kemaren sore di lapangan sekolah. Muka Kareen tampak kusut saat menceritakannya.
"Terus?? Kenapa elu jadi sedih Kar? Bukannya lu harusnya seneng ketemu sama temen lama lu.. Biar gimana pun dia udah jauh kelihatan berbeda Kar. Lebih keren, lebih macho, lebih...…". Buru-buru Kareen langsung men-stop pembicaraan Lulu yang makin lama makin ngelantur.
"Udah deh Lu… Biar dia cakep atau keren, menurut gue dia tetep sama aja. Sama GILAnya!! Masa sih dengan enaknya, dia ngusir gue gitu aja.. Emang dia siapa?? Uuh..DASAR!!", gerutunya dengan tampang kesal.
"Gue nggak kaget deh kalo dia berani ngusir lu. Elu kan emang anaknya susah banget diatur, semaunya sendiri gitu.. Iya kan? Hihihiii…", tuduh Lulu sambil nyengir.
"Tapi kan nggak seharusnya dia berani ngusir gue hanya karena gue males latihan??", ungkap Kareen lirih yang membela diri. Ia merasa tak terima dengan perlakuan Dino.
Lulu hanya tertawa kecil. "Yeee… kayak gitu aja lu buat kesel. Gimana kalo ntar dia jadi pelatih tetap lu?? Lu bisa punya gondok yang gede banget...", ejek Lulu cekikikan.
Kareen mengerutkan dahi dan mencibirkan bibirnya. "Amit-amit deh….!!!", tutupnya sambil mengelus-elus dadanya.
Teeettt…teeet… Jam istirahat telah selesai dan semua murid pun berhamburan memasuki kelas.
"Eh Lu, gue mau ke UKS ya..! Ntar ijinin ke pak Heri kalau gue lagi sakit perut. Gue lagi gak mood nih!", pinta Kareen sambil melambaikan tangannya dan langsung ngibrit keluar kelas.
"Tapi…". Belum selesai Lulu melanjutkan kata-katanya, Kareen dengan cepat meninggalkan tempat duduknya. Lulu hanya menggelengkan kepala, melihat tingkah sahabat dekatnya itu. Kareen memang anti sekali bila menghadapi Pak Heri, guru sastra yang dikenal killerdi sekolahnya.
****
"Bi, pesen satu mangkok bakso ya…", pinta Kareen yang langsung duduk di bangku kantin sekolah. Ia mengurungkan niatnya ke UKS untuk pergi ke kantin tempat favoritnya.
" Iya non…", timpal seorang wanita paruh baya yang menjaga kantin itu.
" Sama satu teh botol deh! Gak pakai lama ya Bi..!" pinta Kareen lagi.
Ibu kantin itu menganggukkan kepalanya sambil menyiapkan pesanan Kareen. Ibu Asri emang hafal sekali dengan kebiasaan Kareen. Bagaimana tidak hafal?! Karena Kareen selalu jadi langganan tetap Bi Asri, panggilan kesukaan Kareen pada ibu kantin itu. Apalagi Kareen anaknya supel dan gampang akrab sama orang lain. Jadi, tidak heran apabila banyak yang tahu siapa Kareen.
Dan saat ia menunggu, tiba-tiba Kareen dikagetkan oleh seorang perempuan.
"Eh, elo kabur pelajarannya pak Heri ya??", goda cewek centil itu, yang ternyata dia adalah Vita, teman satu tim basket Kareen. .
"Eh elo Vit… Ngapain juga lu kesini?! Gangguin gue aja…", ucap Kareen yang menopang dagunya sambil sedikit nyengir.
"Yeee.. gue kan enggak kabur lagi kayak elu. Kebetulan aja, gurunya lagi sakit, jadinya kelas gue sekarang enggak ada guru..", ujarnya tenang. "Eh, lu masih sakit hati sama pelatih basket yang kemaren itu enggak sih?"
"Gak tau ah…", jawab Kareen cuek.
Tak berapa lama, pesanan Kareen datang. Dan dengan segera, ia melahap bakso yang dari tadi ingin ia makan.
Dengan tampang innocent, Vita melihat Kareen yang sedang asyik melahap makanannya. Sejurus kemudian, ia terus memandangi Kareen dari dekat.
" Eh, apaan si loe Vit?!" , gusar Kareen yang risih dilihatin Vita dari jarak dekat..
" Gue cuma heran aja sama loe. Kenapa sih loe main kabur aja waktu Dino mau ngajakin loe latihan bareng sama dia.. Loe ngerasa nggak sayang banget apa, ngelewatin kesempatan emas buat maen bareng cowok sekeren Dino??!", tanya Vita penasaran sambil sesekali mengibas-ngibaskan rambut panjangnya..
" Yee.. emang loe nya aja yang kemauan. Gue sih ogah!!", ucapnya yang masih asyik meneruskan makan mie bakso di mejanya.
" Emang kenapa sih, Kar? Gue kok bingung ya sama cewek macam loe..", tukasnya heran.
Kareen menghentikan makannya, kemudian menatap Vita.
" Bukannya harusnya gue yang mandang aneh ke elo.. Cowok jangan hanya dilihat dari luar donk!! Asal dia keren aja, loe mau.. Asal dia tajir aja, loe gaet.. Loe nggak malu apa kalo harus jadi bahan gunjingan anak-anak?? Termasuk anak cowok?!", tanya Kareen mempertegas pertanyaan yang selama ini dipendamnya.
Vita hanya terdiam sesaat. Tampak ia terlihat sedang memikirkan sesuatu.
" Gue sih nggak pernah peduli dengan apa yang anak-anak omongin tentang gue kok! Gue suka dengan apa yang gue punya…", jawabnya bangga, dan sama sekali tak terlihat kebohongan di raut mukanya. Ia bener-bener serius mengatakannya.
Kareen hanya bisa terpaku dengan jawaban Vita. Tak terbayangkan apabila Kareen bisa memiliki teman yang mempunya rasa percaya diri tinggi seperti Vita. Dia bener-bener cuek dan masa bodoh dengan cemoohan dan gunjingan yang dialamatkan padanya.
" Vit, gue sebenarnya udah kenal Dino kok!", ungkap Kareen dengan jujur.
" APA??!", ucap Vita tak percaya. Diikatnya rambut yang tergerai indah itu, kemudian didekatkannya daun telinga untuk memperjelas cerita Kareen. " Terus… Kok elu bisa pura –pura gak tau dia sih?", tanya Vita yang makin lama makin mendekati Kareen.
" Dia temen lama kok! Temen klub basket gue dulu sewaktu SMP..", ucapnya cuek sambil meneruskan melahap bakso yang ada dihadapannya.
" Pantes….". Vita mengangguk-anggukkan kepalanya. Seakan-akan ia mengerti sesuatu. "Pantes kemaren dia langsung tahu nama loe… Kirain cuma kebetulan aja dia nyebut nama loe…", bukanya lagi dengan blak-blakan.
" Eh, jam berapa kita tanding?", tanya Kareen yang tiba-tiba membuyarkan pikiran Vita.
" Jam?? Emang kapan kita tanding?!", tanya Vita dengan tampang innocentnya.
" Sekarang lah!! Gak usah belagak gak tau deh!!", ucap Kareen tak sabar.
Vita langsung tertawa ngakak. " Hahaha…. Loe ditipu tuh sama Nisa.. Minggu kemaren kita kan udah tanding, masa minggu ini kita langsung ada tanding lagi sih?? Tepatnya bulan depan kita tanding di event-nya SMU Rajawali…", terang Vita yang melanjutkan tawanya.
Kareen yang mendengar itu, tiba-tiba langsung tak nafsu makan. Dia benar-benar terlihat kecewa. Padahal kemarin ia sempat mati-matian latihan basket sendiri di lapangan basket daerah rumahnya. Sampai tadi pagi pun, ia sempat masuk angin, gara-gara maen basket sampai jam 8 malam.
" DASAR.. Kalian jahat banget ya sama gue.. Udah buat gue gondokan tau gak!!", semprotnya dengan ketus. Kareen bener-bener tidak terima dengan apa yang ia terima. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula.
" Sorry deh Kar… Gue dan Nisa emang sengaja ngelakuin itu supaya loe sering-sering latihan basket di sekolah sama kita-kita. Lagian elo kenapa sih pake break dari basket?? Veron yang udah ngelarang lu??!", terang Lulu dengan manjanya. "Loe udah lama gak hang out lagi sama kita-kita. Kita kangen berat sama elo, Kar…".
Kareen hanya bisa mendesah panjang." Iya.. iya deh… gue sebenarnya breakdari basket karena keinginan mama papa gue supaya gue fokus belajar dulu. Tapi karena elo elo semua pengen gue masih di tim, ya akhirnya gue ngrayu biar diijinin basket. Mama papa gue ngijinin sampai satu pertandingan aja dan setelah itu gue bakal fokus dulu ke sekolah ", jelas Kareen dengan pasrah karena ia benar-benar tidak tahu harus marah atau tidak dengan teman-teman basketnya itu.