Chereads / BOSS FROM HELL! / Chapter 18 - Dibalik Bathrobe Tera

Chapter 18 - Dibalik Bathrobe Tera

Tera membaringkan Nora di atas permukaan kasur yang lembut dan nyaman, lalu menyelimuti gadis itu dengan selimut yang tebal untuk menghangatkannya.

"Sejak kapan dia sakit? Kenapa sampai tirus dan kurusan sebanyak ini?"

Sofia yang sedang merapikan keperluan Nora pun berbalik menghadap Tera, baby sitter muda itu terlihat lelah dan tak memiliki banyak tenaga. Lingkar matanya menggelap, berkantung dan merah. Bibirnya pucat, wajahnya pun terlihat lesu, bahkan bahasa tubuhnya pun tak bergairah.

Tera mengulurkan tangan dan menempelkannya pada kening Sofia yang berkeringat.

"Panas, kamu juga sakit, Sofia?"

Sofia menggeleng lemah, "Tidak, Nona, Aku kecapekan saja…"

Kening Tera mengkerut tak setuju, "Kenapa kamu panggil kakak dengan sebutan Nona, jangan macam-macam, panggil dengan benar!"

Raut wajah Sofia bimbang bukan main, ia teringat pada ultimatum Bos besarnya, namun melihat ketidaksetujuan pada wajah Tera membuat gadis muda itu mengangguk setuju dengan terpaksa.

"Nona Muda sakit sejak Kak Tera berhenti ngantor dan berkunjung ke rumah. Nona selalu mencari Kak Tera, namun Tuan hanya mengabaikan saja. Sesekali jawab kalau Kak Tera lagi sakit. Mungkin Nona Muda kepikiran kak Tera sampe sakit begini…"

Kedua netra Tera mengerjap, ia segera menoleh pada Nora yang bergelung di balik selimutnya. Gadis mungil itu terlihat lebih tirus dari terakhir yang diingatnya. Mungkin Selama ini Sebastian dan Sofia kewalahan menghadapi Nora yang sakit dan sulit dibujuk makan. Tanpa perlu sakit, Nora sudah sulit dihadapi, apalagi ketika sakit pasti berkali-kali lipat lebih sulit.

"Anak itu pasti susah makan ya?"

"Iya, Kak. Susah sekali. Tidak mau makan, tidak bisa minum, dan bahkan baru bisa tidur kalau sudah minum obat demam."

"Pantas kamu dan Bos sampai lesu begini, kalian benar-benar terlihat lelah."

"Andai Kak Tera tahu…"

"Apa itu?"

Sofia berjalan menuju kasur, ia menghempaskan pantatnya di atasnya.

"Nona Muda selalu ingin bersama Tuan, jadi Tuan membawanya kemanapun Tuan pergi. Bahkan sudah beberapa kali Nona Muda tidur malam di kantor Tuan karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum penerbangan hari ini. Pasti tubuh Tuan pun sedang kelelahan sekali…"

"Nona Muda tidur malam di kantor Daddy nya?" seru Tera tak percaya, pasalnya Nora tidak pernah tidur malam di kantor Daddy nya, anak itu hanya menghabiskan waktu siang hari di sana.

Sofia cemberut sambil mengangguk.

"Lalu kamu tidur dimana?"

"Terpaksa aku pulang. Aku istirahat di rumah sambil menyiapkan keperluan Tuan dan Nona untuk esok paginya."

"Apakah sudah periksa dokter?"

"Sudah, kak. Dokter bilang Nona kecapekan. Padahal Nona jarang main saat tidak bertemu dengan kakak."

Pernyataan Sofia meremas hati Tera. Ia tidak menyangka jika Keterikatan dan ketergantungan Nora padanya bisa sampai pada tahap seperti ini. Padahal selama ini Tera selalu berhasil membuat Nona Muda itu marah-marah karena semua aturan dan larangannya. Bahkan Tera dan Nora sering berdebat kecil karena Nora yang merasa tidak bebas setiap kali Tera membuat aturan-aturan untuknya.

Aturan tidak boleh nonton dan main game ponsel lebih dari tiga puluh menit. Tidak boleh makan sambil nonton, tidak boleh menjerit tantrum saat tidak suka pada sesuatu, tidak boleh teriak pada Daddy dan Grandma, dan banyak tidak boleh lainnya yang Tera berlakukan untuk sang gadis manja.

Rupanya kedekatan yang Tera kira hanya sebatas pengasuh dan anak asuh itu memiliki arti berbeda bagi Nora. Gadis itu sampai sakit karena tidak bertemu dengannya.

Kebimbangan menyergap Tera, seharusnya ia tidak terlena dengan kenyataan ini, karena jika sampai ia lemah, maka selamanya Tera akan terjebak di bawah kuasa Sebastian, padahal Tera memiliki rencana masa depannya sendiri.

"Ngomong-ngomong tentang rencana masa depan dan nasibku… Ugh! Sebastian Lim!" geram Tera di dalam hati. Ia melotot galak jika teringat pada nama sialan itu.

"Sofia, kamu beristirahatlah disini. Nanti saya beritahu jika pesawat akan take off." Perintah Tera.

"Baik, kak."

Kedua kaki gempal Tera pun melangkah keluar kamar dengan tergesa-gesa, wanita itu berkacak pinggang dan melotot kesal setelah mengingat bagaimana cara Sebastian menjebaknya di dalam pesawat private ini.

"Dimana Da Laoban?" serbu Tera pada pramugari.

"Hey, tidak perlu galak seperti itu padanya…" potong Sebastian.

Rupanya Da Laoban sedang membungkuk di hadapan sebuah meja sajian. Ia sedang menjamu dirinya sendiri segelas whisky dengan ice crystal di dalamnya. Pria itu menyesap whisky sambil memasukkan salah satu tangan ke dalam saku celana, sedangkan matanya tak lepas memandang Tera dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Sambil menyesap minuman keras itu, diam-diam sudut bibir Sebastian berkedut, Seringai tipis muncul sekilas dan matanya berkilat melihat kedatangan badai yang hendak Tera hempas di matanya.

"Apa yang sebenarnya sedang Anda lakukan, Boss!?" seru Tera sambil berkacak pinggang. "Kenapa Anda melakukan semua ini!?"

Tera berhenti beberapa langkah di hadapan Boss nya, dengan sengaja menjaga jarak aman agar jauh dari jangkauan tangan pria menyebalkan itu.

Bukannya menjawab, Sebastian malah melebarkan senyumnya, bahkan senyuman itu berubah menjadi seringai mesum saat matanya menelusuri penampilan Tera dengan perlahan-lahan.

Kedua pundak Tera mengkerut saat menyadari jika pria itu sedang menelusuri penampilannya yang sembrono. Tera pun menurunkan kedua tangan dari pinggul dan menutup buah melonnya yang hanya tertutup bathrobe.

"Sial!!" desis Tera.

"Kenapa tidak dari dulu kamu berpakaian seperti ini di depan saya?" Netra Sebastian dipenuhi ketertarikan yang besar. Matanya bersinar cemerlang menelusuri lekuk tubuh Tera.

"Do… Don't look at me like that! STOP!"

Tera mengulurkan salah satu tangan untuk menghentikan mata Sebastian. Namun Sebastian segera menangkis tangan Tera, pria itu tak terima jika Tera menghalangi pemandangan indah di hadapan matanya. Tubuh hour glass dan wajah polos tanpa make up Tera terlihat sangat menarik, apalagi bagi Sebastian yang merupakan seorang pengagum wanita.

Tubuh berlekuk yang hanya ditutupi bathrobe itu semakin menciut di bawah tatapan mesum Sebastian, Tera ingin melarikan diri, namun Sebastian menahan tangan Tera dengan genggaman yang cepat dan erat.

"B – Bos!" pekik Tera.

Tera berkelit, berusaha melepaskan pergelangan tangan dari Sebastian.

"Bos! Lepas! Ah!"

Di tengah perseteruan dan tarik menarik itu, Sebastian semakin bergerak ke depan, hingga berhasil menyudutkan Tera di pintu toilet yang ada di dekat mereka.

"Tangan saya sakit, Bos!" protes Tera.

Sebastian melepaskan tangan Tera, namun tubuhnya mengunci erat tubuh Tera, keduanya saling melekat, tak berjarak, kecuali wajah satu sama lain yang saling berhadapan dan bertarung nafas di udara.

"Gembrot!" mulai Sebastian dengan senyum setannya.

Tera mengernyit, bibirnya cemberut. Kedua tangannya mendorong dada Sebastian yang keras bak tembok.

"Jangan begini lagi, please…" lirih Tera.

"Ternyata Barongsai Imlek bisa begitu menggairahkan…" bisik Sebastian di depan bibir Tera.

Tera berpaling, menghindar dari wajah Sebastian yang begitu dekat dengannya.

"Malam itu kau menggoda saya dengan pakaian tidur tipis, dan kini kau menggoda saya dengan menggunakan bathrobe."

Mata Sebastian melirik ke bawah, "Pasti tidak pakai apapun di balik bathrobe ini… suka.. saya suka kemudahan."

***