Chereads / Novella Kareen / Chapter 4 - Bab 4

Chapter 4 - Bab 4

Hari ini, hari Minggu. Biasanya Kareen sedang bersantai di rumah akan tetapi tidak untuk hari ini. Kareen lagi sibuk ingin membantu mamanya yang lagi ber-eksperimen memasak membuat suatu hidangan makanan. Menurut mama Kareen, memasak sudah harus bisa dilakukan seorang wanita. Karena itu sudah merupakan kodrat wanita agar kita bisa dihargai seorang laki-laki nantinya. Apalagi kalo perempuan itu akan menikah. Masa perempuan tidak bisa masak??! Untuk adat ketimuran seperti kita, mungkin kalau wanita tidak bisa masak sudah diluar batas tidak wajar.

" Kar, temenin mama belanja ya! Bahan makanannya sudah habis. Jadi, sekarang waktu mama pergi belanja bulanan..", pinta mama Kareen dari bilik dapur.

" Iya, ma.. Beres deh!", jawab Kareen mantap dan tegas sambil bergegas bersiap berganti baju dan memanaskan mobilnya.

****

Sesampainya di supermarket, mama langsung menarik suatu troli belanjaan. Ia tampak semangat dan tergesa-gesa sekali. Dilihat dari sikapnya itu, sepertinya mama tak ingin sia-sia membuang waktu.

" Kar, tolong ambilkan ikan salmon itu donk..!", perintah mama sambil mendorong troli belanja yang besar. Mama Kareen sepertinya ingin memborong belanjaan yang super duper banyak sekali.

" Mmm.. ini ma..". Kareen menaruh sekantong plastik ikan salmon yang masih segar dan besar-besar di troli belanjaan.

Sudah 40 menit berputar-putar di supermarket, mama Kareen belum juga selesai berbelanja. Hanya ada sayuran, kecap, tomat, ikan, telur, dan beberapa peralatan untuk mandi seperti shampoo, sabun, dan pasta gigi.

Kareen sudah beberapa kali mengeluh dan meminta mamanya untuk beristirahat sebentar. Tapi mamanya tak menghiraukan. Dengan semangat 45, mama Kareen tetap melanjutkan belanja. Beberapa barang lain juga banyak dibeli. Bahkan tak jarang juga, ia membanding-bandingkan harga dari satu merk dengan merk yang lain. Bisa dibayangkan butuh waktu berapa lama untuk selesai belanja?? Maka dari itu Kareen terlihat malas sekali apabila disuruh mamanya untuk menemani belanja. Sudah lelah berkeliling supermarket dalam waktu yang cukup lama, namun ternyata belum selesai juga berbelanja.

" Anda Rossa Amalia kan?", tanya seorang laki-laki paruh baya, begitu menatap mama Kareen.

Ditatapnya laki-laki tua itu itu. Pria dengan sedikit keriput di bawah mata, berkacamata dan badannya tidak terlalu gemuk namun tidak terlalu kurus. Ia memakai kemeja kotak dipadu dengan celana jeans skinny. Untuk seumuran pria paruh baya, ia masih tetap terlihat menarik. Dengan perasaan yang sedikit bingung, mama Kareen mencoba berpikir siapa gerangan laki-laki itu. Kareen hanya terpaku dan diam menyaksikan itu dan ia pun tidak begitu peduli.

" Ini saya Teguh Ferdian, teman SMA mu dulu…", ingatnya pada Rossa, mama Kareen.

" O iya saya ingat.. Kelihatan berbeda ya?", pikir mama Kareen dengan nada terheran-heran sekaligus takjub.

Seketika itu juga, mama Kareen teringat kenangan masa lalunya. Teguh, teman lamanya itu adalah kekasih lama mama Kareen pada saat mereka duduk di bangku SMA. Mereka berpacaran sudah sekitar 5 tahun lebih sampai akhirnya mereka memilih untuk berpisah. Bagi pak Teguh, mama Kareen adalah cinta pertamanya yang susah untuk dilupakan. Mungkin tidak heran bagi pak Teguh untuk mengingat kekasih lamanya itu.

" Ya seperti biasalah..", jawab pak Teguh merendah. "Ini putrimu?", tanyanya sambil melihat kearah Kareen. Dipandangnya Kareen dengan senyum lebar yang menungging di bibirnya. Kareen berbalik pandangan kearah mamanya. Tampaknya Kareen sedikit canggung jika dipandang orang tak dikenal.

" Oh.. iya ini Kareen, putriku satu-satunya. Teguh, dengar-dengar sekarang anakmu sudah beranjak kuliah dan bekerja di kantor ya? Wah sudah pasti bangga ya?!", tanya mama Kareen sambil memuji.

Mama Kareen memang selalu tidak ketinggalan berita. Gosip atau berita apapun, ia tahu.. Makanya tak heran jika di kompleks rumah Kareen, dia selalu dipanggil peri gossip, hehehehe….

" Iya.. Dino memang sudah kuliah. Tetapi baru semester pertama. Dan sekarang saya meminta dia untuk bantuin saya kerja di perusahaan saya. Untungnya dia mau… Jadi kenapa saya enggak memanfaatkan??!", terang pak Teguh dengan senyum lebarnya.

Seketika itu juga Kareen mulai berpikir. Ia teringat pada nama yang disebutkan pak Teguh. Apa mungkin Dino, orang yang pernah dibenci Kareen dulu? Namanya sama.. Tapi mungkin saja bukan dia.. Nama Dino kan bukan hanya satu orang saja.

Kareen tampak acuh saat mamanya dan pak Teguh sedang mengobrol. Yang pastinya, Kareen memberi kesempatan mamanya untuk berbicara sepuasnya dengan teman lama itu. Maklum sudah lebih dari 20 tahun mereka tidak pernah bertemu. Kareen mencoba untuk pergi agar tidak menganggu pembicaraan mereka berdua. Dilangkahkan ayunan kakinya untuk beranjak memutar ke stand lain.. Ia ingin membeli susu segar kesukaannya dari kecil. Lalu kemudian berpindah ke stand lain untuk mencari barang yang ingin sekali ia beli..

Sudah 25 menit berlalu, mama Kareen memanggil Kareen dari kejauhan.

" Kareen.. Kareen..!", teriak mama Kareen sambil mencari keberadaan Kareen yang dari tadi berbelanja sendiri. " Aduh dimana ya anak itu..?", cemas mama setelah lama berputar mencari putri kesayangannya itu.

" Ma…", sapa Kareen dengan menepuk pundak mamanya dari belakang.

" Kareen?!.. Darimana saja kamu? Mama dari tadi cari-cari kamu, tapi enggak ketemu.. Kenapa sih kamu pergi ninggalin mama sama pak Teguh? Kan mama jadi enggak enak sendiri waktu kamu hilang entah kemana..", terang mama Kareen dengan nada cemas.

" Maafin ya ma.. Tadi Kareen enggak mau aja ngeganggu mama dan om itu ngobrol.. Makanya Kareen pergi sebentar. Mama enggak marah kan?", tanya Kareen dengan mata sendu.

" Iya mama gak marah kokk.. Tapi nanti jangan buat mama cemas ya?!", pinta mama Kareen.

" Iya.. iya beres ma.. Ngomong-ngomong tadi mama serius banget? Ngomongin apaan sih..?", godanya.

" Ah.. kamu mau tahu aja.. Ya ntar kalo ada waktu, mama banyak-banyakin cerita ke kamu deh.. Udah yuk pulang. Barang belanjannya kan udah banyak banget!!", desah mama Kareen sambil mengangkat barang belanjaannya itu.

"Yes!!! akhirnya selesai juga belanja. Iya nih ma... Kareen udah capek muter-muter dari tadi. Makan yuk..!", ajak Kareen senang.

"Ok…", tutup mama mengiyakan permintaan anaknya itu.

Selama perjalanan, Kareen sempat menceritakan segala isi uneg-uneg yang dipendamya, tak terkecuali tentang pemberian tugas dari pak Heri. Mamanya hanya ketawa-ketiwi mendengarkan anak kesayangannya curhat panjang lebar. Ia beberapa kali mengelus-elus dadanya, tak tahan menahan tawa dari kekesalan anak kesayangannya itu.

****

Sore harinya…

" Kar, mama ada berita yang nyenengin nih… Kamu juga pasti ikut seneng dengernya..", ucap mama Kareen dengan raut muka gembira, serasa ada sesuatu hal yang benar-benar menarik untuk didengarkan.

" Apa??!", tanya Kareen dengan rasa penasaran. Ia tak menyangka jikalau mamanya bisa segirang dan seceria itu.

" Mama sudah dapet kerja Kar… Lebih tepatnya lagi, mama diminta untuk jadi sekretaris pak Teguh, teman lama mama yang kemarin kita ketemu itu…", jelasnya dengan mata berbinar-binar.

Kareen mengelus-elus dadanya. " Syukur deh.. Akhirnya keinginan mama untuk bisa kerja, bisa terwujudkan juga", puji Kareen yang juga tak kalah senangnya. " Terus, papa juga bakal setuju?!"

Mama menggelengkan kepalanya. " Gak tau Kar… Sepertinya papamu gak bakal suka kalau mama kerja. Dia lebih senang melihat mama di rumah urus pekerjaan rumah dan ngejagain anak..", ujarnya merendah. " Tapi, mama tetep mau ngeyakinin papa, agar dia mau ngijinin mama kerja…", yakinnya dengan semangat.

Kali ini mama benar-benar terlihat begitu senang sekali. Cita-citanya untuk menjadi wanita karir, bisa terwujudkan. Keinginan yang lama dipendam pada saat Kareen dan Bian kecil. Mama Kareen rela untuk tidak bekerja demi mengurus keluarga dan anak. Tetapi semenjak anaknya sudah tumbuh dewasa, keinginan untuk bekerja lagi kembali muncul.

"Iya maa.. aminn.. semoga papa setuju ya.. kan Kareen udah gede. Udah bisa mandiri yang apa-apa gak perlu lagi minta bantuan ke mama. Sekarang waktunya mama untuk cari kebahagiaan mama", tenang Kareen pada mamanya. Mama pun mengangguk pertanda senang dengan jawaban anaknya.