Tujuan si Brewok sudah jelas ketika ia berkata demikian, yaitu untuk mendapatkan imbalan dari si Mandor. Ia tampak sedikit berlari kecil untuk mencari si mandor.
Tak berapa lama kemudian terlihat juga si mandor di mata bang Brewok.
"Nah ini mangsa gue!" kata bang Brewok sambil menggosok-gosok telapak tangannya sendiri.
Ia pun terlihat memberanikan diri untuk memanggil si mandor.
"Pak mandor!" seru si bang Brewok dari arah belakang pak mandor.
Walaupun jarak antara pak mandor dan si bang Brewok masih agak jauh, tetap saja membuat si mandor terlihat terkejut.
Si mandor pun menoleh ke arah si Brewok dan memperhatikan orang yang memanggil dirinya dengan seksama.
Dengan suara keras si mandor pun berkata kepada orang yang memanggilnya itu, "Siapa kau. Dan mau apa kau memanggilku. Atau jangan-jangan kau suruhan orang-orang tadi!"
"Tenang pak mandor. Jangan takut. Aku bukan bagian dari orang-orang yang tadi. Tetapi aku adalah orang yang telah mengusir orang-orang tadi." Kata bang Brewok mencoba menjelaskan kepada si mandor.
"Aku tidak percaya!" seru si mandor dengan suara tegas.
"Jika pak mandor tidak percaya, silakan saja pak mandor ke depan bersama dengan saya. Bila ada orang yang berani menyerang pak mandor, maka saya yang akan melindungi pak mandor." Ucap bang Brewok sambil menepuk dadanya.
"Terus terang saja. Jika satu lawan satu, saya masih sanggup menghadapimu!" Kata pak mandor dengan jumawa.
"Aku percaya itu, pak mandor." Kata bang Brewok sambil tersenyum.
Melihat orang yang datang itu terlihat biasa saja. Tidak ada tanda-tanda mencurigakan, akhirnya pak mandor luluh juga hatinya.
"Baiklah, aku percaya kepadamu walaupun belum seratus persen. Jika nanti bila saya ikut Anda ke depan dan ternyata mereka masih ada. Maka jangan salahkan saya jika dirimu saya jadikan tameng." Ucap pak mandor lagi dengan nada yang terdengar sedikit mengancam.
Bang Brewok tampak kembali menepuk dadanya di hadapan si pak mandor sambil berkata, "Terima kasih atas kepercayaan pak mandor terhadap saya. Baik saya tidak akan melawan sedikit pun."
Sesudah berkata demikian bang Brewok terlihat menggerakkan tangannya untuk mempersilakan pak mandor berjalan di depannya. Tetapi si pak mandor menggeleng, dan ia pun meminta agar bang Brewoklah yang berjalan di depannya dengan menggerakkan tangan yang sama untuk mempersilakan si Brewok.
Melihat gerakan tangan dari si pak Mandor, bang Brewok tertawa pelan sambil berkata, "Memang Anda belum percaya kepada saya seratus persen."
Si pak mandor hanya mendengus saja ketika mendengar orang yang memanggilnya berkata demikian.
****
Dari tempat lain tampak Udin segera bersembunyi ketika mendengar suara si bang Brewok.
"Mau apa dia di sini, jangan-jangan mau menangkap aku melalui pak mandor lagi. Kalau memang seperti itu kenyataannya, gawat nih. Gue engak bisa keluar, dan Gue juga engak boleh ketahuan. Gue harus cari cara untuk menghilangkan wajahku. Terutama sekali suaraku."
Sesudah berkata demikian kepada dirinya sendiri, Udin segera berpikir keras di tempat persembunyiannya.
"Aku dapat ide!" seru si Udin dengan kegirangan. Lalu ia pun melakukan idenya itu.
Baru saja selesai, terdengar suara pak mandor memanggil namanya.
"Udin!"
"Udin!"
"Di mana kamu. situasi sudah aman sekarang. Kamu mau uang tidak?!"
Tak lama kemudian tampak seseorang yang berwajah aneh dengan pakaian compang-camping dan berjalan setapak demi setapak mendekati pak mandor yang datang bersama bang Brewok bersama dengan teman-temannya.
"Jangan berisik. Kalian semua telah mengganggu penunggu di sini. Dan anak yang kamu panggil sedang terluka oleh salah satu mahluk penunggu di sini!" ucap orang yang datang dengan tampang aneh itu sambil menunjuk ke arah si brewok dan anak buahnya.
Mendengar perkataan orang aneh itu, sebagian besar dari para anak buahnya bang Brewok tampak merinding dan ketakutan.
"Kamu siapa. Jangan bicara yang macam-macam. Tadi anak itu bersama dengan saya. Atau kau sedang menculiknya dan minta tebusan!" kata si mandor yang tak terasa tangan kanannya di gerakkan sebagai tanda agar para anak buahnya si brewok bergerak ke arah orang aneh itu.
Beberapa kali si pak mandor menggerakkan tangannya. Tetap saja para anak buahnya bang Brewok tidak terlihat maju ke depan untuk mendekati orang yang mengaku sebagai salah satu penunggu di tempat itu.
Melihat para anak buahnya bang Brewok tidak bergeming mendekati dirinya. Udin yang telah menyamar dengan wajah aneh tertawa terkekeh-kekeh.
"Kalian tidak perlu menghadang jalanku. Jika kalian takut akan keberadaanku, sebaiknya kalian semua menyembah aku sampai kepala kalian di tanah tiga kali. Kemungkinan itu akan membuat para penunggu yang lain mengampuni kalian dan juga Udin.
"Jika tidak sembuhnya, kemungkinan para penunggu di tempat ini telah marah dan meminta sesuatu yang berharga."
Sesudah berkata demikian Udin yang masih terlihat aneh dan merasa berhasil sandiwaranya perlahan-lahan pergi menuju ke arah mereka semua dan berjalan menuju keluar pintu gerbang proyek tersebut.
Melihat gerak-gerik orang aneh itu, tiba-tiba bang Brewok berteriak, "Berhenti!"
Udin yang menyamar itu pun menghentikan langkahnya dan dalam hatinya mengumpat, "Brengsek kau bang Brewok. Selalu saja merusak rencanaku!"
Brewok pun penasaran dan hendak menyentuh pundak Udin yang sedang menyamar itu, tetapi keburu di cegah oleh pak mandor.
"Bang Brewok, sudahlah jangan ganggu dia. Jika nanti terjadi apa-apa dengan semua bahan bangunan yang ada di sini, yang repot aku juga. Aku tidak mungkin bilang ke bos besar kalau bahan-bahan yang hilang di sini karena ulah para penunggu di sini. Yang kena batu aku yang harus ganti."
Selesai berkata demikian si mandor pun berkata kepada orang aneh itu, "Kalau begitu di mana Udin berada. Biar kami jemput."
Orang aneh itu tertawa. Dan tawanya pun juga sedikit aneh dan kembali membuat para anak buahnya si bang brewok ketakutan.
"Boleh saja kalian ikut, tapi nanti malam setelah jam sembilan malam. Karena saat ini Udin harus di ruat dulu. Oh iya, jangan lupa bawa persembahan. Segepok uang lima puluh ribuan, semen lima sax dan batu bata tiga gerobak. Serta seporsi ayam panggang dan juga sapi panggang." Katanya sambil berjalan kembali ke belakang.
Dan tahu-tahu menghilang dari pandangan.
Si mandor dan bang Brewok bergegas mengejarnya, tetapi tidak melihat ke mana perginya orang yang aneh pergi ke mana.
Setelah tidak menemukan jejak orang aneh itu sama sekali, barulah si mandor dan bang Brewok merasa merinding.
"Kok jadi merinding seperti ini ya. Biasanya tidak pernah. Dan di pagi hari pula lagi. Semoga saja Udin baik-baik saja." Kata si mandor sambil memperhatikan tempat mereka berdiri saat ini.
Sedangkan bang Brewok berkata dengan nada sombong sambil menepuk dada lagi, "Saya mantan preman. Tidak pernah takut akan hal itu!"