Chereads / Novella Kareen / Chapter 7 - Bab 7

Chapter 7 - Bab 7

Keesokan harinya..

" Ini nih, kaset kesayangan loe!!". Disodorkannya kaset Mariah Carey pada Bian yang lagi asyik maen game di kamarnya.

" Kok elo bisa dapet nih kaset?! Elo beli buat gue??!", tanya Bian dengan tampang polosnya. Raut mukanya tampak ceria karena kaset kesayangannya bisa ada di tangannya lagi.

Kareen yang masih menggunakan piyama tidur, langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur abangnya. Dan dengan acuh, ia melemparkan bantal besar kearah abangnya.

" Idih.. ge-erbanget! Siapa juga yang mau beliin elo?? Enakan juga ditabung buat beli sepatu kets baru..", ujarnya cuek yang langsung tidur di ranjang Bian.

" Eh, kok elo tidur di tempat gue sih??! Bau tau gak!! Pergi deh…", usir Bian dengan gusar. Dengan tak sabar, ia mengguncang-guncangkan tubuh Kareen agar segera beranjak pergi dari kasurnya.

" Aduh… jahat banget sih!! Gue kan masih ngantuk banget!! Tadi malem gue habis nonton pertandingan NBA di TV..", ucap Kareen yang langsung terbangun saat Bian mengganggu tidurnya.

" Lagian elonya juga sih yang nyebelin banget! Gue kan tanya baik-baik sama elo.. Taunya elo langsung main tidur di kasur gue segala..", ketus Bian kesal. " Loe dapet nih kaset darimana, Kar??", tanyanya lagi dengan nada tak sabar dan penasaran.

" Dari Dino… Kaset itu ada di mobilnya dia. Katanya kaset itu emang punya elo…", jawabnya cuek sambil sesekali menutup mata. Kareen benar-benar merasa lelah dan capek sekali.

" Dino??", tanya Bian pada dirinya sendiri sambil berusaha mengingat nama itu. " Dino Ardian. O… iya gue inget! Gue pernah ketemu dia sekali di Disc Istara waktu gue beli kaset..", ucapnya yakin. "Eh, tapi kok dia bisa nemuin nih kaset?? Bener ini punya gue?!", tanyanya yang masih tak yakin.

Pertanyaan Bian yang lantang itu, membuat Kareen jadi tidak bisa melanjutkan tidurnya. Padahal sebenarnya, mata Kareen masih terlalu malas dan lengket untuk dibuka.

"Waktu itu, gue nemuin kaset di job duduk mobilnya. Dia bilang, tuh kaset ketinggalan waktu elo ketemu sama dia di toko kaset itu. Akhirnya dia bawa deh pulang… Kali aja kalo ketemu elo, dia bisa ngembaliin secara langsung.."

" Tapi, kok elo bisa kenal dia? Pake numpang mobilnya lagi?! Kapan loe bisa kenal dia??", tanya abangnya dengan tampang tak percaya pada cerita adiknya.

" Kebetulan Dino itu temen lama gue waktu SMP. Terus kemarin mama kan ngenalin gue sama dia bang… Eh, bukannya ramah tapi malah saling tengkar… Ya gitu deh kalo kucing disatuin sama anjing.. sifatnya kayaknya gak berubah dari semenjak SMP.. bla..bla..blaa...", cuapnya panjang lebar. Ia menceritakan semua yang dialaminya mulai dari A sampai Z.

Yup! Kareen memang paling dekat sama abangnya. Dia selalu blak-blakan apabila curhat tentang masalah sekolah, pelajaran, teman-teman, sampai cowok sekalipun. Tak pernah ada kata menutup-nutupi antara Kareen dan abang semata wayangnya itu

" Oooh…", ujar Bian mengangguk-anggukkan kepalanya. Seakan-akan ia mengerti curhatan adiknya. " Tapi Kar, gue pengen ketemu sama dia nih! Gue pengen ngucapin terima kasih.. Elo cari waktu yang tepat deh, supaya gue bisa ngobrol banyak sama dia…", pinta Bian dengan manja.

Kareen menatap cuek kearah abangnya. " Males ah!!", ucapnya singkat sembari melanjutkan tidurnya di atas kasur Bian. Dipeluknya guling dan bantal, dan dengan santai ia mengacuhkan permintaan abangnya.

" Ok deh kalo loe nggak mau..". Bian mengangguk-anggukan kepalanya. " Tapi jangan sampai loe ntar kena marah mama, karena kemaren malem loe pergi diem-diem sama Veron…", lanjutnya memberi peringatan pada Kareen. Bian tahu tentang kejadian itu, karena mbok Inah yang menceritakan.

Kareen jadi tersentak kaget. Dilemparkannya bantal dan guling yang ada bersamanya. Kemudian ia mendekati abangnya. " Pliiis… jangan sampai mama tau tentang hal itu. Kareen nggak mau cari masalah lagi…", ujarnya memohon. " Okey! Kareen bantuin. Tapi jangan sampai kejadian kemaren malem, jadi ketahuan mama…", pintanya tegas dan yakin. Kareen lebih milih untuk menuruti permintaan abangnya daripada ada masalah sama nyokap. Kalau sampai ketahuan, bisa-bisa Kareen kena omelan panjang dan kena hukuman untuk tidak boleh lagi jalan-jalan keluar sama teman-temannya.

" Bagus deh..", tutup Bian sambil tersenyum simpul. Yess!! Akhirnya keinginannya bisa tersampaikan juga.

****

" Kar.. Dino mana? Kok belum kelihatan sih?! Udah loe telpon belum dia??!", tanya Bian sambil sesekali melirik jam tangan miliknya.

Yup! Hari ini, Kareen membantu abangnya untuk bisa bertemu dengan Dino. Abangnya ingin sekali mengucapkan rasa terima kasih sekaligus ingin ngobrol panjang dengan cowok keren itu.

" Dia lupa kali!! Atau mungkin dia emang sengaja ngebuat kita nunggu lama…", tebak Kareen yang sebenarnya dari tadi sudah bosan nunggu di KFC. Pantatnya serasa panas karena terlalu lama nunggu. " Udahlah Bi.. Pulang aja yuk! Gue udah gak betah disini nih! Mending gue latihan basket di sekolah deh!!", gerutu Kareen sebal.

Sore ini, memang jadwal latihan Kareen untuk main basket di sekolah. Karena bulan depan, tim basket Kareen mau ada pertandingan.

" Tunggu bentar lagi donk!! Paling-paling, bentar lagi dia nyampek. Kali aja jalannya macet..", bela Bian yang masih sabar menunggu Dino datang. Kareen hanya bisa pasrah. Ia hanya bisa menghela napas panjang.

Dan tak lama kemudian, seorang cowok pun datang menghampiri meja mereka. Badannya tinggi tegap dan masih berlumur keringat. Roman mukanya masih nampak lelah dan ngos-ngosan.

" Sorry, nunggu lama. Gue tadi lagi ada urusan dan barusan aja inget kalau ada janji ketemu disini. Sorry…", ucap cowok itu dengan rasa bersalah karena ia telah membuat Kareen dan Bian nunggu lama selama kurang lebih 2 jam. Dan benar kalo cowok itu adalah Dino, orang yang ingin sekali ditemui Bian.

" Eh, kalo lupa jangan kebangetan donk!! Masa loe bisa lupa kalo kita berdua udah nunggu elo dari jam 3 tadi.. Kita berdua udah lumutan nih, nungguin elo yang lamanya minta ampun…", ketus Kareen sebal.

Dengan perasaan malu dan bersalah, Dino tak bergeming. Ia tetap berdiri terpaku tak berani memandang Kareen dan Bian yang ada dihadapannya. Ia merasa tidak enak hati, apabila langsung nyelonongduduk gitu aja.

" Ngapain elo masih berdiri aja?! Duduk aja gih…", ungkap Kareen lagi dengan sewotnya. Kareen juga merasa tidak enak karena orang-orang yang ada disekelilingnya melihat ke arahnya.

" Iya, ngapain sih elo masih berdiri aja?! Kita udah gak marah kok!! Iya kan Kar??", ujar Bian menambahkan. Ia tak mau membuat Dino jadi merasa serba salah.

Disikutnya tangan Kareen, kemudian Kareen menganggukkan kepalanya. Pertanda bahwa Kareen sudah tidak marah lagi. Itupun juga terpaksa ia lakukan, agar Kareen tidak kena semprot abangnya.

" Sekali lagi gue minta maaf. Gue emang pelupa, kalo lagi asyik latihan basket..", ungkapnya jujur sambil menyapu keringat yang dari tadi menetes di dahinya.

" Elo anak basket??! Wah, kebetulan banget bisa samaan hobinya dengan adek gue!!", sambut Bian dengan tawa lebar.

"Sebelumnya gue mau ngucapin thanksbanget ya karena kaset gue udah balik. Gue gak nyangka aja kaset itu bisa ada di tangan loe. Kemarin Kareen udah cerita banyak ke gue. Ya kan Kar??", Bian menyikut lengan Kareen. Sepertinya kali ini, nama Kareen yang akan dikeluarkan dari mulut Bian. "eh iyaa… Kareen kemaren minta tolong gue untuk bantuin dia ngerjain dokumenter. Tapi gue nggak bisa. Gue masih ada ujian sampai bulan besok. Kalau ujian kali ini ditunda, gue nggak bakal lulus-lulus dari kampus..", cuapnya panjang lebar sambil sedikit memohon dengan tampang memelasnya.

" Tapi gue….". Dino tak bisa melanjutkan kata-katanya, karena pembicaraannya dipotong Kareen.

" Bi.. kalo loe nggak bisa bantuin gue, gue bisa kok buat sendiri. Gak perlu minta tolong ke orang laen deh.. Emang gue minta dikasihani apa?!", ketus Kareen memotong pembicaraan abangnya. Ia dengan tegas tak mau membuat Dino ikut campur dengan urusannya.

" Kar, loe jangan jaim gitu deh! Buat dokumenter tuh nggak gampang! Emang loe bisa cari informasi sendiri? Ngeliput sendiri? Ngedit sendiri? Atau bahkan cari ide sendiri aja??!", tanya Bian yang berusaha meyakinkan Kareen agar tidak terlalu cuek dan tidak jaim seperti itu.

Kareen hanya bisa diam seribu bahasa. Ia tak sanggup menyela pembicaraan abangnya.

" Din, gue tau adek kesayangan gue satu ini emang susah banget diatur. Tapi gue ngelakuin ini semua demi adik gue. Gue gak mau ngebiarin dia sendirian ngerjain tugas itu sendirian. Kasihan adek gue… gue percaya sama loe Din", ungkap Bian sambil mengelus-elus kepala Kareen. Kareen hanya bisa nyengir mendengar obrolan panjang kakaknya.

Setelah lama berpikir panjang, akhirnya Dino menganggukkan kepala. " Ok deh gue bantu…". Ia berkata sedikit tergagap. Mungkin bisa jadi, Dino terpaksa mengiyakan permintaan Bian.

Karena ia tak rela melihat tampang Bian yang serba polos dan memelas itu.

" Thanks ya…", ujar Bian dengan ekspresi cerianya. Ia tampak lega dan puas mendengar jawaban yang keluar dari mulut Dino. Tetapi lain halnya dengan Kareen. Ia hanya menerimanya dengan sikap biasa saja.