Dengan kantong semen bekas itu Udin berjalan tergopoh-gopoh saking beratnya. Ia mempercepat langkahnya keluar dari proyek perumahan tempat ia bekerja. Takut si penunggu tempat itu mengejarnya. Lebih-lebih lagi kalau ada orang yang melihatnya.
"Bisa bahaya." Pikirnya sambil terus melangkah.
Suara burung hantu pun terus mengikutinya. Sepertinya tidak mau melepaskan bocah itu, dan juga seperti mengingatkan bocah itu akan mimpinya.
Tetapi kelihatannya Udin sudah tidak peduli lagi dengan semuanya itu, hingga setangah jalan setelah keluar dari proyek tersebut Udin tampak tertegun.
Bocah itu menghentikan langkahnya. Tampak di hadapannya sepasang mata berwarna kuning dengan gigi runcing.
"Penghalang apa lagi ini." Ucap Udin pada dirinya sendiri.
Hewan itu menggerang sejenak untuk memberitahu kalau dia ada di hadapannya dan sungguh-sungguh. Yang ada di hadapannya Udin adalah seekor serigala.
Mendengar gerangan serigala itu membuat Udin segera meraba seluruh tubuhnya. Terutama wajahnya.
Betapa terkejutnya Udin ketika merasakan tangannya menyentuh sesuatu pada wajahnya. Lalu ia meraba giginya yang merasakan ada ganjalan serta hidungnya sendiri. Sesudah itu Udin memegang kedua telinganya.
Merasakaan itu semua Udin pun segera berteriak sekeras-kerasnya, "Tidak!"
Bocah itu tersedak pada tenggorakannya. Lalu ia membuka kedua matanya. Betapa terkejutnya ketika ia mengetahui kalau dirinya masih berada di dalam kamar.
"Apa-apaan ini. Kenapa tiba-tiba aku berada di dalam kamarku sendiri. Bukannya aku tadi berlari keluar lalu makan di warung itu, terus ke proyek dan mengambil barang-barang tersebut." Belum selesai ia mengingatnya kembali ia mendengar suara gerangan dan suara burung hantu yang bunyinya bersamaan."
Udin bergegas menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Di balik selimut itu Udin berkata kepada dirinya sendiri, "Aku tidak boleh takut! Aku harus kesana sekarang. Atau aku tidak mendapatkan apa-apa dari rencanaku semula. Bisa sia-sia rencanaku kalau begini terus." Sesudah berkata demikian Udin bergegas keluar dari balik selimutnya dan berjalan menuju ke proyek tempatnya bekerja.
Begitu ia tiba di luar rumah, ia berpapasan dengan beberapa orang penduduk situ. Dan ketika melihat Udin orang-orang itu lari terbirit-birit sambil berteriak,
"Ada mahluk jadi-jadian!"
"Ada mahluk jadi-jadian!"
Udin pun ikut lari terbirit-birit ketika mendengar teriakan dari orang-orang tersebut, padahal dirinyalah yang di teriaki sebagai mahluk jadi-jadian oleh para tetangga yang melihatnya. Larinya Udin pun paling cepat dari yang lain. Hingga melewati orang-orang itu, dan orang-orang itu pun tertegun sejenak lalu tak sadarkan diri di situ ketika Udin sempat menoleh ke arah orang-orang yang berada di belakangnya.
Melihat orang-orang yang berada di belakangnya pada tak sadarkan diri ketika melihat dirinya, membuat Udin penasaran. Ia pun bergegas mendekati mereka dan mencoba membangunkan mereka semua. Tapi hasilnya malah mereka pingsan lagi ketika wajah mereka berhadapan langsung dengan wajah Udin ketika mereka sadar dari pingsannya.
"Aneh!" gumam Udin ketika melihat orang-orang itu malah pingsan lagi untuk kedua kalinya.
Akhirnya Udin pun teringat akan rencananya, lalu ia pun buru-buru lari lagi untuk memantapkan semua rencananya.
Bocah itu tidak tahu kalau hari sudah mau menjelang pagi. Saat itu sekitar pukul tiga lewat. Ketika ia melewati beberapa gang untuk masuk ke pintu gerbang proyek tempat ia bekerja, bocah itu kembali berpapasan dengan para warga.
Warga yang melihatnya tertegun ketika melihat seluruh wajah Udin tampak seperti serigala.
"Kamu siapa!" bentak salah satu warga sambil menunjuk ke wajah Udin.
"Maaf ada apa ya?" tanya Udin kepada para warga itu.
Salah satu dari warga itu berkata, "Kalau dari suaranya sih sepertinya aku kenal. Kalau tidak salah, nama kamu..."
Udin yang merasa ada sesuatu akan terjadi dengan dirinya segera berlari sampai harus menabrak orang-orang itu sampai jatuh terjerembab.
"Udin. Iya itu Udin." Kata orang yang mengenali suaranya. Kemudian ia berteriak sekuat tenaga, "Udin! Mau kabur kemana!"
Dengan tergesa-gesa Udin berlari untuk bersembunyi. Udin pun segera bersembunyi di belakang pos jaga yang biasa di gunakan oleh pak mandor beristirahat.
Orang yang mengenali dirinya dan beberapa orang lain terus saja melewati pos jaga tersebut, sampai beberapa meter melewati pos jaga orang yang mengenali Udin itu berhenti.
"Stop!" perintahnya kepada orang-orang yang mengikutinya.
Setelah mereka semua berhenti, ia berkata lagi kepada yang lain, "Sebaiknya kita berpencar mencari anak itu di sini."
Orang-orang yang mengikutinya berteriak,
"Setuju!"
"Setuju!"
"Sekarang kita berpencar!" teriak orang yang mengenali suara Udin dengan nada member perintah.
Melihat dari belakang pos jaga tersebut Udin terus memperhatian. Lalu katanya pada diri sendiri, "Gawat kalau begini terus. Rencanaku bakal buyar semuanya!"
Orang-orang yang sedang mencari Udin menoleh ke pos.
Kata orang yang mengenali suara Udin, "Anak itu bersembunyi di sana. Jangan biarkan dia sampai lolos!" seru orang itu dengan suara keras.
"Tolol!" umpatnya sambil memukul kepalanya sendiri.
Ia pun bergegas keluar dari tempat persembunyiannya dan berlari keluar sambil ngedumel sendirian, "Bisa-bisanya aku berteriak seperti tadi. Semoga saja aku tidak tertangkap."
Baru saja ia berlari keluar melewati pintu gerbang proyek tempat dia bekerja, bocah itu berpapasan dengan pak mandor.
Melihat pak mandor Udin pun berteriak, "Pak mandor! Pak mandor! Tolong aku!" dengan nafas yang tersengal-sengal Udin mendekati pak mandor.
Pak mandor yang melihatnya segera menegur bocah itu, "Ada apa ini, sepertinya kamu habis melihat hantu sampai berlarian seperti ini."
"Bukan! Bukan hantu!" kata Udin sambil menggerak-gerakkan kedua tangannya di depan pak mandor.
Dengan wajah yang terlihat keheranan pak mandor bertanya dengan nada penasaran, "Lantas apa?!"
Bersamaan dengan itu muncul orang-orang yang mengejar Udin. Sedangkan orang yang mengenal suara Udin berteriak,
"Tangkap anak itu!"
"Tangkap anak itu!"
Si pak mandor yang semakin tidak mengerti segera mencoba melerai dengan berkata, "Tunggu dulu. Ini ada apa? Coba jelaskan baik-baik."
Orang yang memperhatikan Udin karena mengenal dari suaranya kini memperhatikan anak itu dengan seksama. Lalu gumamnya pelan, "Wajah anak itu."
Pak mandor yang mendengar gumaman itu segera bertanya, "Kenapa dengan wajah anak ini?" sambil menunjuk ke wajah Udin.
Udin pun segera meraba wajahnya sendiri dari kepala sambil ke telinga, hidung, mata dan juga giginya sendiri.
"Normal." Ucapnya dalam hati.
Orang yang mengenal Udin dari suaranya segera berkata lagi, "Bocah ini sepertinya sedang melakukan pemujaan." Ucapnya sambil menunjuk-nunjuk.
"Kalau bicara hati-hati!" tegur pak mandor kepada orang yang menunjuk-nunjuk itu.
Udin pun segera membela diri juga, "Betul paman. Jangan asal menuduh saja."
Dengan kesalnya orang itu segera pergi meninggalkan Udin yang di bela si pak mandor tanpa dapat berkata-kata lagi.
Sedangkan orang-orang yang tadi mengikuti orang yang mengenal Udin dari suaranya semua bersungut-sungut sendiri. Tetapi mereka semua tidak ada yang meminta maaf kepada Udin.