Chereads / Waktu Penantian / Chapter 6 - Meredam Kesedihan Tapi Juga Bingung

Chapter 6 - Meredam Kesedihan Tapi Juga Bingung

Sayyida benar-benar merasa bersalah dengan semua tingkahnya. Setelah kejadian itu Afwan tetap saja tidak berkata apapun kepada Sayyidah. Seperti hidup bersama orang asing di dalam satu kamar dan rumah. Afwan sendiri selalu sibuk dengan dunianya. Dia tidak pernah mengeluhkan apapun kepada sayyida. Saya sangat kecewa dengan lakukan istrinya.

Sore itu Sayyidah sengaja berdandan untuk menyambut kedatangan suaminya. Menunggu di depan rumah dengan perasaan yang tidak cemas.

Tiada disangka yang datang adalah mertuanya. Sayida segera meraih tangan mertuanya dan mencium punggung tangan mertuanya.

"Apa jangan-jangan kamu ini tidak bisa hamil? Ini sudah hampir 1 tahun loh. Kalau sampai 1 tahun lagi tidak hamil. Ibu akan mencarikan seseorang untuk Afwan. Ibu akan menyuruhnya untuk menikahi gadis yang tidak seperti kamu."

Sangat mengejutkan semua yang dibilang Ibu mertuanya. Sangat kasar dan sangat menusuk hati Saidah. Mertuanya pergi dengan wajah sinis meninggalkan Sayida sendiri dengan air mata yang mengalir dengan deras.

Tidak lama kemudian akhirnya Afwan datang. Seperti biasa Afwan datang dengan mengucapkan salam dan istrinya segera menghapus air matanya Kemudian datang menemui Afwan.

Sayida sudah berusaha menyapa suaminya dengan menyebutnya sambil tersenyum dan meraih tas milik Afwan.

Dan tetap jutek dan acuh kepada Sayyida. Dengan sikap suaminya yang seperti itu membuat saya sudah tidak tahan lagi dan dia menangis tersedu-sedu.

Merasa lelah dengan sikap istrinya yang terus seperti itu dan mulai emosi. Dan benar-benar letih mendengarkan tangisan istrinya.

"Sebenarnya apa sih masalahmu. Apalagi kesalahanku. Apa karena waktu itu? Harus bagaimana lagi Aku minta maaf kepadamu?" tanya Afwan dengan sangat emosi terus menghadap ke Sayidha. Merasa kesal. Afwan memberikan buku.

"Baca saja," kata Afwan lalu pergi meninggalkan istrinya. Sayyida menghapus air matanya dan duduk.

"Kita sama-sama berusaha tidak mengeluh dalam Alquran tidak banyak disebutkan. Sesungguhnya manusia diciptakan sukanya berkeluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan, apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir. Kecuali, orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat. (QS al-Ma'arij: 19-22).

Dia (Ya'qub) menjawab, hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS Yusuf: 86).

Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah Mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. (QS al-Mujadilah: 1).

Nasihat Rasulullah seperti ini Bikqis.

Kitab Uqudullujain Karya Imam Nawawi Al-Bantan memuat kisah yang menyemangati para istri atau wanita yang akan menikah, juga untuk bahan renungan bagi suami untuk lebih menyayangi istrinya. Karena dalam rumah tangga, wanita memiliki tugas yang sangat berat. Hal tersebut tergambar pada kisah Fatimah Az-Zahra. Suatu ketika, Rasulullah mendatanginya. Wanita itu dalam keadaan menangis sambil menggiling gandum. Melihat putrinya yang sedang menangis, Nabi mendekati putrinya, lalu bertanya, Wahai Fatimah mengapa engkau menangis? Allah tidak menyebabkan matamu menangis. Lalu, Fatimah menceritakan kepada ayahnya perihal sesuatu yang membuatnya menangis, Wahai ayahku, aku menangis karena kesibukan tugas rumah tangga yang aku kerjakan setiap hari tanpa seorang pun yang membantu." Afwan memberikan minum kepada Sayyida. Sayyda sedikit terkejut, dia menatap suaminya yang pergi ke dapur.

"Kemudian, Nabi duduk di samping Fatimah. Lalu, Fatimah melanjutkan ceritanya, Wahai ayahku, dengan keutamaan yang engkau miliki, tolong katakan pada Ali supaya mau membelikan budak untukku agar dapat membantu menggiling gandum dan mengurusi pekerjaan rumah.

Setelah mendengar cerita tersebut, Nabi SAW berdiri dan mengambil gandum dengan tangannya mengucapkan bismillah. Kemudian, Nabi berkata kepada putrinya sebagai bentuk nasihat dan penyemangat supaya putrinya tidak lagi mengeluh ketika melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri. Beliau memberikan lima nasihat kepada Fatimah terkait keluhannya.

Wahai Fatimah, Allah ingin menulis kebaikan untukmu, melebur dosa-dosamu,dan mengangkat derajatmu. Wahai Fatimah, tiada istri yang menggiling tepung untuk suami dan anak nya kecuali Allah mencatatkan kebaikan baginya pada setiap biji dari gandum, meleburkan dosanya, dan meninggikan derajat-nya.

Wahai Fatimah, tiada keringat istri ketika menggiling tepung untuk suaminya kecuali Allah menjadikan jarak baginya dan neraka sejauh tujuh khanadiq. Wahai Fatimah, tiada istri ketika me makaikan minyak rambut pada kepala anaknya, menyisir, dan mencuci pakaiannya kecuali Allah mencatatkan baginya senilai pahala orang yang memberi makan seribu orang lapar dan ditambah dengan pahalanya orang yang memberi pakaian pada seribu orang tanpa pakaian. Wahai Fatimah, ketika seorang istri mengandung janin di perutnya, malaikat memintakan ampun untuknya, Allah menulis 15 ribu kebaikan baginya, ketika datang rasa sakit melahirkan, Allah SWT menulis pahala baginya senilai pahala mujahidin, dan ketika seorang bayi telah lahir darinya maka Allah mengeluarkan berbagai macam dosa darinya hingga dia bersih kembali sebagaimana hari ketika dia dilahirkan oleh ibunya.

Mengeluh hanya Kepada Allah

Berkatalah Rasul: Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Alquran itu sesuatu yang diacuhkan. Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiaptiap Nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong. (QS al- Furqan: 30-31).

Cara terbaik mengadukan segala keluh-kesah adalah hanya kepada Allah, sebagaimana Nabi mengeluhkan perbuatan kaumnya kepada Allah azza wajalla. Kadang kala, ketika seseorang berkeluh kesah kepada orang lain, hal itu tidak memberikan jalan keluar, justru membuka masalah baru atau memberatkan orang lain. Sedangkan, Allah pasti memberikan jalan keluar ketika kita meminta kepada-Nya."

"MasyaAllah kisah getirnya hidup harus ia rasakan ketika masih belia. Di awal kenabian Nabi Muhammad, keluarganya harus menerima caci maki dan perundungan dari kaum Quraisy. Selain itu, ibunya, Siti Khadijah, wafat ketika Fatimah masih anak-anak.

Meski demikian, pahitnya hidup yang harus ia alami tidak menjadikan Fatimah sosok yang lemah dan pendendam. Nabi Muhammad membimbing Fatimah hingga ia dapat meneladani akhlak dan ilmu yang diberikan.

Hasilnya, Fatimah Az Zahra menjadi sosok yang tegar dan bersahaja, yang menjadikannya sebagai panutan bagi perempuan Islam. berikut adalah kisah teladan Fatimah Az Zahra yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran.

Tak Gentar Menemani Rasulullah

Di usia belia, Fatimah dihadapkan pada kenyataan bahwa ayahnya mengemban tugas berat sebagai rasul Allah. Setelah Khadijah meninggal, Fatimah dengan setia mendampingi ayahnya untuk menggantikan peran ibunya. Itulah sebabnya ia terkenal dengan sebutan Ummu Abiha (anak yang menjadi seperti ibu bagi ayahnya).

Di awal kenabian saat Rasulullah menunaikan ibadah di depan Ka'bah, ia diganggu oleh sekumpulan orang Quraisy. Ketika Nabi Muhammad bersujud, orang-orang itu menumpahkan kotoran unta di punggungnya. Fatimah yang saat itu masih kecil segera berlari menuju ayahnya. Tanpa rasa takut, ia menghardik orang Quraisy yang mengganggu ayahnya.

Tidak berhenti sampai di situ, Fatimah juga terjun ke medan perang, termasuk saat perang Uhud. Ia membantu kaum muslimin dengan mempersiapkan logistik, menyediakan air minum, serta merawat yang terluka. Kisah teladan Siti Fatimah Az Zahra yang dermawan. Putri Rasulullah yang Jadi Ahli Surga. Ketaatannya kepada Allah SWT ia wujudkan dengan perilakunya sehari-hari terhadap sesama manusia. Fatimah bahkan pernah menyedekahkan kalung hadiah pernikahannya dengan Ali bin Abi Thalib kepada seorang musafir.

Suatu hari, seorang musafir menemui Rasulullah di sebuah masjid. Musafir itu meminta belas kasih Rasulullah karena bekal makanan dan seluruh hartanya telah habis. Namun, saat itu, Rasulullah tidak memiliki makanan dan barang-barang yang bisa diberikan kepada si musafir. Nabi Muhammad kemudian menyuruhnya untuk pergi ke rumahnya dengan maksud menemui Fatimah. "Pergilah ke tempat yang dicintai Allah dan Rasulnya. Dia lebih mengutamakan Allah daripada dirinya sendiri, itu lah Fatimah, putriku."

Si musafir pun menemui Fatimah. Sayangnya, Fatimah saat itu tidak memiliki makanan dan uang untuk diberikan kepada si musafir. Fatimah Az Zahra kemudian ingat ia memiliki kalung hadiah pernikahan dari sang suami. Dengan ikhlas, Fatimah menyedekahkan kalung tersebut.

Setelah menerima kalung dari Fatimah, musafir tersebut menemui Rasulullah dan menceritakan kejadian yang baru saja ia alami. Rasulullah pun sangat bangga kepada Fatimah. Saat itu, salah satu sahabat Nabi, Amar bin Yassir turut mendengar cerita si musafir. Tanpa ragu, ia membeli kalung tersebut seharga 20 dinar ditambah sebuah pakaian dan seekor unta. Alih-alih menyimpannya, Amar malah mengutus budaknya, Asham, untuk memberikan kalung tersebut kepada Fatimah. Ammar berkata "Pergilah engkau menghadap Rasulullah dan katakan aku menghadiahkan kalung ini dan juga engkau kepadanya. Jadi, mulai hari ini kamu bukan budakku lagi tetapi budak Rasulullah."

Fatimah sangat bahagia ketika menerima kalungnya kembali. Meski Amar telah berpesan bahwa Asham akan menjadi budak Rasulullah, Fatimah malah membebaskannya sebagai manusia merdeka. Dijuluki Az-Zahra atau "Yang Bersinar Wajahnya."

Zahra bukanlah satu-satunya gelar yang dimiliki oleh Fatimah. Abu Abdillah berkata, "Fatimah memiliki sembilan nama di sisi Allah SWT, yaitu Fatimah, ash-Shiddiqah (wanita yang terpercaya), al-Mubarakah (wanita yang selalu kelimpahan berkah), ath-Thahirah (wanita yang suci), az-Zakiyyah (wanita yang senantiasa menjaga kesucian), ar-Radhiyyah (ridha atas apa saja yang telah ditetapkan), al-Mardhiyyah (orang yang diridhai), al-Muhaditsah (wanita yang menggunakan kata yang cermat), dan az-Zahra (yang berkilauan)."

Fatimah Az Zahra dijamin Surga, meninggal di usia yang terbilang masih muda, yakni 29 tahun. Ia dimakamkan pada Kamis 20 Ramadhan di pemakaman Jannat al-Baqee.

Atas ketaatan dan kebaikan semasa hidupnya, Fatimah Az Zahra telah dijanjikan akan masuk surga. "Pemuka wanita ahli surga ada empat: Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam, Khadijah binti Khuwailid, dan Asiyah." (HR Muslim).

Kisah Siti Maryam adalah perempuan yang patut menjadi suri teladan bagi kita kaum Muslimah. Maryam adalah perempuan terbaik sepanjang masa. Wanita terbaik dalam kurun sejarah perempuan dari Hawa hingga perempuan terakhir nanti. Allah berfirman:

"Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melenihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang sesama dengan kamu)." (QS. Ali Imram: 42)

Ya, Siti Maryam adalah pembuka kaum perempuan di surga. Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa Rasulullah bersabda.

"Pembuka wanita ahli surga ada empat: Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah, Khadijah binti Khuwailid dan Aisyah." (HR. Hakim 4853).

Maryam memiliki seorang ayah bernama Imran, ia adalah laki-laki shaleh dari Bani Israil. Sedangkan Ibunya bernama Hannah binti Faqudz. Setelah bertahun-tahun hidup bersama dengan Imran, Hannah binti Faqudz tidak kunjung diberikan momongan. Dan ketika ia bernazar (berjanji) kepada Allah, apabila ia memiliki seorng anak, maka ia akan menyerahkan anaknya ke Baitul Maqdis untuk menjadi pengabdi dan menjaga Rumah Suci (Bait Allah).

Masa kecil Maryam.

Imran, ayah dari Maryam wafat ketika Maryam masih berada di kandungan ibunya. Hannah binti Faqudz tak lain adalah ibunda Maryam berdoa agar anak yang dikandungnya tidak diganggu oleh setan. Dan Nabi bersabda.

"Setiap anak manusia pasti diganggu setan ketika dia lahir, sehingga dia menangis karena sentuhan setan. Kecuali Maryam dan putranya." (HR. Bukhari 4548 dan Muslim 2366). Maryam lahir dalam keadaan yatim. Namun, banyak ahli ibadah di Baitul Maqdis yang hendak mengasuhnya. Pada akhirnya Maryam diasuh oleh Rasulullah Zakariya yang masih memiliki hubungan keluarga.

Maryam adalah perempuan yang sangat menjaga kesucian dirinya. Ia tidak sembarangan berdekatan dengan laki-laki yang bukan mahramya. Bahkan Maryam sama sekali tidak pernah menggoda laki-laki mana pun.

Pada suatu hari, Maryam terkejut. Dia melihat seorang pria yang berdiri di dekatnya. Dan pria tersebut tak lain adalah Malaikat Jibril

"Sesungguhnya aku hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci," ucap Malaikat Jibril.

"Bagaimana bisa bagiku untuk mendapatkan seorang anak laki-laki sedangkan tidak seorang pun menyentuhku dan aku bukan pula seorang pezina," jawab Maryam.

Dan kemudia Allah berfirman dengan perantara Jibril, "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata Kepadannya "Jadilah," lalu jadilah dia." (QS Ali Imran, 42-47).

Tak selang beberapa lama, Maram pun kemudian hamil. Ketika kandungan mulai semakin besar, orang pertama yang mengetahui hal tersebut adalah Yusuf bin Ya'kub an Najjar. Maryam mendapat tuduhan atas kehamilan tanpa suami. Saat melahirkan putranya Isa Almasih, berbagai tuduhan zina datang sili berganti.

Atas izin Allah, Isa Almasih tiba-tiba berbicara sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah.

"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, dia memberiku Al-kitab (Injil) dan dia menjadikan aku seorang Nabi dan dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hodup dan berbakri kepada ibuku, dan tidak menjadikannku seorang yang sombong dan celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aki di lahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku di bangkitkan hidup kembali." (QS Maryam: 30-33).

Cukup jelas, bahwa Maryam dapat menjadi tauladan bagi kita kaum muslimah. Kita harus bisa menjaga diri dan senantiasa memohon perlindungan kepada Allah.

"Aku minta kamu jujur, jika kamu jenuh aku tidak masalah jika kamu meminta cerai," kata Afwan. Sayyida menutup buku dan menangis.

"Kamu selalu menangis seperti ini. Aku sungguh bingung menanggapimu!"