Bos besar berjalan membelah kerumunan di Bandara Internasional. Pria itu sudah melepas jas hitamnya, dan hanya menyisakan celana bahan maupun kemeja putih yang sangat pas di tubuhnya. Bos terlihat tampan hanya dengan penampilan sederhana seperti itu. Rambutnya disisir rapi ke belakang, Raut wajah serius dan acuh, juga tubuh kekarnya yang membuat semakin menawan.
Para wanita yang dilewatinya tertegun karena pesonanya yang luar biasa. Beberapa orang terpaksa menghentikan aktifitas mereka, dan beberapa lainnya harus menoleh dua kali untuk memastikan wajah tampan yang mereka lihat.
Di belakang Bos terdapat beberapa pengawal bertubuh besar. Pria yang berdiri di sebelah kanan pastilah sekretarisnya karena pria itu terlihat sangat sibuk menerima panggilan sambil memegang buku catatan, sedangkan yang lainnya berpenampilan seperti bodyguard profesional yang sangat garang.
Para bodyguard itu tampak mengelilingi seorang wanita yang berjalan di belakang Bos. Wanita muda bertubuh kecil yang menggunakan seragam baby sitter. Wanita itu mendorong sebuah stroller bayi dengan kedua tangannya. Dan jika dilihat lebih lekat, maka para wanita itu akan melihat seorang balita lucu yang sedang tertidur lelap.
"Wow… Hot daddy!" seru seorang wanita yang berbinar-binar menatap Bos besar dan anaknya.
"Benar, Hot daddy! OMG! Kemana istrinya? Atau jangan-jangan dia gak hanya Hot daddy, tapi juga single daddy!" bisik lainnya.
"Benar! Sepertinya begitu! Bos muda, tampan, kaya raya dan memiliki anak yang lucu!" timpal wanita bergaun putih, "Impian para wanita nih!"
"Impian? Tidak salah? Walau kaya raya, tapi dia sudah punya anak! Kamu mau mengasuh anak wanita lain? Kalau aku sih tidak akan pernah mau mengasuh anak wanita lain. Jika dia mau bersamaku, maka dia harus menyerahkan anak itu pada mantan istrinya!"
Wanita bergaun putih memutar mata sambil berdecak, "Oh, No. Justru bagus kalau dia sudah punya anak, artinya kita tidak perlu repot-repot melahirkan anak untuknya. Kau tahu, mengeluarkan seonggok daging dari kemaluanmu adalah hal yang menakutkan. Tubuhmu akan rusak dan payudaramu akan kendor! Ih, aku lebih memilih menikah dengan single daddy yang sudah punya keturunan seperti dia daripada menikah dengan perjaka yang mengharapkan keturunan dari rahimku!"
Bos bukannya tidak mendengar semua celotehan spontan itu, ia justru sudah sangat mengenal reaksi para wanita yang melihatnya bersama putri tunggalnya. Reaksi para wanita memang beragam, namun tak satupun dari mereka yang mampu memuaskan hati Sebastian. Semuanya memiliki motif, memiliki tujuan dan bahkan alasan penolakan yang beragam.
Beberapa dari wanita itu akan berpura-pura menerima putrinya, namun para wanita itu membuat rencana-rencana menyakitkan di belakang punggungnya. Mereka berlagak suka pada anaknya, bermain dan bercanda bersama, hanya saja hati siapa yang hendak dibohongi, anak kecil adalah makhluk yang bermain dengan insting dan hati, mereka tahu siapa yang tulus dan siapa yang tidak tulus kepada mereka. Apalagi jika anak itu memiliki sensitivitas tinggi seperti Nora, putrinya. Anak itu tidak mudah dekat dengan siapapun, bahkan selalu menolak para wanita yang mendekati ayahnya.
Jika Nora sudah berkata tidak, maka Nyonya Herlinda Sihombing pun akan melakukan hal yang sama. Keduanya akan menolak tanpa kata, namun hanya menunjukkan sikap yang kentara, dan sejak sikap itu terlihat, maka para wanita yang dekat dengan Sebastian pun akan terpental dengan sendirinya.
Itulah nasib malang yang harus ditanggung seorang Single daddy yang dituntut untuk menikah dengan segera.
Bagaimana mungkin dirinya bisa menikah, jika dua orang terdekatnya itu selalu menolak setiap wanita yang mendekatinya?
Bagaimana mungkin Sebastian bisa memberikan ibu yang sempurna bagi Nora, jika para wanita yang ditemuinya mempunyai pemikiran seperti mereka barusan?
Dan yang paling lucu saat ini adalah Nyonya Herlinda, wanita tua itulah yang paling rajin mencarikan istri untuk Sebastian, namun juga paling rajin menolak mereka.
Sebastian mendesah lelah. Ia mengusap wajah dan menoleh kepada sekretarisnya yang baru saja selesai menerima panggilan.
"Bagaimana dengan wanita itu?"
"Secured in your private jet." Jawab Sekretarisnya.
Sebastian menyeringai puas, "Pasti dia sedang marah-marah."
"Anda harus bersiap menerima amukan kemarahannya, Bos." Wilson mencoba memberi peringatan. Sekretaris Sebastian itu tahu perangai wanita yang sedang mereka bicarakan. Sekali berbuat hal-hal yang membuat wanita itu kesal, maka hancurlah hari mereka.
"Kau tahu kunci hubungan badan yang nikmat?"
Wilson mengernyit, kepalanya menoleh pada Sebastian dengan pandangan penuh tanya.
"Jika Sang pria menghujam, maka sang wanita menyambut, begitupula sebaliknya. Jadi agar hubungan kami semakin panas, maka, Saya akan menyambut dorongannya, lalu membalas dengan dorongan lainnya."
"Jadi?" tanya Wilson bingung.
"Jadi, Saya akan menyambut kemarahannya, dan membalas dengan kemarahan lainnya."
Wilson memutar mata, "Lalu kalian akan bertengkar seperti biasanya!"
"Begitulah yang terbaik bagi kami."
"Dan dia akan melarikan diri lagi, Anda mau melakukan penculikan lainnya?"
"Tidak. Seminggu kedepan dia milik saya. Apakah kau sudah mengambil dompet, passport dan semua kartu identitasnya?"
"Para bodyguard wanita telah mengamankan dokumen pribadi dan pakaian Nona Hutama, Bos. Koper itu sudah berada di kaki tangga pesawat. Siap menunggu Anda datang."
"Sembunyikan koper itu di antara koper-koper kami. Jangan biarkan wanita itu tahu apapun mengenai dokumen pribadinya. Dan kau urus segala keperluan keluar masuk kami di eropa."
"Anda benar-benar nekat, Bos."
"Jika tidak begini, dia akan melarikan diri lagi. Selama berada di Eropa, dia berada di bawah kuasa saya. Dia tidak akan berani pergi tanpa uang, passport apalagi kartu identitasnya."
Wilson memejamkan mata. Pria itu tampak tak setuju namun tak berani mengungkapkannya. Membangkitkan kemarahan Da Lao Ban alias Bos besarnya adalah hal yang paling Wilson hindari untuk saat ini.
Jawaban Wilson yang tak kunjung datang membuat Sebastian menoleh, pria itu mengernyit dan menatap tajam pada sekretarisnya.
"Ada yang ingin kau katakan?" gumam Sebastian.
Wilson menggeleng, "Tidak ada, Bos. Saya akan melaksanakan perintah Anda."
Sebastian terlihat tidak puas dengan jawaban Wilson, ia bisa melihat keraguan yang melintas di netra pria itu.
Bos Besar pun mendekatkan wajahnya sambil menghujam Wilson dengan tatapan penuh peringatan.
"Ingat, Jangan pernah menolongnya selama berada di Eropa!" desis Sebastian.
Peringatan itu menyalakan alarm peringatan di dalam kepala Wilson, pria itu pun segera membuat keputusan, "Saya akan setia buta tuli kepada Anda. Saya selalu begitu…"
"Bagus."
Sebastian kembali melihat ke depan. Pria itu tersenyum puas dengan seringai jahat yang sangat menakutkan. Siapapun yang melihat bisa mengkerut dan mundur perlahan-lahan karena aura dingin dan kejam yang pria itu pancarkan.
"Satu hal lagi." ujar Sebastian.
"Ya, Bos?"
Sebastian melirik ke belakang. Ia menemukan Nora yang sedang tidur lelap di atas strollernya. Gadis kecil itu berwajah merah, Nora masih demam dan membutuhkan banyak istirahat setelah minum obat.
"Dia akan menjadi ibu Nora, jadi biasakan bersikap sopan kepadanya."
"Saya akan membiasakan hal itu mulai sekarang, namun bagaimana dengan Anda…"
"Bagaimana dengan saya?"
"Apakah Anda masih akan membalas kemarahan dengan kemarahan lainnya? bukankah Nona Hutama adalah calon ibu untuk putri Anda?"
"Sebelum dia menjadi calon ibu untuk Nora, dia adalah calon istri untuk saya."
"Lalu?"
"Dia akan mengikuti setiap pengaturan yang saya buat untuknya."
Wilson membungkam mulutnya rapat-rapat untuk mencegah segala kalimat protes yang menumpuk di kepalanya. Pria itu mengubah ekspresi wajah menjadi datar, lalu menghadap lurus ke depan. Berpura-pura tidak terganggu dengan ucapan Sebastian.
"Malangnya nasib Tera…" pikir Wilson.
***