Pagi itu matahari yang mulai terasa panas ditubuh namun angin yang menghembus membuat terasa segar, burung-burung bernyanyi merdu di atas pepohonan, Disha yang terlihat berseri-seri berangkat berjualan kue.
Sebelumnya Disha meminta izin kepada Ibu tirinya namun belum saja dia menemuinya Ibu tirinya memanggilnya duluan, "Disha! ... Disha!" Dengan suara keras Ibunya memanggil sehingga terdengar di dalam kamar Disha dengan cepat pula Disha menyahutnya, "Iya Ibu! Sebentar ini lagi siap-siap."
Dengan membawa barang yang akan dijual Disha berlari menemui Ibunya," Iya ... Ibu ada apa?" Rasa takut Disha sembunyikan hanya bisa menundukkan pandangannya.
"Disha! Nanati setelah jualan boleh kok kamu menemui Pak Dokter ... Hmm ... siapa yang mengantar kamu kemaren itu?" tanya Ibu tirinya sambil tersenyum tipis pada Disha.
"Oh ... Dokter Raka! Ibu, malu lah saya ... lagian kenapa saya harus menemuinya, beliaukan orang sibuk, tidak ah Bu, saya tidak enak nanti mengganggunya," kata Disha. "Ya sudah Bu Disha berangkat dulu nanti keburu pergi pelanggan Disha," imbuhnya.
"Hu ... ya sudah, tapi Ibu berharap kamu bisa mendekatinya saya perhatikan Pak Dokter juga sepertinya suka sama kamu," kata Ibu tirinya.
"Ibu, sudahlah biar Disha yang menentukan jodoh Disha sendiri, lagian mana mungkin Dokter Raka mau sama saya, lihat bu ... Disha hanya gadis desa yang tidak punya apa-apa, selain itu Disha juga masih umur 19 tahun," ungkap Disha.
"Lalu harus sampai kapan! Apa menunggu Ibu meninggal dulu, Ibu itu ingin melihat kamu cepat menikah, dapat orang kaya supaya hidup kita bisa keluar dari kemiskinan ini, sampai kapan kita harus hidup menderita seperti ini," tutur Ibu tirinya sambil memandang tajam ke arah Disha, sesekali Disha menatapnya lalu menundukkan pandangannya kembali.
"Hmm ... Ibu, Disha juga butuh bahagia, laki-laki yang benar-benar sayang pada Disha, bukan laki-laki yang cinta karena dia banyak harta sehingga berlaku seenaknya pada Disha, sudah lah Ibu, apapun yang Ibu perintahkan Disha akan lakukan kecuali masalah perasaan maaf Ibu Disha berangkat dulu," ujar Disha yang kemudian menarik tangan Ibunya, menciumnya lalu pergi.
Melihat hal itu Ibu tirinya agak seperti kesal dan berkata pada hatinya, "Disha, kamu itu bodoh sekali ada kesempatan emas malah bersikap seperti ini, kok betah gitu kamu hidup seperti ini, dulu saya menikahi Ayahmu karena hartanya, sekarang sudah habis tinggal kamu harta satu-satunya untuk sebagai alat menggali harta, tapi sulit kamu dikendalikan."
💥💥💥
Waktu terus berjalan dibawah panasnya sinar matahari Disha berjalan menyusuri tepian jalan keramean untuk mencari pelanggan, dari kejauhan Pak Dokter Raka melihatnya tanpa pikir panjang dia menghampirinya.
Tin ... Tin
Bunyi bell mobil Dokter Raka, kemudian mobil berhenti pas di depannya Disha, dengan kaget dan takut Disha berhenti sambil memperhatikan mobil itu, betapa terkejutnya Disha melihat ternyata laki-laki yang keluar dari mobil adalah Dokter Raka.
Disha mulai terpesona hingga salah tingkah dan membalikkan tubuhnya lalu melangkahkan kakinya, dengan cepat Dokter Raka memanggilnya.
"Disha!" panggil Dokter Raka dengan suara keras nan merdu.
Seketika Disha berhenti lalu Dokter Raka berkata, "Mengapa pergi! Apa tidak suka dengan kehadiran saya, baiklah kalau begitu."
"Tidak begitu Dokter," sahut Disha sambil menoleh ke arah Dokter Raka.
Melihat wajah Disha yang memerah dan rambut yang terurai dihembuskan angin Dokter Raka memandanginya penuh dengan ta'jub buih cinta dalam hatinya tumbuh seraya berkata dalam hatinya, "Waw, sempurna andai Disha ini menjadi milikku betapa bahagianya, matanya ituloh seperti menarik-narik hati, juga bibirnya yang tipis membuat kelakianku bangun dari tidur lamanya, tubuhnya yang hmm, sepertinya memang saya harus mendapatkannya."
"Dokter ... Dokter," panggil-panggil Disha.
"Iya ... Iya, Ada apa Disha saya cinta kamu," terdengar datar namun bagai halilintar menyambar, hati Disha mulai berkecamuh, raut wajahnya memerah, dan tak berani berkata, diam seribu bahasa.
"Disha, maaf saya ketenjur omong itu, tidak sadar ... tetapi benar saya sudah jatuh cinta ketikan melihat kamu pertama kali, maaf saya mengatakannya di momen seperti ini, inginku ingin mengutarakan nanti malam, kamu saya ajak jalan-jalan eh ... ternyata malah keceplosan dulu." tutur Dokter Raka.
"Bagaimana menurut Disha," imbuh Dokter Raka.
"A ... A ... i ... i ... itu Ibu saya mencari, maaf saya pergi dulu," kata Disha dengan tertatih-tatih dan kemudian melangkahkan kakinya, namun dengan cepat Dokter Raka menarik tangannya dan kemudian jatuh dalam pelukannya.
Jantung Disha menjadi berdenyut tidak beraturan di tambah dia melihat tatapan Dokter Raka begitu tajam seperti menyebar hipnotis, rasa nyaman yang dirasa Disha lama mereka saling pandang dalam pelukan dan tidak memperdulikan anak kecil di sampingnya.
"Disha, lihat kedua mataku, apa ada kebohongan, coba letakkan telapak tanganmu di dadaku dapatkah kamu rasakan bagaimana gejolak hatiku, saya cinta kamu," kata Dokter Raka yang membuat hati Disha meleleh, Dokter Raka mulai mendekatkan bibirnya ke wajah Disha, Disha yang juga terbuai dia memejamkan kedua matanya seakan akan merasakan ciuman seorang pangeran, hampir saja melakuakan tiba-tiba lewat mobil ambulan yang dengan keras membunyikan klaksonnya sehingga membuat mereka berdua sadar, dengan cepat Disha mendorong Dokter Raka lalu berlari menjauh.
Dokter Raka hanya bisa diam dan berkata dalam hatinya, "Huh ... padahal sedikit lagi, iya dia harus menjadi milikku, rasanya jika dekat dengannya entah bagaimana rasanya ini, sepertinya dia mau dengan saya, baik akan saya perjuangkan cintaku ini untuk Disha." Lalu Dokter Raka masuk mobil dan kemudian pergi.
Disha yang merasakan malu yang begitu besar dia masih berlari sambil berkata pada hatinya, "Bodohnya diriku, mengapa dan ada apa dengan diriku? Apa saya juga mencintainya, saya akui pelukannya memberikan kedamaian dalam hidupku, tetapi saya hanya seorang Gadis Desha yang tidak punya apa-apa, Apa pantas diriku berdampingan dengannya, ah biarlah mungkin ini hanya angan-angan saja."
Lalu dirasa berlari sudah jauh baru Disha berhenti dan berjalan juga tidak jauh dari dia berjalan banyak orang yang memanggil-manggilnya untuk membeli kuenya.
Betapa bahagianya Disha hari ini, jualan sudah habis, bertemu dengan Dokter Raka, maka Disha bisa pulang lebih cepat, Ibu tirinya dibuatnya kaget jam segini sudah pulang dan mendapatkan keuntungan banyak.
"Ibu! Disha sudah pulang, ini hasilnya," kata Disha dengan memberikan uang hasil jualannya dan terlihat dia gembira ria tanpa berbicara banyak Disha pergi ke kamar.
"Sebentar, Disha! ... Disha! Ini bagaimana ceritanya, kok sudah habis jam segini dan kamu terlihat bahagia bukan main, Disha ada apa, Ibu ingin tahu," kata Ibu tirinya yang penasaran dengan Disha.
Tanpa pikir panjang Ibunya menyusulnya ke kamarnya.
"Disha! ... Buka pintunya, bagilah cerita dengan Ibu," kata Ibunya dengan mengetuk pintu dengan bertubi-tubi.
"Ah ... Disha malu Ibu kalau cerita," sahut Disha dari dalam kamar.
"Diaha, mengapa harus malu, ini Ibu lo yang ingin mendengar cerita, Ibu masuk ya," kata Ibu tirinya.
"Ya sudah, silahkan masuk tidak di kunci Bu," jawab Disha.
Maka mereka di dalam kamar mengobrol dan betapa bahagianya Ibu tirinya mendengar hal itu hingga membuat sayang pada Disha.