Sebelum benar-benar memulai pendakianku, Indra sempat bilang bahwa kalau nanti pada saat pendakian aku merasa kelelahan, aku harus bilang padanya atau romongan yang lain. Jadi, tim pendakian bisa istirahat sejenak. Karena, kalau tetap memaksakan diri untuk melanjutkan perjalanan akan membahayakan diri sendiri dan akan lebih merepotkan tim.
Banyak hal yang aku tanyakan akhir-akhir ini ke Indra. Jadi, hampir setiap malam sepulang kerja aku menyempatkan diri untuk bertanya kepadanya tentang ini dan itu. Bahkan, sesekali aku mengunjunginya di toko persewaan perlengkapan outdoor yang tak jauh dari rumah kami. Tak jarang pengunjung setia dan tetangga toko Indra sering bergosip bahwa aku perempuan yang tak tahu malu. Berkunjung ke tempat laki-laki terus tidak tahu waktu.
Anak gadis bukannya langsung pulang setelah dari tempat kerja malah kelayapan dan mengunjungi anak laki. Atas semua gosip yang tak pernah surut, meskipun sudah diluruskan tersebut, akhirnya aku memilih untuk mengabaikan semuanya demi tekadku melakukan pendakian dan menikmati lautan awan yang selama ini kuimpikan.
***
Hari yang telah kunanti-nanti akhirnya tiba. Hari ini adalah hari perdana aku melakukan pendakian. Jumat malam sepulang kerja aku pun bersiap dengan tas ransel besar yang biasa disebut carrier. Tas dengan kapasitas 40 liter berwarna merah itu kumasuki beberapa perlengkapan yang kubutuhkan selama pendakian, kebutuhan pribadi pada khususnya. Karena untuk perlengkapan yang dibutuhkan oleh tim sudah disiapkan dan dibawa oleh Indra sebagai pimpinan rombongan.
Mungkin bagi pemula sepertiku tak tahu apa saja yang perlu dan sebenarnya tak perlu dibawa ketika pendakian. Mengingat perjalanan yang memakan waktu berjam-jam, sementara beban barang bawaan yang harus dipikul membuat para pendaki harus mempertimbangkan masak-masak apa saja barang yang akan mereka bawa. Di mana selain jangan sampai menghambat perjalanan mereka, para pendaki juga jangan sampai kehabisan bahan makanan selama pendakian.
Salah satu hal yang aku pelajari adalah diharapkan setiap pendaki membawa bekal makanan masing-masing, meskipun telah mengumpulkan makanan untuk dimakan bersama pada satu orang misalnya, tapi setiap pendaki juga harus tetap membawa cadangan makanan sendiri. Hal ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti terpisahnya anggota tim atau dapat dikatakan bahwa ada salah satu dari tim pendakian tersesat di jalan, karena perjalanan tertutup kabut atau rekan satu timnya tidak menyadari ketika dia istirahat sejenak dan menghentikan langkahnya tanpa memberi tahu rekan satu timnya terlebih dulu.
Tak jarang muncul di berita bahwa pendaki gunung hilang atau tersesat, setelah ditemukan mereka kehabisan bahan makanan dan makan minum dari tumbuhan yang tumbuh liar di sekitar lokasi mereka tersesat saat itu. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang tak makan apa pun selama berhari-hari karena tidak membawa bekal yang cukup.
Banyak sekali hal yang dapat dipelajari ketika kita mendaki gunung. Mulai dari kerja keras, memperjuangkan sebuah harapan, kerja sama antar tim, tolong menolong, dan masih banyak lagi. Kita juga akan merasa sangat bersyukur dan malu kepada Tuhan ketika melihat indahnya alam ini. Betapa Tuhan baik dan agungnya Tuhan yang menciptakan alam ini.
Aku dan Indra bertemu rombongan di Terminal Kampung Rambutan. Kami lebih memilih menggunakan transportasi umum, yakni bus. Hal itu bukan tanpa alasan. Memang sebenarnya salah satu dari kami ada yang memiliki mobil, tapi kami berpikir setelah lelah melakukan pendakian akan sangat melelahkan jika masih harus mengendari mobil lagi dengan jarak tempuh yang cukup jauh.
Baru kali itu aku naik bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), malam hari pula. Awalnya sih seram, tapi karena bersama Indra dan yang lainnya jadi rasanya malah seru. Terminal Kampung Rambutan malam itu cenderung ramai, jadi aku pun bersikap waspada. Selain menjaga diri sendiri, Indra juga selalu menjagaku seperti biasa. Memanglah dia pahlawan sekaligus pelindungku.
Tak lama setelah sampai dan menitipkan motor kami di dekat terminal, kami bertemu denga Nevan, kawan Indra, tim pendakian kami. Sesampainya di terminal kami belum melihat anggota tim yang lain. Kami masih menunggu dua orang lagi, yaitu Nindi dan Andre.
Sebelumnya aku tak mengenal mereka, jadi itu adalah kali pertama kami bertemu. Namun, sebelum malam pertemuan itu, kami sempat membuat group chatting untuk memudahkan kami merencanakan agenda pendakian. Sehingga, ketika bertemu, seakan kami sudah saling mengenal satu sama lain.
Nevan, Andre, dan Nindi mengira aku pacar Indra. Tapi saat itu juga aku mengelaknya dan menjelaskan hubungan kami yang sesungguhnya, sementara Indra hanya diam dan tersenyum seolah membenarkan dan membiarkan opini itu bergulir begitu saja.
Karena lelah habis pulang bekerja, aku pun terlelap di atas bus AKAP tanpa pendingin ruangan dan penuh kebisingan itu. Saking lelapnya aku tertidur, aku tak tahu arah rute bus yang tengah melaju dengan kencang, hingga sampai mana bus itu membawa kami. Nevan bertugas untuk memberhentikan bus kalau-kalau pak sopir lupa menghentikan tepat di titik yang rombongan kami inginkan.
Akhirnya bus pun berhenti di titik awal kami mendekati jalur pendakian. Kami memilih jalur pendakian melalui Gunung Putri. Jalur yang tak begitu jauh dibandingkan dengan jalur Cibodas dan tak seterjal Selabintana.
Gunung yang terletak di Jawa Barat dengan ketinggian 2.958 MDPL (Meter Dari Permukaan Laut) memang bisa didaki melalui tiga jalur pendakian. Gunung Gede terakhir meletus pada 13 Maret 1957. Jadi, ketika berada di puncak gunung gede, kita bisa melihat kawah yang masih aktif.
Gunung Gede berada dalam ruang lingkup Taman Nasional Gede Pangrango, yang merupakan salah satu dari lima taman nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia pada tahun 1980. Mungkin tak banyak orang yang tau bahwa antara Gunung Gede dan Gunung Pangrango adalah gunung yang berbeda. Karena keduanya yang sering disebut dalam satu rangkaian kata, Gunung Gede Pangrango.
Memang dari Gunung Gede kita bisa melihat Gunung Pangrango, pun sebaliknya. Namun, kedua gunung ini memang merupakan gunung yang berbeda.
Kembali ke ketiga jalur pendakian Gunung Gede, kami memilih jalur pendakian Gunung Putri yang terletak di Kabupaten Cianjur. Jalur pendakian kami diawali dengan melapor di pos pendakian untuk melakukan pendaftaran, kami harus mengantri dan melapor secara bergantian agar data kami masuk dan teregistrasi. Hal ini untuk meminimalisir resiko pendakian gunung yang hilang atau butuh bantuan. Ini bisa dilihat dari rencana rombongan pendaki akan turun kapan, karena selain tanggal pendakian, kami juga harus mengisi kapan rencana kami turun.
Ada beberapa aturan yang ada pada masing-masing gunung yang harus diikuti oleh para pendaki, misalnya tak boleh membawa barang tertentu karna dinilai akan merusak kelestarian alam sekitar jalur pendakian atau boleh membawa namun dalam jumlah tertentu.
Botol plastik air minum sekali pakai misalnya. Botol plastik air minum sekali pakai seringkali ditinggal oleh para pendaki dan menyebabkan menumpuknya sampah dijalur pendakian, bahkan di puncak gunung. Terutama di titik-titik lokasi pendirian tenda. Selain itu ada tisu basah yang tak bisa diurai juga seperti botol plastik tersebut. Korek api juga menjadi salah satu barang yang seringkali tak boleh para pendaki bawa. Karena memang rentan terjadi kebakaran hutan, terlebih ketika musim kemarau. Pendaki biasanya membawa kompor gas kecil untuk memasak selama pendakian.