Kareen hari ini lagi bersantai mendengarkan radio di kamarnya. Untuk dua hari ke depan, sekolah Kareen akan dipakai untuk kegiatan para guru. Jadi benar saja, Kareen memiliki banyak waktu santai di rumah.
" Kar, balikin kaset gue… Jangan pinjem seenaknya donk?! Itu kan kaset baru gue…", pinta Bian dengan suara nyaringnya dari kamar sebelah. Ia terlihat sedang mengobrak-abrik seluruh isi kamarnya. Kamar Bian memang bersebelahan dengan kamar Kareen jadi tak pelak apabila Bian lantang bersuara, Kareen pasti mendengar.
Kareen yang lagi asyik tiduran di kamar sebelah, jadi terbangun dan dengan segera beranjak pergi ke kamar abangnya.
" Gue nggak pinjem kaset punya elo kok!! Enak aja gue dituduh mencuri..!", ketus Kareen yang tak terima dengan tuduhan Bian.
Bian langsung terperangah tak percaya. " Loe nggak pinjem kaset gue? Terus, kok bisa hilang sih?? Tuh kaset kan belum gue denger. Gue kira elo yang minjem kaset Mariah Carey gue duluan.."
" Yeee… kali aja emang loe nya sendiri yang teledor. Ninggalin barang disembarang tempat seenaknya. Makanya barang-barang elo nggak pernah utuh. Mesti ada yang hilang…", tutur Kareen dengan sikap sok taunya.
Bian memang punya kebiasaan yang tidak pernah ditinggalkan. Dia orangnya sedikit teledor dan pelupa. Sifat itulah yang bikin Kareen super duper SEBAL. Bagaimana tidak sebal?? Karena Kareen selalu jadi kambing hitam apabila barang-barang abangnya raib entah kemana.
" Aduh… Terus ilang kemana donk??! Itu kaset kan masih baru banget! Lagian kaset original lagi??! Aduh… BETE gue!!", gerutunya kesal sambil tetap mencari-cari kasetnya yang hilang.
Ting… tong… ting… tong….
Terdengar suara bel berbunyi nyaring. Sepertinya ada tamu yang datang ke rumah Kareen.
" Mbok, bukain pintunya donk!!", pinta Kareen dari lantai atas. Ia masih sibuk membantu abangnya untuk mencari kaset yang hilang itu.
"Iya non…". Dengan langkah sergap, mbok Inah membuka pintu. Dibukanya pintu itu. Dan ketika itu juga, Mbok Inah terpaku melihat sesosok laki-laki yang ada di hadapannya. Cowok itu tinggi tegap dan berparas manis. Dengan rasa terkagum-kagum, mbok Nah mempersilahkan tamu itu masuk.
" Pagi… apa benar ini rumahnya ibu Rossa Amalia?", tanyanya dengan sesekali melihat secarik kertas yang ada ditangannya.
Dengan langkah kaki seribu, mbok Nah pergi ke dapur untuk memanggil mama Kareen. Dan mama Rossa pun dengan segera pergi menuju depan teras.
Setelah mbok Nah ke dapur, ia dengan riang bergegas naik ke kamar atas mencari Kareen.
" Eh non, ada cowok cakep tuh di depan.. Mbok Nah aja sampai gak bisa berkedip non….", pujinya yang membuyarkan keseriusan Kareen mengobrak-abrik seluruh laci meja Bian. Bian yang tadinya membantu adiknya mencari dimana kaset itu berada, jadi tampak penasaran dengan apa yang dikatakan mbok Nah barusan.
" Aah mbok.. mbok aja sih yang kegenitan.. Emang cari siapa sih??", timpal Kareen.
" Dia ingin ketemu nyonya tuh non.. Heran ya?? Cowok muda dan cakep kayak dia, bisa nyariin nyonya…", ujarnya merendah.
" Ah… Mbok terlalu hiperbola banget sih!Itu kan temen mama. Pasti udah tua!! Gak perlu ngada-ada deh..", ketus Kareen yang masih sibuk mencari-cari kaset diseluruh pojok dan sudut kamar.
"Yee.. non Kareen kalo dibilangin mbok, gak percaya nih.. Dia itu masih muda kok non.. Sekitar anak kuliahan… Cakep deh non!! Kayak yang di tipi-tipi itu..", ceritanya dengan wajah kagum dan berbinar-binar. "Wah, jangan-jangan non Kareen bakal diJODOHin sama tuan-nyonya…", ujarnya menebak.
Kareen mengerutkan keningnya. "Ih.. BODOH amat!! Kareen kan udah punya cowok..", semburnya kemudian.
Abangnya yang mendengarkan perdebatan itu, hanya bisa tersenyum simpul. Ia juga masih tetap membantu Kareen mencari-cari kasetnya yang hilang.
"Jangan digodain mbok.. nanti si Kareen ngamuk", goda Bian.
" Wah non.. jangan benci gitu!! Ntar kualat loh!!Kalau mbok enggak salah dengar, benci itu bisa jadi cinta lho non… jadi, bisa saja nanti non Kareen jadi suka beneran sama dia..", nasehat mbok Nah.
" Iya tuh.. Ntar loe jadi cinta berat lagi sama dia..", goda Bian membela mbok Nah.
"Ah… udahlah mbok.. Gak perlu ngomong yang enggak enggak gitu deh!! Mending, sekarang bantuin kita deh, cari kaset yang hilang. Bian lupa tuh naruhnya dimana..", cerocos Kareen yang tidak ingin disindir-sindir terus.
Mbok Nah pun menuruti bos kecilnya itu.
***
" Kar, sini sebentar…". Mama Kareen tiba-tiba datang ke kamar Bian untuk mencari Kareen.
" Ada apa ma??!", tanyanya dengan tampang innocent.
" Kar, cepet ganti baju gih.. terus turun ke bawah, ke ruang tamu", bujuk mama yang tiba-tiba berada disamping pintu kamar Bian.
" Ngapain ganti baju??", tanya Kareen dengan tampang heran.
" Masa mau ketemu tamu, pakaiannya lusuh kayak gitu sih?! Mama malu ah…", pinta mama dengan mengerutkan dahinya.
Kareen hanya menghela napas sambil sesekali melihat bajunya. " Gak lusuh kok!!", gumam Kareen dalam hati. Ia terlihat masih mengenakan baby doll, baju piyama favoritnya.
"Ooh iya Kar.. kamu inget sama pak Teguh Ferdian, teman mama SMA dulu? Yang sekarang jadi atasan kerja mama??", tanya mama yang menginginkan Kareen untuk mengingat-ingat kejadian tempo hari sewaktu berbelanja di supermarket.
Mama Kareen akhirnya diperbolehkan oleh papa Kareen untuk bekerja mengikuti kemauannya. Tapi tetap papa Kareen menginginkan agar prioritas utamanya adalah tetap keluarga.
Kareen mencoba mengingat, kemudian ia menganggukkan kepalanya.
" Iya ingat. Terus kenapa ma?".
" Mama mau ngenalin kamu sama anaknya Pak Teguh.. Dia cowok ganteng, masih kuliah tapi juga kerja lagi!! Kamu gak akan rugi Kar kalau dekat sama dia. Dia anaknya baik kok!!", yakin mama dengan seriusnya. "Daripada pacar kamu itu…", lanjut mama sambil mencibirkan bibirnya.
" Ah mama.. Yang penting kan Veron sayang sama Kareen… Dia baek banget!! Mau ngertiin sifat Kareen yang seperti ini..", bela Kareen yang tetap bangga memiliki cowok seperti Veron. Kareen benar-benar tidak suka dengan sifat mamanya yang selalu membanding-bandingkan pacarnya dengan orang lain.
" Ah kamu Kar.. apa bagusnya sih cowok pilihan kamu itu.. Dia kan cuma anak ingusan biasa. Apalagi dari yang mama lihat, Veron gak lebih dari sifat kamu yang kekanak-kanakan itu. Dia masih kurang dewasa dan kurang mandiri. Udahlah kar.. Sekarang kamu ke kamar lalu ganti baju, biar mama yang nemuin dulu anak pak Teguh itu.. Cepet ya Kar…", pinta mama lagi.
Kali ini mamanya benar-benar serius untuk mengajak Kareen kenalan dengan anak pak Teguh, kenalan mamanya.
"Ah apa-apaan sih mama!!". Kareen terus menggerutu dalam hati. "Emangnya Kareen mau dijodohin apa?? Pake disuruh kenalan segala??! Emang Kareen suka apa..??", ketusnya lagi dengan nada sewot tak karuan.
" Sudahlah Kar gak perlu ngomel gak karuan gitu... Mama kan gak punya maksud jelek. Sekarang, cepet ganti bajumu itu. Gak enak kalo dia jadi kelamaan nunggu…", perintah mama sekali lagi.
Kareen hanya termanyun dan cemberut, ia menopang dagu dengan tangannya.
Aneh, mama Kareen kali ini tidak seperti biasanya. Setiap Kareen membawa teman-teman cowoknya datang ke rumah, tidak satupun yang diminati mama. Ia seakan-akan tidak peduli benar dengan teman-teman cowok Kareen. Akan tetapi baru kali ini, mamanya mengalami perubahan. Sepertinya, ia tertarik dengan kharisma cowok asing yang satu ini. Bian Nampak cengar-cengir melihat adik kesayangannya. Bian dengan serta merta mendorong Kareen ke kamarnya untuk segera berganti baju.
****
Beberapa menit kemudian, Kareen turun dari kamar atasnya. Ia tampak terlihat lebih fresh daripada tadi. Maklum saja.. Karena Kareen dari tadi pagi, belum juga beranjak mandi. Jadi, penampilannya terlihat lusuh dengan piyama tidur yang dikenakannya.
" Ma, mana cowok itu?!", tanya Kareen yang masih berjalan menuruni tangga.
Tanpa dijawab, tiba-tiba mata Kareen tertuju dengan seorang pria yang duduk manis di sofa sambil meminum secangkir teh di tangannya.Belum sempat Kareen memanggilnya, cowok itu langsung menoleh kearah Kareen.
" Elo Kareen kan…??!", tanya cowok itu sambil memandang Kareen dari ujung kaki sampai kepala.
Kareen pun membalas tatapan cowok itu. Dan ternyata dia adalah orang yang pernah dikenal Kareen sebelumnya.
" Dino??! Kok elo bisa kenal mama gue sih?!", tanyanya dengan suara nyaring. Kareen benar-benar tidak menyangka bahwa Dino adalah anak dari pak Teguh, pengusaha kaya raya itu.
Dengan sikap polos dan sedikit belagu, ia menjawab santai pertanyaan Kareen. Dino sebenarnya tidak menyangka juga bisa bertemu Kareen dan tidak menyangka pula jika orang tua mereka ternyata sudah saling mengenal.
" Gue kesini cuma ingin berkunjung kok! Gak lebih… Lagian, gue juga heran. Kenapa gue bisa ketemu elo lagi sih? Baru ketemu sehari udah bikin bete tau..!", ucap Dino ketus. Ia seakan-akan ingin membalas kekesalannya tempo hari.
" Elo.....". Kareen tak bisa melanjutkan kata-katanya. Telapak tangannya seakan-akan ingin sekali menampar wajah Dino yang belagu itu. Kareen benar-benar terlihat kesal dengan kelakuan Dino yang cukup menyebalkan disertai dengan perkataannya yang bikin orang jadi naik darah.
" Cukup..cukup..", ujar mama Kareen menengahkan pembicaraan Dino dan Kareen. Mamanya juga tidak akan menyangka apabila mereka sudah saling mengenal. Apalagi mereka sampai bertengkar pula.
" Ternyata kalian sudah lama kenal ya?? Kok mama baru tahu??!", ujar mama menanyakan pada Kareen dan Dino. Ia benar-benar bingung harus berkata apa dengan perdebatan mereka berdua.
Dino dan Kareen hanya terdiam. Mereka saling beradu pandangan. Tetapi tak sedikitpun senyum yang menungging di bibir mereka.
" Sudahlah… mama ingin mengenalkan kamu sama Dino bukan untuk bertengkar, tetapi untuk bisa membantu kamu mengerjakan tugas kamu Kar…", tegas mama yang mengingatkan kewajiban Kareen mengerjakan tugas dari pak Heri.
Kareen menghela napas panjangnya karena ia teringat akan tugas mengerjakan dokumenter film. Pak Heri si guru killeritu, memang memberikan hukuman pada Kareen, karena Kareen telah lama absen di pelajaran sastranya.
" Ooh… jadi tante meminta Dino untuk ngebantu Kareen mengerjakan tugasnya ya?!", beber Dino menjelaskan maksud dari mama Kareen.
Mama hanya menganggukkan kepalanya, membenarkan pernyataan Dino. " Iya. Kareen mendapat hukuman dari gurunya untuk mengerjakan dokumenter. Nak Dino bisa membantu anak tante kan?! Dia bener-bener putus asa untuk ngerjain dokumenter itu sendirian..", jelas mama membuka curhatan Kareen tempo hari yang lalu.
Kareen bener-bener dibuat kaget mendengar permohonan itu.Ia seakan-akan tidak mempunyai harga diri lagi di depan Dino. Ia tidak pernah menyangka apabila mamanya bisa memohon seperti itu. Kareen bener-bener malu karena tidak tahu harus mengatakan apalagi…
" Ma, Kareen kan enggak minta mama untuk manggil anak belagu kayak dia. Kareen bisa sendiri kok ngerjainnya. Lebih baik Kareen kerja sendiri, daripada harus dibantu sama dia..", tegas Kareen dengan sikap jaimnya.
" Kar, ngerjain dokumenter itu enggak gampang. Kamu harus minta bantuan sama orang yang lebih berpengalaman daripada kamu..", nasehat mama Kareen dengan bijaknya. " Kak Bian kan lagi sibuk mau ujian, sedangkan mama juga gak bisa bantu kamu seperti dulu.. mama sekarang sudah kerja seperti papa. Dan mama gak mau main-main dengan kerjaan di kantor.. Jadi kamu harus bisa mengerti. Dino ini kan udah kuliah, dan dia masih ada waktu luang untuk bantu kamu. Mama udah bilang pak Teguh kok dan pak Teguh pun mengizinkan anaknya untuk ngebantu kamu", ceritanya panjang lebar. Mama Kareen tidak ingin membiarkan anak kesayangannya itu mengerjakan tugas sendiri.
" Tapi ma....", potong Kareen yang masih tak terima dengan bujukan mamanya.
" Sudahlah Kar… Kamu gak perlu khawatir gitu. Dino sudah siap sedia menolong kamu kok!!", yakin mama dengan tegasnya. " Nak Dino bisa bantuin kan??!", tanyanya ke arah Dino.
Dino pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
" DASAR!! Cari muka!!", gerutu Kareen dalam hati.