Chereads / Dreamland Word / Chapter 18 - Ada Udang Di Balik Batu

Chapter 18 - Ada Udang Di Balik Batu

"Bos, tolong jangan pecat kami. Kami masih butuh pekerjaan ini!"

Sambil berjalan tanpa menoleh si bos besar itu berteriak, "Kalian sudah saya kasih kesempatan beberapa kali. Tetapi setiap saya datang kalian tetap tidur. Itu salah kalian. Bukan salah saya."

Bersamaan dengan selesainya ia berkata demikian, si bos besar itu segera masuk ke dalam mobilnya.

Udin yang melihat kejadian itu segera membuang wajahnya. Takut dianiyaya oleh orang-orang yang mencemoohnya. Karena mereka semua kini telah di pecat.

Salah satu pekerja yang mencemooh Udin dan kini di pecat berteriak mengancam Udin, "Din, awas kau ya. Ini semua gara-gara kamu yang cari muka. Andai saja kamu tidak bekerja di waktu jam istirahat, kami semua tidak bakal di pecat!"

"Pergi sana, jangan pernah kembali lagi!" teriak si mandor kepada orang-orang yang telah di pecat.

Mandor itu memperhatikan orang-orang tersebut lalu ia berteriak lagi, "Cepat pergi dari sini!"

Sesudah berteriak demikian, ia segera berjalan mendekati Udin.

"Din, kamu tenang saja. Nanti kalau terjadi apa-apa beritahu sama saya." Kata si mandor sambil menepuk dadanya sendiri.

Sesudah meyakinkan hal itu kepada Udin dan juga lainnya, si mandor berkata lagi kepada mereka semua, "Kalian dengarkan. Kalian sudah di naikkan gajinya. Sekarang, bekerjalah dengan baik. Jangan bermalas-malasan seperti yang tadi, ya!"

"Beres, bos mandor!" teriak mereka semua termasuk Udin.

Mandor itu segera meninggalkan pekerjanya. Baru saja pergi beberapa langkah, mandor itu kembali lagi ke tempat orang-orang itu yang sudah mulai bekerja. Sesudah berada di antara para pekerja itu, si mandor pun segera berkata lagi, "Karena kita belum ada pengganti mereka, sebaiknya kalian kerja lembur mulai besok. Besok kita masuk pukul tujuh pagi. Dan pulang pukul sembilan malam."

Celetuk salah satu pekerja di antara mereka, "Ada uang lemburnya kan bos!"

Si mandor itu tersenyum, lalu katanya, "Kalian semua jangan takut. Selama belum ada pengganti mereka, maka kalian akan mendapatkan jatah dari uang mereka semua di bagi rata. Asalkan kalian sanggup masuk pukul tujuh pagi dan pulang pukul sembilan malam."

Si mandor pun menekan kembali rencana kerjanya yang di mulai esok hari.

Semua orang segera berteriak, "Baik bos!"

Dalam hati Udin berkata pada dirinya sendiri, "Nanti malam aku tidak mungkin dapat mengambil batu bata lagi. Ini semua salahku!" ucap Udin sambil melempar pengaduk semen dengan kesalnya.

Beruntung tidak ada yang melihat kejadian itu, Udin pun cepat-cepat mengambil alat pengaduk semen itu dan segera bergegas mengaduk semen lagi sambil marah-marah sendiri.

****

Sementara itu Ari sudah menyerahkan dua koran yang tertinggal gara-gara bertemu dengan bang Brewok kepada kedua pelanggannya.

Beruntung kedua pelanggan itu mau mengerti apa yang di jelaskan oleh Ari kepada mereka.

Akhirnya Ari pun dapat pulang dengan hati gembira. Selesai makan siang ia duduk termenung.

Pada saat melamun, ia kembali teringat akan kartu emasnya lagi.

"Aku tidak dapat sering-sering meninggalkan pekerjaanku juga. Dengan uang keluar dua puluh lima ribu lagi, aku hanya bisa main seharian kemarin saja. Dan sekarang aku harus bekerja lagi. Kalau tidak kerja, aku akan kehilangan pelanggan." Keluh Ari sambil menarik nafas panjang.

Bersamaan dengan itu terdengar suara, "Jadi, bagaimana. Mau kembali kartu emas itu, atau di relakan hilang begitu saja?"

Ari tampak terkejut mendengar suara yang tiba-tiba muncul itu, lalu ia segera bertanya, "Memangnya siapa kau dapat mengetahui kalau aku kehilangan kartu emas?"

Suara itu terdengar tertawa. Kemudian ia berkata lagi, "Kau bocah kecil, di tanya oleh aku. Eh, malah balik bertanya."

Ari terlihat celingukan memperhatikan sekitar tempat ia berteduh saat ini, tetapi tidak terlihat siapa-siapa.

Bocah itu mulai merasakan merinding pada seluruh tubuhnya.

Ari berusaha untuk bangkit berdiri, tetapi tidak bisa. Seperti ada perekat yang menempel di tempat yang ia duduk saat ini.

Kembali terdengar suara, "Jangan takut. Saya tidak akan mengganggu kamu, saya hanya bertanya saja. Jika tidak mau di jawab, juga tidak apa-apa."

Bocah itu masih mencoba untuk bangkit berdiri. Sesudah suara itu hilang, Ari pun langsung dapat bangkit berdiri dari tempat duduknya. Dan ia terlihat langsung berlari keluar dari tempatnya berteduh.

Begitu di luar dari bangunan tempat ia berteduh, Ari merasa hari sudah sore.

"Sebaiknya aku keliling lagi saja untuk menjajakan jasa semir sepatuku." Ucap Ari dalam hati.

Teringat akan hal itu, ia pun bergegas mengambil perlengkapannya untuk menjual jasa semir sepatu yang sudah ia lakukan dalam kurun waktu setahun terakhir.

****

Pada saat itu di tempat lain, tampak orang-orang sedang duduk berkumpul.

Ternyata orang-orang itu adalah yang baru saja di pecat di tempat kerja Udin.

Salah seorang dari mereka berkata, "Sepertinya kita harus buat pelajaran untuk si mandor dan anak baru itu!"

Yang lain pun segera berteriak, "Setuju!"

"Tapi kapan waktu yang tepat untuk kerjain kedua orang itu?" tanya orang itu kepada yang lainnya lagi.

Mendengar pertanyaan itu semuanya terdiam. Tampak seperti orang sedang berpikir, tetapi tidak semuanya berpikir. Karena mereka memang tidak tahu harus berbuat apa. Sebagian dari mereka hanya ikut-ikutan saja.

Salah satu dari mereka membuka suara, "Bagaimana besok pagi saja. Pasti si mandor dan anak baru itu datang pagi-pagi sekali, kita cegat mereka di depan sebelum pintu gerbang."

Si orang yang berbicara duluan memandang temannya itu, lalu memujinya dengan berkata, "Bagus, aku suka saranmu. Dan yang lain cegat orang yang membawa uang untuk gajian minggu depan."

Seperti yang tadi, yang lain pun hanya dapat berteriak, "Setuju!"

Sambil bangkit berdiri orang itu berkata kepada teman-temannya, "Oke, sekarang kita bubar. Dan besok jangan lupa datang pagi-pagi. Kalau perlu berangkat bareng hansip."

Satu per satu dari mereka pun bubar dari pertemuan itu, hingga tempat itu kembali sepi. Sepi, karena memang tidak ada yang berani lewat tempat tersebut, saat itu waktu sudah menunjukkan pukul enam sore.

Sesudah semua bubar, muncul seseorang dari tempat persembunyiannya. Ternyata orang itu adalah Bang Brewok.

Ia mengelus kepalanya yang botak gundul itu, sambil berkata, "Mau apa dia. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya. Ternyata dia bekerja di proyek bangunan komplek sebelah."

Bang Brewok tampak bergegas pergi. Dalam perjalanan kembali ke tempatnya ia berkata dalam hati, "Sepertinya aku juga harus mengumpulkan orang-orang. Agar paling tidak, aku dapat uang jasa dari si mandor."

Melakukan pekerjaan yang sama tetapi dengan tujuan yang berbeda. Jelas perbedaannya. Kedua-duanya mengumpulkan masa, tetapi tujuannya yang satu adalah untuk menghancurkan si mandor. Setelah itu ia bermaksud untuk mencuri uang gajian bekas teman-teman sekerjanya. Sedangkan yang satunya lagi untuk membela si mandor. Dengan maksud untuk mendapatkan imbalan dari si mandor.