Chereads / BOSS FROM HELL! / Chapter 17 - Dasar Gembrot!

Chapter 17 - Dasar Gembrot!

Bos Besar pun sampai di depan anak tangga pesawat barunya. Ia melihat dua koper Tera yang berada di dekat kaki Dwyne – Pengawal baru yang Sebastian pekerjakan untuk menjemput dan mengawal kemanapun Tera melangkah. Di samping Dwyne terdapat Yuna – Pengawal wanita Tera yang akan bekerja sama dengan Tim Dwyne dalam menjaga Tera. Tiga pengawal laki-laki dan satu pengawal perempuan rasanya cukup untuk menghalangi upaya Tera melarikan diri darinya.

Dwyne dan Yuna mengangguk hormat kepada Bos Besar, lalu mempersilahkan Bos besar menaiki anak tangga pesawat privatenya.

Sebelum naik, Bos menoleh ke samping, "Wilson, pastikan Tera tidak menemukan dokumen pribadinya. Kau pegang baik-baik dokumen itu selama kita keluar masuk Eropa."

"Baik, Bos. Akan saya laksanakan perintah Anda sebaik mungkin."

Bos mengangguk puas, lalu berbalik ke belakang untuk mengecek kondisi putrinya yang masih terlelap.

"Bawa Nona Muda ke kamar. Jangan biarkan tidurnya terganggu selama naik tangga."

Sofi sang baby sitter pun menelan ludah setelah mendengar perintah itu, perintah yang terkesan mustahil namun harus Sofi jalankan dengan sungguh-sungguh. Dengan terpaksa Sofi pun mengangguk, ia menggendong Nona Muda dari stroller dan mulai menaiki anak tangga terlebih dahulu. Seorang anak yang sedang sakit dan rewel pasti memiliki sensitifitas tinggi terhadap gangguan. Menggendong Nora menaiki anak tangga tanpa mengganggu tidurnya adalah hal yang sangat mustahil, anak yang sedang sakit ini mudah terbangun dan merengek karena kondisi tubuhnya yang sedang lemah. Namun Sofi berusaha sebaik mungkin untuk menggendong Sang Nona Muda tanpa membangunkannya, ia tidak ingin menerima kemarahan Bos besar selama perjalanan menuju Eropa.

Bos mengikuti langkah Sofi di belakang, pria itu mengawal baby sitter dan Nora agar selalu aman dalam jangkauannya. Benar saja, baru beberapa langkah menaiki anak tangga, Sofi hampir terpeleset dan jatuh ke belakang, beruntung Bos mengamankan Sofi dengan menahan pundak gadis itu sambil memegang punggung Nora.

Sofi terbata-bata, Baby Sitter muda hasil rekrutan Nyonya Herlinda Sihombing itu meringis takut, wajahnya tak berani menghadap Sebastian dan menunduk menatap anak tangga di depannya. Ia mengangguk hormat.

"M – Mohon maaf, Bos. Saya tidak sengaja." Cicit bocah penakut itu.

Sebastian tak berkata-kata, ia langsung mengambil Nora dari gendongan Sofi dan menenangkan balita yang merengek itu.

"Usst, tidur, sayang… Daddy peluk Nora sekarang. You are safe with me…" Sebastian menepuk punggung Nora dengan perlahan disertai belaian lembut yang membuainya kembali ke alam mimpi. Sentuhan Sebastian yang penuh kasih sayang pun berhasil membuat Nora kembali tenang dan terlelap dalam tidurnya.

Setelah memastikan Nora terlelap kembali, Sebastian melangkah menyusuri anak tangga hingga sampai pada puncaknya. Spontan saja Sebastian menempelkan jari telunjuk pada bibir untuk menghentikan pramugari dan pramugara yang hendak mengucapkan sambutan. Dua orang itu pun langsung mengangguk paham dan memberikan jalan lebar untuk Sebastian.

Dari dalam pesawat Tera muncul dengan wajah marahnya, ia berjalan tergesa-gesa dan tidak sabaran hingga hampir menubruk Sebastian yang baru memasuki pesawat.

"Apakah dia sudah…" ucapan Tera terhenti, tenggorokannya tercekat karena hampir bertubrukan dengan Sebastian. Kini jarak mereka begitu dekat, hampir bertabrakan namun hal itu berhasil Tera cegah dengan seluruh pengendalian dirinya.

Tera menghalau keterkejutan yang menguasainya dan berkacak pinggang, wanita itu menatap Sebastian dengan kemarahan yang tak dibuat-buat. Kedua tangannya berkacak pinggang, dagunya terangkat tinggi dan mulutnya yang cemberut mengucapkan, "Sudah datang rupanya!"

"Ust!" tegur Sebastian. Matanya menatap Tera penuh peringatan, lalu melirik ke bawah untuk menunjukkan bahwa Nora sedang tidur lelap jadi sebaiknya Tera jangan mengganggu Nora dengan suara kerasnya.

Tera pun memperhatikan Nora yang berada dalam dekapan Daddynya. Gadis kecil itu tampak lelap dan tenang. Sudah berhari-hari Tera tidak menemui gadis itu dan rupanya, setelah menatap wajah Nora yang begitu manis saat itu, timbul rasa rindu yang entah berasal dari mana. Padahal biasanya Tera hanya akan mendengus kesal setiap kali mengingat tentang Nora dan Sebastian yang telah mengacaukan rencana hidupnya.

Tera tersenyum sayang, matanya yang penuh kemarahan mulai melembut dan menatap Nora dengan penuh kehangatan. Tera hendak menyentuh dan membelai kening Nora demi melampiaskan rasa rindunya, namun tangannya berhenti di udara. Tera mendapati kening gadis kecil itu berpeluh deras, wajah putih Nora tampak merah, dan nafas gadis itu terlihat berat. Tanpa perlu menyentuhkan tangan pada kening Nona Muda itu, Tera langsung tahu jika anak asuhnya sedang demam. Entah penyakit apa yang menghinggapi bocah manja itu hingga terlihat semakin kurus dan layu, padahal mereka hanya tidak bertemu selama seminggu saja.

Tanpa banyak kata, Tera pun mengambil Nora dari tangan Sebastian. Ia menggendong dan memeluk gadis tanpa ibu itu dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Tera mengayun Nora perlahan-lahan, lalu membawanya ke dalam kamar.

Sebastian memperhatikan seluruh gerak gerik Tera, membiarkan wanita itu memutuskan segala hal tentang putrinya dan tidak menghalangi upaya Tera terhadap putrinya.

Bos mendesah lega, sudah lama dirinya tak melihat interaksi Tera dan Nora yang penuh kelembutan seperti itu. Biasanya mereka lebih sering cekcok karena Nora ingin A, sedangkan Tera melarang A. Begitu seterusnya.

Sikap tegas yang terkadang Tera keluarkan membuat Sebastian yakin jika Tera bisa menjadi ibu yang baik untuk Nora. Tera bukanlah sejenis wanita yang akan mengiyakan segala keinginan Nora tanpa berpikir baik dan buruknya. Ia tidak akan melapisi dunia pahit dengan gula-gula yang manis kepada Nora. Tera akan mengasah Nora menjadi pribadi yang kuat dan siap menghadapi dunia. Ia akan mengajari Nora segala hal yang akan diajarkannya kepada anak kandungnya sendiri. Tera akan berlaku seperti ibu kandung yang mengupayakan hal-hal baik untuk Nora walau harus menghadapi tangis gadis kecil itu, walau harus membujuk rayu sekalipun. Tera akan memperlakukan Nora seperti anak kandungnya sendiri.

"Ya, Tera pasti bisa menjadi ibu yang pengasih namun juga tegas seperti Mamak…" yakin Sebastian di dalam hati.

Sebastian mendesah lega tatkala Tera menghilang di balik pintu, ia pun menghempaskan tubuh lelahnya di kursi dan menarik nafas panjang.

Ia memejamkan mata sejenak, mengabaikan lalu lalang Wilson dan lainnya di sekitar pesawat. Setelah nafasnya cukup teratur, dan tubuh tegangnya sedikit rileks, Sebastian pun membuka mata, lalu memanggil pramugara yang berdiri tak jauh darinya.

"Yes, Da Lao Ban?" jawab Pramugara.

Sebastian mengecek jam tangannya, seharusnya mereka segera lepas landas, namun pesawat ini belum juga menunjukkan tanda-tanda keberangkatan, bahkan pintunya saja masih terbuka.

"Apa yang kalian tunggu, cepat terbangkan pesawat ini…"

Pramugara membungkuk hormat, seraya menjawab, "Mohon maaf, Nona Hutama sedang menunggu paketnya datang…"

"Paket?"

"Ya, dia memesan beberapa hal secara virtual dan melarang pesawat ini take off tanpa persetujuannya."

Sebastian mengernyit bingung, "Apakah pengantar paket itu bisa melewati imigrasi dan penjagaan ketat lainnya hanya untuk mengantarkan paket Tera? atau perlu saya menyuruh orang untuk mengambil paket itu di luar?"

"Tidak perlu, Da Lao Ban. Menurut Nona Hutama, beliau sudah mengatur semua keperluan agar paket itu sampai di pesawat ini tanpa merepotkan banyak orang. Paket itu akan datang dalam waktu setengah jam ke depan."

Sebastian menoleh kepada Dwyne, "Paket macam apa yang ditunggu wanita itu? Kita sudah terlambat dari jadwal dan sekarang kita harus menunggu paket!"

"Mohon maaf, Da Lao Ban. Kami tidak bisa memastikan pesanan Nona Hutama karena beliau tidak membiarkan kami bertanya tentang hal itu."

Sebastian berdecak kesal sambil melipat tangan di depan dada, Ia mendengus tak suka, "Pasti pesan antar makanan! Dasar gembrot!!"

***