Chereads / BOSS FROM HELL! / Chapter 20 - Mau Tera

Chapter 20 - Mau Tera

"Mimpi saja terus!"

"Kamu selalu meremehkan saya…" Sebastian berdecak sambil menyeringai, "Apakah kamu mau saya menarik turun bathrobe ini di hadapan semua bodyguard sebagai pembuktian bahwa saya tidak sedang bermimpi apalagi main-main!?"

"Saya bukan pelacur yang sering Anda kencani, ya, Boss!!"

Ucapan Tera membuat kedua mata Sebastian melotot besar-besar, rahang pria itu berkedut marah karena tak terima dengan ucapan Tera barusan.

Perseteruan mereka hampir meledak untuk kesekian kalinya jika saja tidak terdengar suara tepuk tangan dari kejauhan.

"Wow! Apa yang sedang terjadi di pesawat ini? Apakah sedang ada lomba adu banteng? Adu badak? Atau Adu dugong versus pria tampan?"

Mulut kurang ajar itu milik Wyne Kendall, gadis Indonesia yang telah lama tinggal di Singapura. Wyne adalah salah satu teman kencan Sebastian. Ia selalu berambisi untuk memiliki suami kaya sehingga rajin menggunakan kecantikannya untuk menggaet pria kaya manapun yang mau bersamanya. Dan dimata Tera, salah satu pria bodoh yang jatuh ke dalam perangkap pesona Wyne adalah Sebastian Lim Sang pecinta wanita.

"Wyne! Apa yang kau lakukan disini?"

Sebastian menatap pengawalnya satu per satu, dan para pengawal itu menjawab Sebastian dengan gelengan kepala.

"Nona Wyne berkata bahwa ia hendak mengirim paket untuk Nona Tera, Boss." Jawab salah satu dari mereka.

"Paket? Paket itu yang kau tunggu?" seru Sebastian kepada Tera.

Wanita gembrot itu tersenyum licik, "Ya, paket itu yang saya tunggu! Paket yang berisi penjinak buaya darat!" bisik Tera.

"Penjinak buaya darat?"

"Ya, saya tidak akan sanggup menjalani penerbangan ini tanpa penjinak buaya darat, jadi saya panggil dia untuk menyibukkan Anda!"

"Kau main-main sama saya, Tera?"

"Ck! Boss!" tegur Tera memberi peringatan, "Jangan lupa, saya adalah Asisten pribadi Anda yang penuh pengertian dan handal, saya tahu apa saja yang harus saya siapkan untuk boss saya selama perjalanan. Bukankah Wyne Kendall dan kaumnya adalah salah satu kebutuhan Anda? Sudah lama saya tidak mengatur jadwal kencan Anda, sekarang adalah saatnya, Boss! Nikmati waktu santai Anda, jangan khawatirkan Nona Muda karena saya akan merawatnya selama Anda bersenang-senang!"

"Tera!" geram Sebastian.

Tera justru menepuk pundak Sebastian, "Sudah, tidak perlu berterima kasih seperti itu. Saya sudah terbiasa dan sadar bahwa ini adalah tugas saya, Boss!"

"Kamu menghabiskan stock kesabaran saya, Tera!" geram Sebastian marah. "Bisa-bisanya kamu mengundang wanita lain di pesawat yang sama dengan putri saya!"

"Oh, ternyata Anda mengkhawatirkan hal itu? Da Lao Ban, jangan khawatir, Saya akan menutup Nona Muda dari kenyataan tentang Daddy nya. Tenang, tenang! Nona tidak akan tahu bahwa dirinya punya Daddy yang suka bercinta dengan sembarang gadis di luar sana… Ssst, rahasia Anda aman di tangan saya!"

"Tera!"

"Sebastian!"

Teriak keduanya sambil melotot pada satu sama lain, nafas mereka memburu emosi.

"Beraninya kau!" raung Sebastian. Salah satu tangan Sebastian menarik pintu toilet hingga terbuka, dan membuat tubuh Tera terhuyung ke belakang.

"B—Bos!" pekik Tera.

Sebastian mendorong tubuh Tera hingga tersudut di dalam toilet pesawat yang sempit, dengan tubuh Sebastian yang masih melekat dan menekannya.

Tanpa ampun, Sebastian menyerang Tera dengan ciuman bibir yang sangat kasar. Pria itu melampiaskan kemarahannya dengan ciuman yang begitu rakus dan bar-bar.

Tangan Tera berusaha keras melepas ciuman mereka, namun Sebastian berhasil memerangkap kedua tangan itu dalam satu genggaman di atas kepala Tera.

"Ugh Boss!" lenguh Tera. "Hmph!"

Tera melawan dengan menggerakkan kepala dan tubuhnya namun saat tangan Sebastian menarik tali Bathrobenya, tubuh Tera membeku seketika, wanita itu membeliak dan memberontak semakin keras saat Sebastian menyentuh buah melon yang terbuka.

"Berani bermain-main dengan saya kamu, Tera!" geram Sebastian.

"Argh!" Tera berteriak ketika Sebastian menggigit pundaknya, gigitan sadis yang menyisakan warna merah yang pasti takkan hilang berhari-hari lamanya.

"Boss, pleaseee…"

"Yeah! Beg me…"

Tera menunduk, matanya membuka dan menutup saat menyaksikan betapa lahap Sebastian menyantap leher Tera.

"Boss, Stop! No, Stop!" seru Tera sambil menggerakkan pundaknya.

"Berhenti menolak!" geram Sebastian.

"Berhenti menyentuh saya!" balas Tera dengan air mata yang mengalir di pipinya. "Berhenti memaksakan diri Anda kepada saya!"

Bukannya mereda, kemarahan Sebastian justru meningkat saat melihat air mata Tera, namun jerit tangis Nora menghentikan perseteruan keduanya.

Tera pun bergegas memperbaiki penampilan, ia mengikat kembali tali bathrobe nya dan berlari keluar toilet, meninggalkan Sebastian yang sedang berusaha mengembalikan akal sehatnya. Pria itu selalu kesulitan mengendalikan diri dan emosinya.

Tera berlari menuju kamar tidur Nora, lalu menemukan Nora yang sedang menangis dan menolak pelukan Sofia. Gadis kecil itu memanggil Daddy tak henti-henti.

"Nora…" panggil Tera.

Tangisan Nora terhenti seketika, anak gadis Sebastian itu menoleh ke pintu dan terpaku melihat kehadiran Tera.

"Teya!" jerit Nora sambil merentangkan tangan. Kode bahwa gadis itu meminta pelukan Tera.

Tera pun menghapus air mata yang membasahi pipi, lalu mengusap bibirnya yang terasa kebas dan perih.

"Nora… ada apa sayang? Kamu terbangun?"

"Teya!" jerit Nora sambil menyembunyikan wajah di dalam pelukan hangat Tera.

"Ust, it's okay, Tera ada disini…"

"Teya jangan pergi… Teya…"

"Tidak, tidak kemana-mana… Auntie tidak pergi, Nak…"

Tera menggendong dan memeluk Nora yang masih sesenggukan. Tubuh gadis itu panas sekali hingga Tera bisa merasakannya. Wajah Nora sangat merah, keringat di tubuhnya semakin membanjir, bahkan nafasnya terengah-engah.

Ditengah upaya Tera menenangkan Nona Muda Lim, tiba-tiba saja Sebastian muncul di samping Tera lalu merebut balita itu dengan cepat dan kasar.

Tak ayal, perbuatan Sebastian mengagetkan semua orang, termasuk Nora.

"Dad…"

"Boss…"

Sebastian melotot nyalang, seluruh tubuhnya menunjukkan sikap bermusuhan yang sangat jelas.

"You said, she is not your responsibility!" desis Sebastian, "So be it! Dia bukan tanggung jawabmu, dia tanggung jawab saya. Dia adalah putri saya, dan bukan putrimu! Dia tidak memiliki hubungan apa-apa denganmu, dan tidak pula dengan Sofia. Jadi lebih baik kalian pergi dari sini, tinggalkan kami berdua!"

"B – Bos!"

"Tuan besar!"

Sofia dan Tera menatap Sebastian tak percaya. Mereka terpaku dan tak berani menjawab Sebastian.

"Hilangkan semua rasa tanggung jawab yang muncul hanya karena saya membayar kalian! Hilangkan semua itu dari diri kalian, dan kalian bebas dari saya! Bebas dari semua masalah yang ada! Sekarang kalian boleh pergi dari sini! Keluar!"

Tera tahu jika pria itu sangat marah dengan penolakan barusan sehingga membuatnya terluka dan memilih mengusir Tera dan Sofia. Tera memperhatikan wajah Sebastian yang tampak tertekan dan begitu kecewa kepadanya. Entah tekanan macam apa, atau masalah macam apa yang dihadapi Sebastian seminggu belakangan hingga ia terlihat begitu putus asa.

"Tidakkah kalian mendengar saya? Keluar!"

Sofia yang ketakutan langsung meraih tangan Tera dan menyeret wanita itu keluar dari ruangan, sementara Nora yang tak menyangka melihat kemarahan Daddy nya malah semakin mengamuk kencang.

"Teya! Teyaaaa… Daddy, Teyaa… Aku mau Teyaaa…"

***