Aku dan Niko awalnya tidak saling mengenal. Kami mulai saling mengenal ketika bertemu dalam acara masa orientasi bagi mahasiswa baru di kampusku. Lalu, kami mulai dekat setelah bergabung dalam satu organisasi kemahasiswaan. Sebenarnya, kami berada di satu jurusan, tapi beda kelas/rombel (rombongan belajar). Kami kuliah di Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis di salah satu Perguruan Tinggi Negeri yang terletak di Kota Bogor, Jawa Barat.
***
September 2011
Kami mulai masuk kuliah pada tahun 2011 dengan jalur yang berbeda. Aku jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Undangan, sementara Niko jalur SNMPTN tertulis. Kami mengikuti masa orientasi secara bersamaan, tapi karena mahasiswa yang sangat banyak dalam satu fakultas dengan masing-masing jurusan terdiri dari dua hingga tiga rombel, mengingat nama orang yang baru beberapa kali kutemui sangatlah sulit. Apalagi aku memang tipe orang yang sulit mengingat nama seseorang. Paling-paling kalaupun mengingatnya, yang kuingat hanyalah wajah.
Pada momen pengenalan jurusan, ada perwakilan mahasiswa yang diminta mewakili jurusan untuk ke depan panggung yang terdiri dari satu mahasiswa perempuan dan satu mahasiswa laki-laki. Perwakilan masing-masing jurusan diminta untuk mengenakan 'name tag' di leher sebagai tanda kepesertaan kegiatan orientasi mahasiswa. 'Name tag' berisikan nama mahasiswa dan jurusan itu kutulis dengan nama lengkapku, "Rena Aisyah."
Kakak senior menunjuk diriku untuk mewakili mahasiswa jurusanku, sementara untuk perwakilan mahasiswa laki-laki berasal dari rombel lain. Para perwakilan mahasiswa berdiri di baris paling depan berjajar selang-seling laki-laki dan perempuan bersebelahan.
Aku tak mengenal lelaki yang berdiri di sebelahku, karena memang kami belum pernah berkenalan sebelumnya. Seluruh peserta orientasi mengikuti acara dengan hikmat hingga saatnya nama kami sebagai perwakilan mahasiswa jurusan disebut satu persatu untuk kemudian maju ke depan lalu menerima jaket dan topi bertuliskan jurusan masing-masing, serta menyematkan 'name tag' pada leher kami yang sebelum acara pembukaan diminta untuk dilepaskan terlebih dahulu.
"Rena Aisyah", namaku dipanggil. Selang setelah namaku disebut, Pak Dekan menyebut satu nama lagi, "Niko Wijaya," laki-laki yang sedang berdiri di sebelahku menyusul maju ke depan. "Oh, namanya Niko," ucapku dalam hati.
Setelah acara pembukaan masa orientasi mahasiswa yang akan berlangsung selama 3 hari ini, tiba saatnya acara perkenalan dimulai. Pada acara perkenalan kali ini, dipimpin langsung oleh mahasiswa senior yang mendampingi kami. Mahasiswa senior ini berasal dari organisasi-organisasi kemahasiswaan yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Jadi, acara berlangsung cukup seru dan lebih heboh dari sebelumnya.
Acara perkenalan diselenggarakan dengan tujuan agar mahasiswa saling mengenal satu sama lain dengan membuat sebuah permainan antar tim. Jadi, antar mahasiswa akan saling mengenal sekaligus mengasah kekompakannya.
Dari setiap jurusan yang terdiri dari dua sampai tiga rombel ini terbagi menjadi beberapa tim. Satu tim terdiri dari sekitar enam hingga delapan orang. Masing-masing tim ini akan melewati pos-pos permainan yang keseluruhannya terdiri dari lima pos. Untuk selanjutnya, mereka harus beradu dengan tim lawan pada setiap posnya. Tibalah saatnya aku berada di pos pertama. Aku bertemu dengan tim dari lelaki yang sebelumnya berdiri di sampingku, ketika acara pembukaan berlangsung.
Untuk menentukan giliran, kami harus mengambil kertas yang ada di dalam wadah kaca berisikan bola-bola kecil. Tanpa aba-aba, tanganku dan tangan laki-laki itu masuk secara bersamaan secara spontan. Tanpa kami sengaja, jemari kami pun bertemu. Kami tak sengaja saling bersentuhan. Kemudian, mata kami saling bertemu dan menatap satu sama lain.
"Ciye … suit, suit," suara sorak soray mahasiswa lain memecahkan lamunanku. Lalu, segera kutarik tanganku dari dalam wadah dengan menggenggam kertas yang telah kupilih.
Permainan dimulai dan kami bermain dengan penuh antusias. Permainan kali ini adalah permainan dengan memposisikan balon pada anggota tim yang berada paling belakang, lalu ketua tim yang berada di baris paling depan harus melindungi balon tersebut, bahkan menyerang balik tim lawan dengan alat tusuk yang dibawanya. Formasi tim seperti ular dengan anggota tim sebagai badan hingga ekor, sementara ketua tim sebagai kepalanya. Jadi, tim harus bergerak dengan saling memegang pundak.
Aku adalah ketua tim jaguar, sementara lelaki itu adalah ketua tim singa. Berhubung seluruh anggota tim terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan, jadi kami memilih nama hewan untuk nama tim kami.
Ketika saling berusaha menyerang untuk meletuskan balon lawan, aku tiba-tiba terpeleset dan hampir terjatuh. Tanah yang masih agak basah akibat hujan semalam membuatnya cukup licin. Badanku yang mulai terlempar ke tanah akibat hilang keseimbangan tiba-tiba ditopang oleh bahu yang cukup tegap, tapi tak terasa keras. Kuamati sekitar, kudapati sepasang mata yang sepertinya kukenal. Wajahku mulau menjauh dan pemilik mata itu mulai kuingat. Niko, lelaki yang pagi tadi berdiri di sebelahku.
Lagi-lagi, tubuh kami bertemu. Setelah tangan, kini lengan dan bahunya menahan tubuhku agar tidak jatuh ke tanah.
"Kamu enggak apa-apa? Apa ada yang terasa sakit?" Niko menanyakan keadaanku.
"Enggak kok, berkat Kamu, Aku enggak jadi jatuh. Terima kasih, ya."
"Iya, sama-sama. Maaf ya, gara-gara Aku, Kamu malah nyaris terluka."
"Enggak kok santai aja."
"Oh iya, kenalin, Aku Niko." Niko mulai memperkenalkan dirinya.
"Aku Rena, salam kenal juga."
"Tadi pagi saat acara pembukaan masa orientasi, kita kan sebelahan, ingat enggak?"
"Ingatlah, masak lupa. Ingat muka saja sih sebenarnya, kalau nama sempat lupa tadi. Tapi, karena barusan Kamu memperkenalkan diri, jadi Aku ingat lagi deh kalau namamu Niko."
"Syukur deh kalau ingat, yuk istirahat saja. Biar dilanjutin sama yang lain. Kayaknya kakimu terkilir deh."
Akhirnya aku dan Niko memutuskan untuk tidak melanjutkan permainan. Permainan tetap berjalan tanpa kami. Berhubung jalanku agak pincang, Niko mengatakan bahwa kakiku terkilir. Sehingga, para senior mengizinkanku untuk beristirahat. Sementara, Niko meminta izin untuk menemaniku, sekaligus mengobati rasa bersalah yang dirasakannya.
"Boleh mencoba mengurut kakimu?"
"Hah, seriusan? Enggak usahlah," jawabku sungkan.
"Begini-begini Aku bisa ngurut lo. Dapat ilmu turunan dari kakekku."
"Oh, ternyata ada ya nurunin ilmu pijit segala? Boleh deh kalau enggak keberatan."
Karena aku merasa dia tulus dan tidak bermaksud buruk, jadi aku menerima tawaran Niko dan mengizinkannya untuk mengurut pergelangan kakiku.
Jeritanku sesekali terdengar dan membuat beberapa orang di sekitarku menoleh ke arahku. Bukan tanpa alasan aku menerima niat baik Niko untuk menolongku. Tak ada satu pun senior yang sedang berjaga di pos tersebut yang bisa mengurut kakiku yang terkilir. Hanya ada persediaan Kotak P3K dan perlengkapannya di sana. Sehingga, para senior pun malah merasa terbantu atas tawaran Niko untuk mengurut pergelangan kakiku itu.
Benar saja, setelah diurut oleh Niko dan aku berhasil menahan rasa sakitnya, aku bisa kembali berjalan seperti semula. Sehingga, aku dan Niko harus segera menyusul tim kami yang sudah terlebih dulu melanjutkan permainan menuju pos selanjutnya.
Selama di perjalanan, kami mengobrol dan saling berkenalan lebih jauh. Saling menanyakan asal, lulusan sekolah mana, kenapa memilih jurusan manajemen, dan masih banyak lagi. Hingga akhirnya, tanpa kami sadari, kami sudah tiba di pos selanjutnya.
Kegiatan orientasi mahasiswa berjalan dengan baik hingga tiba hari ketiga yang merupakan hari terakhir orientasi. Setelah hari orientasi selesai, mahasiswa akan mulai disibukkan dengan perkuliahan. Sebagai perwakilan mahasiswa jurusan, aku dan Niko berdiri bersebelahan lagi. Hingga acara berakhir dengan pertanda dilepaskannya 'name tag' yang dikalungkan ke leher kami. Kami belum sempat bertukar kontak karena sudah diharuskan menuju ke kelas masing-masing. Dosen wali sudah menunggu kami di ruang kelas. Sehingga, kami semua segera bergegas, karena tidak ingin terlambat di hari pertemuan pertama kami dengan dosen wali masing-masing.