"Maaf Dokter, tidak terbiasa diriku dipegang oleh laki-laki," kata Disha sambil menarik tangannya dan terlihat wajahnya menjadi merona.
"Oh iya, maaf-maaf ya Disha, entah mengapa diriku jika di sampingmu menjadi gugup, hati berdebar-debar hmm ... entahlah apa saya jatuh cinta sama kamu," terlihat mereka berdua membenarkan posisi duduknya.
"Sudah Dok, bisa berangkat sekarang," ajak Disha yang menyembunyikan perasaannya dalam-dalam.
Dokter Raka menoleh ke kanan dan ke kiri seperti orang linglung sambil berkata, "Baik-baik ... tapi mengapa yo kok tidak jalan-jalan mobilnya."
"Masak Pak Dokter, mobil sebagus ini mogok ... Ah tidak lucu, ha itu yang kamu injak rem, " terang Disha sambil menunjuk ke arah yang diinjaknya.
"Oh ... iya ... ya, dasar kok bego ya saya ini, maaf atas sikapku ini," ungkap Dokter Raka yang terlihat memindah injakan rem ke gas,"
Mobil mulai melaju dengan cepat, tak lama mereka telah sampai dan keluar dari mobil, berdua memasuki ruangan di mana Disha dulu pernah bermalam, suana yang begitu dingin Disha berbaring atas ranjang dan tidak lama para petugas datang untuk membantu Dokter Raka, proses berjalan begitu lancar.
"Bagaimana Dokter, apa saya sudah sembuh?" tanya Disha yang terlihat perlahan membangunkan tubuhnya.
"Iya, Alhamdulillah sudah sembuh namun jangan terlalu kecapean ya," jawab Dokter Raka yang melepasi alat-alat yang ada di badannya untuk memeriksa Disha.
"Ya sudah Doter Raka kami kembali kerja kembali di pasien lainnya, terimakasih banyak," kata salah satu yang membantu Dokter Raka.
"Terimakasih, atas bantuannya," sahut Dokter Raka.
Kini diruangan hanya ada Disha dan Raka mulailah suasana tidak nyaman karena perasaan dua insan yang berbeda keadaan menjadi sunyi saling diam tidak berkata dan menundukkan pandangan, Dokter Raka mengawali bertanya namun agak jatung berdebar-debar, "Disha, Alhamdulillah kamu sudah benar-benar sehat, saya mohon jangan diulangi lagi ya perbuatan yang tidak baik itu melukai diri sendiri itu menyakitkan, diriku tidak tega jika harus melihat dirimu tersakiti."
"Maaf ya Dokter, itu saya melakuakan juga terpaksa karena sesuatu hal, jika saya tidak dipaksa menikah ya ... tidak saya lakukan itu," terang Disha.
"Baiklah kalau begitu, habis ini kamu ada waktu kosong tidak?" tanya Dokter Raka.
"Memang mengapa Dok?" sahut Disha yang masih duduk di dekat Dokter Raka sambil mengibaskan rambut halusnya dengan jari-jari tangan kanannya.
"Ini nanti saya jam kerjanya tidak full jam sebelasan sudah selesai bagaimana kalau kita pergi bersama, jalan-jalan gitu," terang Dokter Raka.
"Ya ... Boleh-boleh saja, nanti ada yang marah Dokter jalan sama saya," kata Disha yang berdiri dan berjalan ke dekat jendela.
"Ah ... Siapa juga yang marah, malah saya yang sedih jika kamu berjalan dengan laki-laki lain," kata Dokter Raka sambil menyusul Disha yang masih berdiri di dekat jendela melihat-melihat luar.
"Ih ... mulai deh Dokter, nanti saya menjadi malu," kata Disha yang sebenarnya memang mau diajak jalan-jalan.
"Bagaimana? Bisa kan!" pungkas Dokter Raka.
"Iya ... Bisa yang penting tidak menganggu aktifitas Dokter dan tidak ada yang marah kalau Dokter jalan sama saya," kata Disha.
Mendengar jawaban Disha seperti itu betapa bahagianya Dokter Raka terlihat wajahnya sangat berseri-seri seraya berkata, "Baik tunggu saya ya tidak lama kok."
"Baik Dokter, kalau begitu saya cari angin dulu ya sambil menunggu," kata Disha yang melangkah kaki keluar.
Saat di jalan luar rumah sakit tidak disangka dia bertemu dengan Sabrina, seraya berkata, "Eh Mbak Sabrina juga ada di sini, lagi ngantar orang sakit? Siapa Mbak yang sakit?"
"Ih ... Emangnya kenapa, kok ingin tahu banget saya kesini! Saya tidak mengantar siapa-siapa, saya ingin memeriksakan diriku pada dokter Raka, ples mau saya ajak jalan-jalan, Up ... ada yang sakit hati ndak ya kalau saya ajak Pak Dokter super ganteng," tutur Sabrina yang agak sensitif pada Disha.
"Ih, ... kamu ini! Memang sakit apa kamu Mbak?" kata Disha dengan polosnya walau ada rasa yang sedikit menusuk hatinya.
"Sakit Hati, ingin mengobatinya dengan melihat wajah Dokter Raka hmmm ... gantengnya ituloh," sambung Sabrina dengan agak sewot.
"Oh ... Gitu ya ... Alhamdulillah Dokter Raka ada di dalam barusan saja saya diperiksa olehnya ... dijemput lagi!, betapa bahagianya," ledek Disha lalu memalingkan tubuhnya.
"Hai! Jangan kau main-main denganku, aku yang akan mendapatkan Dokter Raka," tutur Sabrina dengan keras dan meraih tangannya.
"Hai, lepaskan tanganku, kamu perlu tahu semua bisa terjadi bukan karena kemauanmu, tetapi kehendak tuhan," tutur Disha yang sambil berusaha melepaskan pegangan tangan Sabrina.
"Lihat! Saya yang akan mendapatkannya, sampai kapan pun dan saya pastikan kamu tidak bisa mendapatkannya," Pungkas Sabrina kemudian masuk area rumah sakit.
"Huh, Dulu kamu suka menjadi orang ketiga hingga teman-temannya menjauhi, sekarang kamu hadir ingin merusaknya juga, ya Allah baru saja saya merasakan kebahagiaan, kuatkan ... sabarkan hati ini, jauhkan ya Allah hal-hal yang membuat hancur semuanya," kata Disha dalam hatinya.
"Hah, masa bodo lah, saya percaya pada takdir, jika dia benar jodohku akan memilih aku, jika bukan walaupun kayak apapun dekatnya maka tidak akan pernah bisa aku miliki," imbuhnya.
Dengan perlahan dia melangkahkan kaki ke sebuah warung lesehan sambil menunggu Dokter Raka.
Terlihat di dalam warung makan itu berbagai menu makanan, belum saja dia memesan makanan Disha dihampiri oleh orang tidak dikenalnya yaitu wanita yang setengah tua, berpakaian sederhana.
"Eh ... Mbak Disha, adalah orang kuat, orang sabar jangan risau hidup memang seperti ini kadang merasakan putaran dibawah kadang juga di atas, tinggal menjalaninya," sambil menepuk bahunya dan kemudian pergi begitu saja.
"Hai! ... Kemana! Siapa kamu?" teriak Disha yang merasa aneh dengan orang itu.
"Huh, sudahlah ... saya mau pesen minuman saja sambil menunggu Pak Dokter," kata Disha dalam hatinya. Disha mengacungkan tangan sambil berkata, "Pelayan, saya pesan es campur ya, tidak pakai susu ya."
Waktu terus berjalan begitu cepatnya hingga lewat waktu yang mereka janjikan, Disha mulai risau dalam hatinya berkata, "Ah ... Ini sudah jam segini, mana juga Dokter Raka kok belum terlihatnya, ha ... Apa dia benar pergi bersama Mbak Sabrina?"
Menunggu terlalu lama Disha pun berniat untuk pulang sendiri, namun belum dia melangkahkan kakinya tiba-tiba meraih tangannya dan mengajaknya pergi. Disha menjadi kaget namun tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa menurut saja.
Mereka masuk mobil duduk bersama lalu Dokter Raka berkata, "Disha, maafkan saya, tadi saya ada tugas dan ada seorang perempuan yang sok akrab, sok kenal, namanyya Sabrina meengajak jalan-jalan."
"Hmm, mengapa kamu tidak menurutinya? Dia loh cantik banyak laki-laki yang mengharab bisa memilikinya, ha ... itu kamu dipilihnya," tanya Disha yang terlihat cemberut agak cemburu tetapi dia sembunyikan dalam-dalam.
"Tetapi saya ingin bersama kamu, entah menggapa dekat kamu rasanya nyaman, tidak lihat sehari saja rasanya ingin menncari aja," kata Dokter Raka.
"Hmm, beneran itu ..." sahut Disha sambil sedikit tersenyum.
"Iya ... baik mari kita jalan-jalan, lapar nih rasanya," ajak Dokter Raka.