Chereads / Menikahi Sang Pewaris / Chapter 6 - Tertangkap Basah

Chapter 6 - Tertangkap Basah

Ya Tuhan, apa ini?

Kedua mata Alessia membelalak sempurna. Ia tak pernah tahu bahwa tuan mudanya memiliki fantasi seks yang berlebih pada mantan calon pasangannya -Isabella Crews.

Bagaimana bisa pikirannya menerka seperti itu?

Kalau tidak karena sesuatu yang….

Di hadapannya saat ini terpampang nyata lemari besar di mana di dalam sana tersaji belasan atau malah puluhan lingerie dalam berbagai model dan warna.

Alessia memang polos. Tapi ia bisa mengetahui hal seperti ini lewat tayangan drama yang pernah disaksikan olehnya, di mana salah satu adegan yang membekas jelas di benaknya adalah seorang wanita dewasa memakai pakaian semacam ini untuk menggoda lawan mainnya di atas ranjang.

Jangan-jangan tuan mudanya suka melihat pasangannya menggunakan ini sebelum mereka bercinta…

Oh, menggelikan sekali!

Memikirkan itu, Alessia tampak bersedih. Tapi ia pun bingung, sedih untuk apa? Seharusnya ia sadar siapa dirinya? Hanya istri pengganti, tidak akan pernah berubah sedikit pun. Ia harus selalu menanamkan hal itu di dalam otaknya.

"Apakah ini gaun malam yang beliau katakan untuk kupakai malam ini? Ah rasanya, tidak mungkin, bukankah dia bilang tidak menginginkan gadis sepertiku!" gumam Alessia seorang diri.

Mengenyahkan rasa dingin yang menjalar ke seluruh tubuh, ia pun mengambil bathrobe yang ada di dalam lemari. Beberapa bathrobe sepertinya memang sengaja disusun rapi dan diletakkan di sana, entah oleh siapa. Sebelum ia mengalami hipotermia, lebih baik baginya mengganti dress yang telah basah itu dengan bathrobe.

Alessia berlari ke dalam walk in closet milik tuan mudanya dan mengganti pakaiannya di sana. Dengan cepat dan buru-buru, ia segera mengenakan bathrobe tersebut.

Teringat jelas apa yang diucapkan tuan mudanya beberapa saat lalu. Dengan tegas, pria itu memberinya ancaman. Ancaman yang tidak masuk akal.

''Sekarang cepat pergi dari sini sebelum aku melakukan hal di luar kehendakku pada dirimu!"

Kata-kata itu menggema di otaknya. Setiap kata terucap begitu lantang dan penuh ketegasan, tak ada keraguan sedikit pun.

Tapi…

Bukankah tuan mudanya lumpuh? Yang ia tahu, seseorang yang mengalami kelumpuhan, bagian bawahnya tidak bisa berfungsi secara normal. Lalu, bagaimana dengan tuan mudanya?

Alessia menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia yakin Christian hanya sedang mengancamnya. Tidak mungkin terjadi hal seperti itu di antara mereka berdua!

Ya benar!

Perempuan itu keluar dari walk in closet dengan buru-buru. Ia mengambil ponselnya yang ada di atas nakas dan menghubungi seseorang.

Raymond.

Ya, nama itu yang kini menjadi tujuannya. Ia harus segera menghubungnya, sebelum tuan mudanya marah ke padanya.

Panggilan terhubung…

"Halo, ada yang bisa kubantu, Nona Alessia?" tanya Raymond terdengar sopan di seberang sana.

Nona?

Kening Alessia berkerut dalam. Dalam sembilan belas tahun hidupnya, baru kali ini ia mendengar Raymond memanggil namanya dengan sebutan Nona. Dan nada yang begitu lembut.

Ya, Tuhan, benarkah ini?

Sambil menepuk pipinya, Alessia kembali melanjutkan maksud dan tujuannya menghubungi Raymond, "Tuan Raymond, bisakah anda menol----"

"Panggil saja saya Raymond, Nona Alessia," potong Raymond dengan nada memaksa.

"Oh ba-baik, Ray-Raymond…"

"Santai saja, Nona Alessia. Jangan gugup begitu! Lagipula sekarang kau adalah istri tuan mudaku, jadi bersikaplah sewajarnya dan tidak perlu sungkan. Kau bisa meminta bantuanku kapan saja," jelas Raymond mencoba mencairkan suasana yang terasa beku.

Hari ini adalah hari yang sangat menakjubkan untuk Alessia. Ia mengalami perubahan status hanya dalam satu hari saja. Ia yang terlahir sebagai anak kepala pelayan di kediaman Allen, kini menjadi istri dari tuan mudanya. Tuan muda yang begitu ketus, dingin dan tidak sabaran.

"Ah, Ya Tuhan, kenapa aku malah…"

"Nona Alessia, anda baik-baik saja, kan?" serobot Raymond di ujung telepon.

Alessia melupakan sesuatu. Ternyata panggilan masih terhubung dan bodohnya ia malah meracau tak jelas. Semoga saja kaki tangan Christian yang berada di seberang sana tak mendengar keluhannya akan tuan mudanya tersebut.

"Nona Alessia tidak perlu takut pada Tuan Christian. Beliau adalah orang yang sangat baik dan sangat memperhatikan kebaikan seluruh bawahannya juga orang-orang di sekitarnya.

Anda sungguh sangat beruntung menjadi istrinya. Jadi, mulai dari sekarang biasakanlah dengan semua sikapnya. Oke? Oh iya, ada apa Nona Alessia menghubungiku?" Raymond hampir tertawa geli karena asyik meracau sendiri. Ia baru sadar telah mengatakan banyak hal yang tidak perlu.

"Begini Raymond, bisakah kau membantu Tuan muda bangun dari bath tub? Beliau tadi mengatakan bahwa ingin kau yang membantunya keluar dari bath tub," jelas Alessia sembari sesekali melirik ke arah pintu kamar mandi yang amat mewah tersebut.

Tak ada jawaban dari seberang. Sepertinya Raymond sedang berpikir keras.

"Maaf, Nona Alessia, bukan maksudku menolak permintaan tuan muda, tapi aku sedang berada di luar dan sangat jauh dari kediaman Allen. Membutuhkan waktu yang cukup lama, lebih dari empat puluh menit untuk kami memutar haluan dan kembali ke sana.

Coba Nona Alessia pikirkan dengan matang. Apakah mungkin tuan muda berkenan menunggu saya agar bisa keluar dari bath ? Tidak mungkin, bukan? Untuk hari ini saja, Nona Alessia. Aku mohon mengertilah. Tolong bantu tuan muda bangun dari bath tub. Anda bisa kan, Nona Alessia? Baiklah kalau begitu, selamat petang, Nona Alessia," pintanya menutup negosiasi.

Tak ada jawaban dari bibir Alessia ketika panggilan yang terhubung antara dirinya dengan seseorang di seberang sana telah dimatikan secara tiba-tiba.

Ah, sial sekali!

Layar ponselnya menggelap. Panggilan benar-benar telah usai. Alessia meraup wajahnya kasar dan merutuki kesialannya karena harus segera membantu tuan mudanya bangun dari bak mandi mahal tersebut.

Tak mau membuang waktu, Alessia meletakkan kembali ponselnya di atas nakas.

Demi menutupi kegundahannya, ia meneguk cairan berwarna bening yang ada di samping ponselnya dengan buru-buru, sampai habis. Tapi sepertinya ia lupa, minuman siapa yang telah diteguknya itu. Di dalam pikirannya hanya ada Christian dan Christian. Ia tak mau membuat tuan mudanya kembali marah-marah padanya.

Perempuan itu berjalan cepat menuju pintu kamar mandi. Waktu benar-benar sangat berharga untuknya. Satu detik terlambat saja sudah berhasil memantik kemarahan Christian.

Tangannya sudah menggapai gagang pintu. Namun saat ia membuka pintu secara perlahan-lahan, ia mendengar suara-suara aneh.

Itu terdengar seperti…

Lenguhan?

Desahan?

Atau, erangan?

"Aaaaaaarrggg," erang pria di dalam sana.

Apa yang dilakukan tuan mudanya di bath tub?

Tidak mungkin dia sedang bercinta dengan seseorang, bukan?

Takut hal buruk terjadi pada tuan muda sekaligus suaminya, tanpa pikir panjang Alessia masuk ke dalam dan berlari mendekati Christian.

"Tu-tuan muda, apa yang kau lakukan?" tanya Alessia benar-benar terkejut.

"Alessia! Siapa yang menyuruhmu masuk kemari? Hah?" bentak Christian murka. Tangannya masih betah menutupi rudal kebanggaannya. Wajahnya merah padam karena tertangkap basah sedang memanjakan adik kecilnya dengan satu tangannya.

Sial!

To be continue….

***