Sambil terus mengumpat, pria tampan calon pewaris Allen Group yang mendunia itu terlihat begitu berbeda.
Tak terlihat tuan muda yang dingin dan angkuh saat ini. Menyisakan tuan muda yang tampan dan apa adanya. Yang bisa marah dan meluapkan segala sesuatu pada siapa saja, termasuk pada perempuan muda yang telah diperistri olehnya tadi pagi.
Pria itu menghentikan ocehannya dan berpikir sejenak.
"Ambilkan setelan jas berwarna abu tua dan pilihkan dasi yang bagus sebagai pasangannya!" titahnya dengan nada yang terdengar melunak dibanding sebelumnya.
Alessia yang tahu bahwa dirinya bersalah hanya mengangguk paham.
Mengingat peristiwa beberapa saat sebelumnya…
"Alessia! Siapa yang menyuruhmu masuk kemari? Hah?"
"Maafkan saya, Tuan. Maaf," ucap Alessia yang spontan menutup kedua matanya dengan telapak tangannya.
Perempuanmu itu tampak terkejut mendapati tuan mudanya sedang bermain-main dengan adik kecilnya di bath tub.
Alessia tak menyangka akan ada hari di mana ia menangkap basah perilaku aneh sang tuan muda.
Jangan-jangan…
Perempuan itu terus menerka dalam hati, sampai-sampai tak mendengar seruan dari Christian.
"Hei kau, kenapa menutup matamu? Kau pikir sedang melihat hantu? Bukankah kau sudah melihatnya tadi? Kenapa sekarang mendadak kau tutup kedua matamu? Bukankah seharusnya kau senang menjadi salah satu dari sekian juta wanita yang bisa melihatku dalam keadaan seperti ini? Aneh," sindirnya membabi buta.
Alessia menurunkan kedua tangan yang menutupi indera penglihatannya dari pemandangan menggoda iman tersebut.
"Maafkan saya, Tuan," ucap Alessia sekali lagi.
"Apa kau tak memiliki kosa kata lain selain maaf dan maaf? Kau ini seorang mahasiswa bukan?" tanya Christian ketus.
Alessia mengangguk lemah. Ia benar-benar dalam kondisi tak diperkenankan membantah atau lancang pada lawan bicaranya. Tak seperti di forum kampus, di mana di sana ia bebas mengutarakan apa yang ada di dalam pikirannya.
"Kenapa malah diam? Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk menjawab pertanyaanku? Sekarang, katakan kenapa kau yang datang kemari dan bukannya Raymond?" cecar Christian menyelidik.
"Be-begini tuan, Raymond sedang melakukan perintah tuan Christian dan tidak bisa kembali dalam empat puluh menit. Jadi, dia meminta saya untuk menggantikan tugasnya membantu tuan Christian bangun dari bath tub," jelas Alessia jujur. Perempuan itu begitu gugup menjawab pertanyaan dari sang pria bermulut ketus.
"Wah, sudah akrab rupanya kau dan Raymond?" sindir Christian sembari terkekeh.
Alessia yang mendengar ledekan itu buru-buru menjelaskan.
"Beliau yang memintanya, Tuan. Beliau tidak mau dipanggil dengan sebutan tuan dan menyuruh saya memanggilnya Raymond saja," terang Alessia tanpa diminta.
"Apa peduliku? Aku tidak peduli dia atau kau yang memintanya lebih dulu. Sekarang, bantu aku keluar dari sini. Aku tidak mau kedinginan di tempat ini terlalu lama. Cepat!" tegas Christian begitu dingin.
Alessia merasa bingung.
Apa yang salah dengan ucapannya?
Kembali ke realita…
Alessia melakukan apa yang diminta Christian. Ia mengambil setelan jas warna abu tua dan memilihkan dasi berwarna hitam.
Christian menatap penuh tanda tanya ke arah dasi itu.
'Warna hitam, kenapa perempuan ini memilihkan aku warna hitam? Ada apa dengan warna ini?' batin Christian.
"Ini dasi yang saya pilihkan, Tuan. Saya kurang paham dengan warna kesukaan Tuan. Jadi, saya memutuskan warna hitam sebagai pilihan saya. Kalau tuan tidak berkenan memakai warna ini sebagai padu padan setelan jas mahal anda, saya akan memilihkan opsi lainnya," jelas Alessia berusaha menjelaskan makna di balik pemilihan warna tersebut.
"Suka tidak suka, pakaikan saja! Waktunya tak lama lagi dan aku tidak mau terlambat. Cepat pakaikan di tubuhku!" tegas Christian mendominasi.
Alessia yang mulai terbiasa melihat pemandangan menggoda iman di matanya kini tampak santai. Tak segugup beberapa waktu lalu.
Lebih baik ia anggap saja tubuh tuannya itu adalah patung manekin. Namun, patung manekin yang bisa berbicara dan suka marah-marah padanya.
Huh!
Usai membalut tubuh tuannya dengan setelan jas mahal berikut dasi pilihannya, Alessia meremas tangannya sampai ujung-ujung jarinya memutih.
"Kau kenapa diam saja? Pakai gaunmu dan pergi bersamaku!" titah Christian kemudian.
Alessia tampak bingung. Yang ia lihat beberapa saat lalu adalah thong, g-string, kamisol, dan pakaian dalam serba minim. Lalu, gaun mana yang harus ia pakai?
Di saat kegundahan tampak jelas di wajah perempuan itu, Christian kembali angkat bicara.
"Kenapa masih di sini? Ambil gaunmu dan ikut ke pesta bersamaku! Kau harus bersikap sebagai istri yang baik di depan kakekku!" perintah Christian yang tampak tak sabaran.
"Maaf, Tuan, gaun mana yang harus saya pakai? Sementara tadi saya baru menemukan beberapa pakaian dalam minim di lemari bagian tengah," ucap Alessia mengutarakan apa yang terpendam di hatinya.
Pakaian dalam? Minim?
Jangan-jangan ini semua…
Ide Raymond?
Christian memukul pahanya dengan kepalan tangannya. Ia benar-benar kesal pada asisten sekaligus tangan kanan yang amat dipercaya olehnya.
"Apa kau sudah membuka seluruh bagian lemari? Lemari sebesar itu tidak mungkin tidak ada gaun malam yang harus kau pakai saat ini.
Aku sudah menyuruh Raymond menyiapkan semua pakaian dan keperluanmu di dalam lemari itu. Lebih baik kau buka satu per satu dan pakailah!
Tunjukkan padaku satu gaun yang benar-benar pantas untuk bersanding denganku di pesta malam ini!" cetus Christian yang terdengar santai dan enak didengar di telinga perempuan muda itu.
"Baik, Tuan Christian," jawab Alessia yang berjalan meninggalkan tuannya untuk mendekati lemari yang dimaksud.
"Waw," pekik Alessia spontan. Ia takjub pada pemandangan indah di hadapannya. Puluhan baju dari brand ternama mengisi lemari tersebut.
Mimpi apa dia semalam?
Alessia menepuk pipinya dan menyentuh satu per satu gaun dengan bahan-bahan berkualitas tinggi.
"Jangan membuang waktu! Pakai dan tunjukkan padaku!" seru Christian yang mengganggu kesenangan perempuan di depannya.
Perempuan yang berdiri berjarak beberapa langkah itu tampak bingung hendak memilih gaun malam. Mata dan tangannya terus bekerja.
"Cepat! Tunggu apa lagi?" desak Christian.
Alessia menoleh ke belakang dan mengangguk patuh.
"Maaf, Tuan. Baik saya akan segera memilihnya," sahut Alessia tak mau membuat tuan mudanya kembali tersulut emosi.
Alessia mengeluarkan satu gaun berwarna hitam yang dikenal oleh para sosialita London dengan sebutan Little Black Dress.
Gaun yang manis dan bisa digunakan dalam berbagai acara. Tak terlalu berlebihan untuk usianya dan sangat cantik jika dikenakan olehnya.
Alessia mengambilnya dan berjalan menuju kamar mandi.
"Hei, buat apa kau membawa gaun itu ke sana?" tanya Christian yang membuat Alessia menatapnya penuh keheranan.
"Saya ingin berganti pakaian, Tuan. Baiklah kalau begitu saya mohon ijin memakai walk in closet milik tuan," ucap Alessia meminta ijin.
"Tidak perlu memakainya di walk in closet atau kamar mandi. Pakai di sini saja! Aku akan menutup mataku. Aku tidak akan tergoda dengan tubuh kurusmu itu," titah Christian pada akhirnya.
Apa?
"Maksud Tuan, saya harus berganti pakaian di hadapan tuan secara langsung?" tanya Alessia meminta kepastian.
Christian mengangguk mantap dengan tempo cepat.
"Ya. Lakukan sekarang juga! Jangan membuang-buang waktu, waktuku sangat berharga. Satu detik saja bisa berharga ribuan atau ratusan ribu dollar. Paham?" tegas Christian tak mau dibantah.
To be continue…
***