Mendengar itu gembiralah hati si udin, sambil tangannya bekerja ia berkata kepada dirinya sendiri, "Baguslah kalau begitu. Jadi nanti malam setelah semunya pulang, aku bisa menyelinap datang kemari lagi untuk mengambil semua barang-barang yang telah aku simpan di belakang pos itu."
Sambil sesekali matanya mencuri-curi ke arah pos di tempat tersebut.
***
Sementara itu di tempat lain orang yang mengenal Udin tampak marah-marah terus sepanjang perjalanan kembali ke tempatnya.
Bersamaan dengan itu ia berpapasan dengan Bang Brewok. Bang Brewok yang tidak terlalu mengenalnya, ketika melihat orang itu tampak ngedumel terus ia pun menjadi penasaran. Bang Brewok pun segera mendekatinya dan mencoba menegurnya, "Hei! Kamu kenapa seperti itu? Memangnya ada hal apa sih yang membuatmu terlihat marah-marah terus dari tadi."
Orang itu menoleh dan menatap wajah Bang Brewok.
Setelah dia memperhatikan sesaat wajah Brewok, lalu tampak tangannya seperti mengulap dan berkata, "Lupakan saja." Orang itu pun kembali berjalan meninggalkan Bang Bewok.
Melihat itu kembali Bang Brewok berkata, "Jangan buru-buru. Kita ngopi-ngopi dulu saja." Sambil menarik tangan orang itu menuju ke sebuah warung kopi yang kebetulan letaknya tidak jauh dari tempat mereka berdiri saat itu.
Mendengar ajakan Bang Brewok untuk mengopi. Orang itu segera berkata dengan gembira, "Kalau ajakan ngopi, kudu jangan di tolak nih."
Bang BRewok pun segera menimpali lagi dengan berkata, "Yuk kita kesana."
Niat Bang Brewok sesungguhnya hendak mengorek informasi dari orang itu, karena ia tadi sempat mendengar saat orang itu ngedumel menyebut-menyebut mengenali suara Udin.
***
Keduanya segera memesan kopi.
Sambil menunggu kopi datang bang Brewok pun segera memancing dengan pertanyaan kepada orang itu, "Maaf nih bang sebelumnya. Tadi nih, saya dengar kalau abang menyebut-nyebut hanya mengenali suaranya Udin tetapi tidak mengenali wajahnya Udin."
Orang itu segera menoleh menatap wajah bang Brewok dalam-dalam. Lalu ia bertanya kepada bang Brewok, "Kamu siapa? Memangnya kamu kenal dengan Udin?"
Mendengar pertanyaan orang itu bang Brewok malah tertawa tergelak-gelak. Lalu katanya sambil menepuk dadanya sendiri, "Saya kenal suara maupun wajahnya."
Bersamaan dengan itu datanglah pesanan kopi mereka berdua. Sesudah kopi itu di terima dengan kedua tangan, orang itu pun menyerup sejenak kopinya. Lalu sambil meletakan kopi tersebut di atas meja tepat di hadapannya, ia berkata dengan suara pelan, "Jika begitu, apakah wajah anak itu mirip hewan? Tepatnya hewan serigala?"
Brewok yang mendengar pertanyaan itu tampak terkejut dan keheranan. Lalu katanya kepada orang itu, "Kalau memang wajah Udin berubah menjadi hewan, pasti dia saat ini sudah mati di gebukin oleh masa."
Suara bang Brewok terdengar geregetan dan sambil mengepalkan tinjunya sendiri.
Karena masih merasa penasaran, bang Brewok bertanya lagi kepada orang itu, "Memangnya kamu lihat Udin dimana?"
Dengan cepat orang itu berkata, "di proyek sebelah!"
Mendengar orang itu berkata demikian, Bang Brewok bertanya lagi, "Kamu yakin melihat Udin di proyek sebelah?"
Orang itu segera menegaskan, "Aku hanya mengenal suaranya saja. Tetapi wajahnya aku belum pernah lihat seperti apa!"
"Bagaimana kalau kamu ikut saya lagi ke proyek di sebelah. Untuk memastikan saja, apakah benar-benar ada Udin di situ." Ucap bang Brewok sambil menegak habis kopinya.
Orang itu memperhatikan si Brewok sejenak.
"Tunggu apa lagi!" kata si Brewok kepada orang yang mengaku mengenal Udin dari suaranya saja.
"Kamu percaya dengan perkataanku, kalau aku dapat mengenal Udin anak bandel itu dari suaranya saja?" tanya orang itu kepada Brewok dengan sedikit ragu. Karena dari tadi tidak ada yang yakin kalau dia bisa menebak Udin dari suaranya saja.
Dengan kesal si Brewok mengeluarkan uang dua puluh ribuan lima lembar dan di berikan kepada orang itu ke dalam genggaman tangannya sambil berkata lagi, "Ini sebagai tanda kalau saya percaya kamu dapat mengenali Uidn dari suaranya saja. Tetapi jika nanti ternyata tidak ada Udin di proyek tersebut, tolong segera kembalikan uang itu kepadaku lagi."
Karena orang itu sudah yakin sekali, maka dia pun segera memasukkan uang yang di terima dari Bang Brewok ke sakunya. Tampak senyumannya pun sembringah.
Orang itu pun cepat-cepat menegak habis kopi yang baru saja di terimanya. Selesai berbuat demikian dia pun menggerakan tangannya ke arah bang Brewok sambil berkata, "Lets go!"
Keduanya tampak tergesa-gesa kembali menuju ke proyek tersebut.
***
Setibanya di depan pintu gerbang proyek tersebut, tampak si mandor sedang duduk santai.
Bang Brewok pun bersama orang yang mengaku mengenal Udin melalui suaranya bergegas masuk dan mendekatinya.
Setelah keduanya dekat dengan si pak mandor, bang Brewok pun menegurnya, "Pak mandor, Udin di mana?!"
Si pak mandor menoleh lalu katanya kepada bang Brewok, "Kamu sudah terima upahmu. Mau apa lagi kamu datang kemari!"
Orang yang datang bersama bang Brewok segera berkata, "Kami berdua ke sini hanya memastikan kalau orang yang berwajah seperti serigala itu adalah memang Udin."
Si pak mandor yang tadinya biasa saja, kini terlihat sangat marah pada wajahnya. Ia yang lagi duduk santai segera bangkit berdiri tepat di hadapan bang Brewok seraya berkata, "Jangan mentang-mentang kamu punya anak buah dan telah membantu aku mengusir orang-orang rese dari tempat ini, sekarang kamu seenaknya saja berbuat demikian terhadapku!"
Bang Brewok di begitukan merasa tidak enak juga, karena dia telah menerima bayaran yang setimpal. Lalu ia berkata dengan tenang. "Bukan begitu pak mandor. Kami berdua hanya bingung saja, kenapa Udin tiba-tiba wajahnya berubah menjadi serigala. Jangan-jangan dia telah kena kesambet penunggu di tempat ini." Ucap bang Brewok yang asal bicara saja.
Justru yang asal bicara itu di tanggapi dengan serius oleh si pak mandor.
Dengan wajah yang tadinya terlihat sangat marah, kini wajahnya berubah adem dan tampak khawatir. Kemudian katanya kepada kedua orang itu, "Kalau memang seperti itu, aku harus bisa membuatnya normal lagi. Tetapi apa dayaku." Sambil kedua bahunya di gerakan ke atas. Tanda ia tidak mampu berbuat apa-apa.
Mendengar ucapan si pak mandor yang kini mendukung mereka, keduanya tampak gembira. Lalu kata orang itu kepada si pak mandor, "Asal pak mandor mau mempertemukan kami berdua kepada Udin, selanjutnya biar kami yang tangani sendiri."
Pak mandor tampak senang tetapi sedikit curiga, lalu katanya dengan hati-hati, "Kalian tidak berbuat yang aneh-anehkan terhadap anak itu."
Dengan nada yang sangat menyakinkan sekali kepada pak mandor, orang itu berkata mewakili si Brewok, "Tenang saja pak mandor. Jika kami berhasil menaklukan penunggu yang ada di dalam tubuh si Udin, tempat ini seterusnya akan aman selamanya. Percayalah sama kami berdua. Biar kami yang kerjakan."
Pak mandor yang mendengar perkataan itu, lekas berkata lagi, "Tidak ada upahkan. Murni ini kehendak kalian berdua sendiri."