Chereads / Disha Si Gadis Desa / Chapter 12 - Disha dan Dokter Raka di Restoran

Chapter 12 - Disha dan Dokter Raka di Restoran

Disha pergi bersama Dokter Raka dengan mengendarahi mobil Avanza berwarna putih, Dokter Raka membuka pintu mobil dengan perlahan dan kemudian mempersilahkan Disha masuk mobil mereka terlihat sangat cocok bagai Romeo dan Juliet.

Sabrina yang kesal melihat dan memperhatikan mereka berdua menyumpah-nyumpah dengan meremas-remas bungkusan obat yang dibawanya dengan berkata, "Huh, lihat saja ya ... saya yang akan mendapatkan kamu Dokter mungkin sekarang ini belum beruntung tapi nanti lihat walau kalian menikah pun tak akan aku rela melihat kalian bahagia, untuk kamu Disha bersenang-senanglah sekarang tak akan lama lagi Doter Raka akan menjadi milikku."

"Maaf Ibu, kalau mau marah-marah jangan di sini ya, bisa ke sebelah sana," kata Satpam yang tiba-tiba menghampirinya.

"Hei, siapa kamu mengatur-ngatur aku, itu hak aku mau teriak-teriak di sini, di situ atau sekalian di telingamu, memang kenapa kalau saya marah-marah di sini," terang Sabrina yang melotot pada Satpam yang masih berdiri di dekatnya.

"Hei mbak ini itu rumah sakit tahu tidak, jangan seenaknya sendiri banyak orang yang ingin beristirahat karena menahan rasa sakit," kata Satpam yang kemudian terpaksa dia mengusirnya dengan sedikit kekerasan sehingga emosi Sabrina tambah melunjak.

"Hei, Kamu! Mentang ... Mentang Satpam, seenaknya main dorong-dorong ... lepas ... biar saya pergi sendiri," Sabrina pergi sambil masil mengomel sendiri, "Dasar Satpam, dia tidak tahu kalau saya adalah calon nyonya, calon istri Mas Dokter Raka ... Hu ... Awas besok saya pecat kamu."

"Itu juga kemana perginya ... Ih ... jadi tidak lihat kemana perginya ... semuanya gara-gara Satpam tidak berpendidikan itu, coba saja kalau tidak marah-marah tidak jelas, pasti saya bisa membuntuti si Disha itu. Uh ... kemana saya harus mencari.

"Ah ... Disha! Awas ya ... Kamu," teriak Sabrina yang kemudian pergi.

***

Sementara itu Disha yang sedang duduk di samping Dokter Raka dalam mobil hanya diam tertunduk tidak banyak bicara, maka Dokter Raka mengawali berbicara, "Disha, kok diam saja ... ada sesuatukah yang membuatmu begini, maaf jika saya tadi membiarkan kamu begitu saja."

"Tidak kok Pak Dokter, beneran tidak ada apa-apa," terang Disha yang agak tertatah dalam berbicara karena menyembunyikan sesuatu dalam hatinya.

"Eh, jangan panggil saya Bapak Dokter dong, panggil saja Mas Raka gitu biar terlihat akrab gitu, secara kan sudah di luar kerjaan," kata Dokter Raka dengan sekali memandang wajah Disha yang manis itu kemudian fokus menyetir.

"Tapi Dok, saya tidak enak Pak Dokter sudah banyak membantu saya maka tidak sepatutnya saya panggil seperti itu," tutur Disha yang juga memandang wajah Dokter Raka yang terlihat tambah keren saat menyetir apalagi dia sedang tersenyum membuat Disha tambah terkesima dan tumbuh rasa cinta.

"Hmm ... Tidak usah merasa begitu, beneran saya ikhlas bisa menolong Disha, ya ... dengan kamu memanggil saya Mas Raka, hmm ... biar menambah kedekatan kita ... menghilangkan rasa tidak enak ataupun lainnya," tutur Dokter Raka sambil tangan kiri Raka memegang tangan Disha, seketika Disha mengibaskannya sambul berkata, "Maaf Dok kita bukan muhrim ... saya takut."

"Baik ... Maafkan saya barusan khilaf, tidak sengaja ... reflek," sahut Dokter Raka.

"Iya Dokter, tidak mengapa," jawab Disha.

"Kok masih Dokter manggilnya," ujar Dokter Raka sambil membelokkan mobilnya.

"Baik Mas Ra ... Rak ... Raka," kata Disha yang masih gemetar menyebutkan nama.

"Nah, begitu kan lebih enak didengarnya, eh itu sudah tiba," tutur Dokter Raka yang membelokkan mobilnya ke parkiran, kemudian berheti, keluar dan membukan pintu mobil dimana Disha duduk.

"Silahkan Disha," kata Dokter Raka sambil menunduk dengan merentangkan kedua tangannya.

Terlihat Disha keluar dari mobil, angin menghembus sehingga membuat Disha terlihat mempesona, menoleh ke kanan dan kiri sambil berkata, "Maaf Dok, eh Mas Raka! Ini dimana? Maaf saya tidak biasa makan di tempat seperti ini."

Dokter Raka tersenyum melihat tingkah polos Disha kemudian berkata, "Disha, saya suka deh sama kepolosan kamu itu."

"Hmm ... Dokter bisa saja ... eh Mas Raka, maaf salah mulu panggilnya," kata Disha yang masih berdiri di tempat dia berdiri.

"Ya ... besok-besok kita ke sini lagi, biar kamu sering kesini, sudah mari kita masuk ke sana," ajak Dokter Raka dengan sambil tersenyum.

Maka mereka berjalan bersama, terlihat mereka berjalan di jalur kecil yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang berada ditepian, terlihat Disha berjalan di samping Dokter Raka, sebenarnya ingin sekali mereka saling bergandengan tangan namun Disha yang tidak meresa enak karena bukan muhrimnya.

Mereka masuk ruangan yang begitu megahnya ya restoran Cendekiawan, terlihat bangunannya megah juga terlihat hanya orang-orang berduwit banyak yang bisa masuk, saat berpapasan dengan orang tidak sengaja tertabrak orang yang sedang berlari entah mengapa, Disha tiba-tiba terpental sedikit ke belakang untung Dokter Raka cepat mengulurkan tangannya sehingga Disha menopang di tangan Dokter Raka sambil berteriak, "Mas Raka."

Di sinilah api asmara mereka semakin membara di hati, Raka yang memandang Disha, begitu juga Disha memandang Dokter Raka hingga tidak sadar mereka menjadi pertunjukan gratis para orang-orang yang sebenarnya mengejar maling malah terpesona debgan adekan yang terjadi pada Disha dan Dokter Raka, terlihat mereka sangat cocok sekali apalagi mereka saling pandang hmm ... namun itu tidak berlangsung lama karena sesuatu terjadi.

Brok ...

Suara tempat sampah yang ditendang seseorang yang kehilangan barang tersebut mendobrak tempat sampah untuk menyadarkan mereka sambil berkata, "Apa-apaan sih ini, lihat! Malingnya sudah kabur tidak terlihat membawa dompet saya, dimana sih kalian ini ih ..." Orang itu tiba-tiba menghampiri Disha dan Dokter Raka yang sudah berdiri tegak seraya berkata pada mereka, "Hei, semua ini gara-gara kamu, jika kamu tidak ada di sini mungkin malingnya sudah ketangkep."

"Mengapa kami yang harus disalahkan, toh kami tidak tahu- menahu soal itu, kami datang tiba-tiba pacarku ini ditabraknya sehingga terpental dan hampir jatuh, bisa loh kalau saya menyalahkan embak, tapi buat apa saya menyalahkan orang lain, mungkin saya sperti ini juga salah kami kurang berhati-hati mungkin itu juga berlaku sama embak, coba saja bisa berhati-hati, maaf ya ... bukannya saya bagaimana-bagaimana, sudahlah saya tidak mau ribut, saya mau masuk," ungkap Dokter Raka.

Tak sadar Dokter Raka meraih tangan Disha lalu menarik masuk ruangan itu, tiba-tiba seseorang penjaga pintu mendekati Mbak yang marah-marah seraya berkata, "Maaf Mbak apakah ini milikmu?"

"Iya, Bapak! Kok bisa ditanganmu Bapak, bukannya dibawa lari orang itu," kata Mbak itu sambil membuka dompetnya dan memeriksa barang-barangnya dan berkata, "Untunglah tidak hilang, ini pak ada sedikit uang untuk Bapak karena sudah menemukan dompet saya."

"Maaf Mbak, mungkin yang berhak mendapat Mbak yang bersama pemuda tadi karena dia menabrak dan dompet ini jatuh terpental ke bunga-bunga di sana, mungkin jika tidak ada mbak tadi mungkin ini dompet sudah tidak tahu nasibnya.

"Ha, begitu ya Bapak, aduh bagaimana ini tadi saya sudah marah-marah dengannya, baiklah saya mau minta maaf dan berterimakasih padanya," kata Mbak itu yang kemudian masuk lagi dan menyusul Disha dan Dokter Raka.