Chereads / BOSS FROM HELL! / Chapter 14 - Gerutuan Bus Kopaja!

Chapter 14 - Gerutuan Bus Kopaja!

Tera baru saja keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan rutinitas paginya. Wanita itu mengenakan bathrobe pink yang sangat manis, sedangkan handuk pink yang serupa telah melilit rambut setengah basahnya dengan sempurna.

Gadis Hutama itu bersiul senang menyambut pagi hari yang tenang. Hari ini ia tak perlu bangun pagi hanya untuk menghadapi aktivitas yang serba terburu-buru, seperti; mandi pagi, berdandan cepat, lalu berdesak-desakan di transportasi umum, dan berlari dengan high heels karena takut telat. Tera bebas dari semua itu, dan terutama Tera bebas dari teriakan pria menyebalkan yang bernama Sebastian. Semua telah lenyap dari hidupnya selama seminggu belakangan. Tera telah resmi menjadi seorang pengangguran.

Tera tidak peduli jika Sebastian menolak surat pengunduran dirinya sekalipun, ia takkan kembali ke tempat itu. Bahkan Tera dengan sengaja menyerahkan surat sakit palsu yang pastinya akan membangkitkan kemurkaan Sebastian.

Sebuah seringai timbul di bibir Tera, Seringai puas karena membayangkan pria cabul itu murka. Kapan lagi punya kesempatan untuk membuat pria itu murka, bukan? Lagipula setelah surat sakit yang disusul dengan surat pengunduran diri itu, Tera takkan kembali ke Trust Group.

Jangan harap! No way! No fuccking way!

Tera bersiul kecil menikmati pagi hari indahnya, Wanita itu berjalan menuju meja makan dan meraih sebuah teko listrik yang berisi cairan kopi yang pekat. Sebuah asupan pagi yang Tera siapkan sebelum mandi.

Ia menuang cairan hitam itu ke sebuah mug, lalu menghidu aroma penuh kenikmatan dengan mata terpejam dan senyum terkembang bebas. Wanita itu berlama-lama menikmati momen pagi yang spesial dengan aroma kopi yang membuat pikirannya semakin tenang.

Tera pun menyesap kopi hitamnya, "Hmn! Perfect…" gumam Tera setelah merasakan sensasi pahit dan nikmat yang menyebar di mulutnya.

"Pagi yang sempurna…" puji Tera, lalu kembali menikmati kopinya.

Setelah puas dengan rutinitas sucinya, Wanita itu berjalan menuju lemari pendingin dan mengambil jar/toples kaca yang berisi bubut oat yang Tera buat semalam. Bubur oatmeal dingin itu terlihat menggiurkan dengan banyaknya potongan buah yang bertumpuk di atasnya. Tera telah menambahkan banyak buah alpukat, strawberry, mangga, beberapa sendok protein powder dan sedikit perisa vanilla di dalam menu sarapannya itu.

"Cih! Barongsai imlek dia bilang!" Tera mendecih sambil membuka tutup toples kacanya, lalu menyuap satu sendok besar bubut oatmeal dan potongan buah ke dalam mulutnya. "Pria brengsek! Bisa-bisanya dia menghinaku terus menerus! Akan kubuktikan bahwa aku bukan barongsai imlek, apalagi bus kopaja!"

Dengan emosi yang menumpuk, Tera memasukkan bubur oatmeal itu dengan semangat. Ia bahkan mendengus-dengus kesal membayangkan ejekan Sebastian kepadanya. Selama ini Tera mengacuhkan hinaan itu karena dirinya memang sering mendapat hinaan karena tubuh yang gemuk sejak kecil. Tapi entah kenapa, setiap kali mengingat kejadian minggu lalu selalu berhasil membuat Tera emosi.

Bisa-bisanya pria itu menghina tapi terus mendesak pula!!

Dasar playboy sialan!

"Apa dia bilang? Aku bisa menerima banyak hartanya jika mau menikah! Cih! Dia pikir aku gadis murahan yang akan terpesona karena tampang dan dompetnya! Gak lah yaaaw! Aku adalah gadis berselera tinggi yang mengutamakan karakter seorang pria dibanding tampang dan harta semata!" Tera menyuap bubur oatmeal itu lahap-lahap hingga dalam sekejap mata saja seluruh isi jar itu ludes tak bersisa.

Tera menenggak segelas air putih setelah menghabiskan menu dietnya. Sebuah menu sehat yang memiliki kandungan protein dan serat tinggi yang bagus untuk memulai aktivitas pagi. Sesungguhnya hari ini akan menjadi hari yang berat karena Tera harus hunting pekerjaan baru sebelum benar-benar dipecat oleh Sebastian.

Wanita itu mendesah kecil, lalu menyesap kopinya sekali lagi dan tersenyum puas sambil berjalan menuju bak wastafel untuk mencuci semua peralatan makannya.

Entah mengapa, isi otak Tera yang tenang dan rileks berubah kacau dan penuh badai setiap kali mengingat calon mantan big boss nya.

Sebastian Lim – Sihombing!

Pria Batak – Chinese yang berwatak keras, suka mengejek namun tak suka saat diejek balik!

Pria berego tinggi yang mengacaukan hidup Tera selama ini!

"Huh! Berani-beraninya iblis neraka itu berkata bahwa tidak ada pria yang mau menikah dengan bus kopaja sepertiku! Bahkan pria brengsek itu berkata bahwa hanya dirinya yang mau bersamaku – dan itu pun karena terpaksa oleh tuntutan mamak! Tuntutan mencari ibu untuk putrinya! Sialan!" Tera membersihkan sabun dari gelasnya dengan cepat dan hampir membantingnya di rak, "Lihat saja! Aku akan membuktikan bahwa aku bisa menjadi wanita cantik yang diinginkan semua orang karena kecantikanku, bukan hanya karena kemampuanku dalam mengurus anak kecil sekaligus mengurus kehidupan seorang single daddy brengsek seperti Sebastian! Aku layak diinginkan!"

Tera meletakkan sendok dan jar di rak, kemudian mencuci tangan dengan sabun. Wajah wanita itu memerah oleh amarah. Setiap kali mengingat Sebastian selalu terngiang setiap hinaan dan perkataan buruk yang pria itu lancarkan.

Tera merasa kesal setengah mati pada bayangan Sebastian yang selalu muncul dalam kehidupannya. Ia menggeleng cepat, kemudian hendak beranjak ke kamar untuk berganti pakaian.

Saat sampai di pintu kamar, tiba-tiba saja suara alarm kebakaran berdengung kencang. Suara yang membangkitkan kewaspadaan semua orang.

Seluruh tubuh Tera menegak, matanya membola dan dadanya kembang kempis dengan cepat. Ditengah semua respons tubuhnya itu, Tera semakin panik saat mendengar suara teriakan yang bersahutan dari luar pintu apartemen studionya.

"Kebakaran! Kebakaran! Cepat keluar! Kebakaran besar!!! Selamatkan dirimu!! Cepat Selamatkan dirimu! Keluarlah!"

Tok! Tok! Tok!

Suara pintu yang diketuk dengan panik itu menyadarkan Tera dari keterpakuannya.

"Oh, No! Kebakaran besar!" panik Tera.

Wanita itu pun segera berlari tanpa berpikir apapun. Ia membuka kunci pintunya dan terkejut melihat banyaknya orang yang berlarian dari lantai atas. Sebagian dari mereka menuju tangga darurat karena lift yang tersedia sudah penuh oleh penghuni yang berbondong-bondong turun ke bawah, sedangkan sebagian lainnya menggunakan tangga utama.

Tanpa banyak kata, Tera pun berlari menuju tangga darurat bersama para penghuni apartemen yang enggan menggunakan tangga utama maupun lift yang sudah penuh.

Tera yang bertubuh besar hampir terjatuh beberapa kali karena bertabrakan dengan yang lainnya. Saat benar-benar hampir terjatuh, sebuah tangan menahan tubuh Tera yang besar. Seorang pria asing menyelamatkan Tera dari bahaya yang hendak menimpa.

"Terima kasih." Ujar Tera dengan nafas terengah-engah.

"Sama-sama. Mari saya bantu Nona untuk turun dengan perlahan-lahan."

Pria aneh. Baru kali ini Tera melihat wajah asing itu di apartemennya. Walau Tera tidak mengenal semua orang yang tinggal di sini, namun setidaknya Tera mengenali wajah mereka.

"Anda penghuni baru?"

"Saya tamu. Baru saja berkunjung ke tempat seorang teman."

Tera mengangguk dan mengedarkan pandangan, "Teman Anda dimana?"

"Hati-hati melangkah. Jangan terkecoh oleh hal lainnya. kita sedang menuruni tangga!" tegur pria itu.

"M – Maaf."

"Tidak perlu meminta maaf."

Pria itu terus menggandeng Tera hingga Tera merasa agak risih oleh perhatian dan perlindungan pria asing seperti dirinya.

"Oh ya, teman saya sudah berada di depan, dia turun tangga dengan sangat cepat."

"Oh, begitu rupanya…"

Sesampainya di bawah, Pria itu menggiring Tera menjauh dari kerumunan yang histeris sambil menangis meratapi nasib tempat tinggal mereka.

"Mari jauhi kerumunan, supaya Anda tidak perlu berdesak-desakan." Bujuk pria asing tersebut.

Tera yang masih dalam kondisi shock melihat tangisan histeris ibu-ibu di kerumunan pun akhirnya mengikuti ajakan pria itu dalam diam.

Kening Tera mengernyit saat matanya menatap gedung apartemen studionya yang tinggi. Ia tak menemukan asap apapun dari setiap sudut gedung tersebut.

"Kebakarannya di sebelah mana?" gumam Tera.

Sebuah kesadaran menghampiri wanita itu secepat kilat. Ia membelalak, dan tiba-tiba saja kedua tangan kanan dan kirinya dicengkram oleh dua pria dewasa bertubuh besar.

"Apa-apaan kalian!" seru Tera.

Salah satu pria bertubuh besar itu membungkam Tera dengan sapu tangan sehingga Tera tak memiliki kesempatan untuk berteriak meminta tolong.

"HMNPH!"

Tera memberontak dan berusaha melepaskan diri. Wanita itu melihat kondisi halaman apartemen studionya yang penuh oleh orang-orang yang sibuk meratapi kemalangannya sendiri. Tak satupun dari mereka menyadari kondisi Tera saat ini.

Mata nanar Tera menatap pria asing yang telah menolongnya. Pria itu berdiri angkuh di depan Tera.

"Anda mau selamat?" tanya pria itu.

Tera mengangguk, seberkas kristal bening menggenang di sudut matanya.

"Kalau begitu jangan banyak memberontak. Ikuti instruksi kami dengan tenang. Mengerti?"

Sekali lagi Tera mengangguk demi keselamatannya.

"Sekarang masuk ke dalam mobil!"

***