"Oh ya Kak, siapa nama Ibu kita?" tanya Zaenal yang masih memandang foto Ibunya yang berada dipangkuannya.
Sebelum menjawab Disha tersenyum tipis padanya, "Namanya laras."
"Indah namanya ya Kak, Ibu cantik seperti kakak," Zaenal memujinya sesekali dia memandang ke arah Disha lalu kembali lagi memandang foto Ibunya.
"Ya ... Sudah Zaenal! Kakak mau istirahat dulu ... capek rasanya, besok-besok Kakak ajak kamu berkunjung ke makam Ibu," terang Disha.
"Baik Kak, Zaenal tunggu," pungkas Zaenal kemudian pergi keluar kamar sebelum keluar sempat berpelukan.
Waktu terus berjalan hingga malam tiba Disha masih belum bisa tidur karena masih kepikiran kejadian siang yang terjadi, tiba-tiba dia melamun terbayang saat bersama, "Hmm, Dokter Raka wajahmu yang begitu menawan, bibirmu yang membuat aku tidak tahan ingin melumatnya, tubuhmu yang kekar, indahnya bersamu walau hanya sekejab namun perasaan ini tidak akan ku lupakan, rasanya saya jatuh cinta, aku membayangkan kita berjalan bersama, lalu duduk bersama dikursi pelaminan dan ... hmm ... memadu kasih bersama terbang meraih impian-impian yang indah, Ih ... apaan sih ini mengapa saya melamun seperti ini, haduh jangan ... jangan."
Disha berusaha keluar dari lamunannya dengan cara membaca buku namun dalam bukunya terlihat senyuman Dokter Raka yang mau mencium Disha, "Disha, mendekatlah saya sayang, disini saya kesepian."
"Dokter! Ha ... tidak ... tidak ini ... pasti halu, sadar Disha ... ayo sadar," kata Disha sambil menabok pipinya berulang-ulang, Disha pun menutup Bukunya dan kemudian membaringkan tubuhnya di atas ranjang lalu bayangan itu hadir kembali di atasnya, "Disha, kamu wanita cantik idamanku." "Ha ... ih apaan sih ini, mengapa dimana-mana ada Dokter Raka, Apa benar saya sudah jatuh cinta."
"Ya sudah saya tidur saja, semoga tidak memikurkan dia, namun disaat Disha menutup kedua matanya bayangan itu hadi kembali, walau mata tertutup bayangan itu nampak jelas melambai-lambaikan tangannya seolah memanggil, "Disha! Kemarilah, saya membutuhkan dekapanmu." Gila ini, ya Allah Ada Apa dengan saya mengapa fikiran ini tidak bisa lepas darinya, dan Bagaimana saya bisa tidur?"
Malam semakin larut, suara serangga berirama merdu seakan menghibur hati Disha yang gelisah, Dingin yang dirasanya kini semakin terasa dan cahaya rembulan sudah tidak begitu terang seperti semula karena awan menggulung-gulung hitam dan menutupi rembulan tak lama keadaan gelap hanya sorot lampu yang menjadi teman Disha di malam hari.
Lama Disha berusaha tidur akhirnya dia pun bisa tidur dengan pulasnya, dalam tidurnya Disha bermimpi melihat Ibunya datang dengan berpakaian serba putih dan di dampingi seorang berpawakan laki-laki namun tidak terlihat jelas bentuk wajahnya, Ibunya hanya diam lewat di depannya saat Disha berjalan di suatu daerah dengan suara keras Disha berteriak memanggil Ibunya, "Ibu kah, Disha kangen Ibu! Ibu kemana Bu! Disha boleh ikut Ibu! ... Ibu! Jangan pergi Bu, Disha bersama siapa Bu? Disha tidak punya teman."
Tiba-tiba dari arah belakang Disha nampak Dokter Raka menghampirinya seraya memeluknya dan berkata lembut di dekat telinga kanannya, "Disha! Saya mau menjadi teman hidupmu, teman siang malam pagi dan sore, teman setiap waktu, teman bercerita, teman memadu kasih, saya cinta kamu," setelah mengucapkan itu Dokter Raka pergi dan tidak berkata lagi sesekali dia menoleh kembali sambil tersenyum padanya dan menggerakkan tangannya untuk cium jauh.
Disha pun terjaga kembali dan waktu menunjukkan pukul 03.25 wib maka Disha pergi kekamar mandi untuk mengambil air wudlu untuk lelaksanakan sholat malam, setelah melaksanakannya Disha mengangkat kedua tangannya dan berdo'a, "Ya, Allah! Ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku berilah rahmat kasih sayangmu sebagaimana dia mengasihi aku waktu kecil, Ya Allah, diriku membutuhkan pendamping hidup yang bisa memimpin dan membimbing aku, yang dapat memberi kebahagianku, yang bisa menjadi tempat aku bercerita, Mungkinkah Dokter Raka yang menjadi pendampingku, saya pasrahkan semuanya padamu ya Allah, Amin ya robbal Alamin."
Disha selesai Sholat membaca Al-Qur'an dan saat dirasa cukup dia kembali membaringkan tubuhnya di atas ranjang tak lama dia tertidur pulas lagi hingga pagi tiba, yang pastinya tidak meninggalkan sholat subuh.
Burung-burung pagi indah bernyanyi di atas pepohonan, udara segar menjadi awal Disha menghirupnya sehingga membuat tubuhnya menjadi segar, tidak disangka mobil Avanza putih berhenti di depan rumah Disha, ya Dokter Raka menyempatkan sebelum bekerja mampir dirumahnya Disha.
"Assalamu'alaikum," sapa Dokter Raka dengan lantangnya sehingga terdengar oleh Disha.
"Ha ... tidak salah dengarkah saya, itukan suara Dokter Raka, masak sik pagi-pagi sudah kesini, belum saja Disha beranjak dari dapur Ibu tirinya sudah menemui duluan, "Wa'alaikumsalam, ... eh Bapak Dokter Raka tumben pagi-pagi sudah datang ada apa ya?" tanya Ibu tirinya Disha.
"Oh ... Ini Bu, saya mau pergi ke rumah sakit, sekalian mampir kesini, Dishanya ada Bu! Ya ... inginnya sekalian biar cek kesehatan, sudah benar-benar sehat atau belum karena seingat saya ini harinya Disha kontrol." terang Dokter Raka.
"Ada ... Ada, sebentar saya panggilkan Disha dulunya, itu dia masih di dapur," terang Ibunya dan kemudian pergi ke dapur terlihat berjalan cepat namun hati-hati sambil memanggil-manggil Disha, "Disha! ... Disha, itu ada Bapak Dokter."
"Disha! Itu ada Dokter Raka, hmm dia terlihat tampan dan keren, katanya kamu hari ini waktunya kontrol kesehatan, benar?" tutur Ibu tirinya.
"Oh iya, saya lupa Bu! Tapi Bagaimana ini, siapa yang harus menjual kue-kue ini, kasihan kalau tidak dijual," tutur Disha sambil memegangi kue buatannya.
"Sudah itu gampang, sudah jadi urusan Ibu yang penting kamu pergi aja dulu sama Dokter itu, Ibu sangat senang sekali dia perhatian sama kamu," terang Ibu tirinya.
"Baiklah kalau begitu Ibu," sahut Disha dan kemudian menemui Dokter Raka, namun sebelum itu dia berdandan sedikit.
Terlihat Disha berjalan mendekati Dokter, membuat dia terpana, kini Disha duduk berhadapan dengan Dokter Raka, "Assalamu'alaikum Dok, Bagaimana Kabarnya."
"Wa'alaikumsalam, Baik Disha, Alhamdulillah ... kamu sendiri Bagaiamana?" tanya Dokter balik sambil tersenyum.
"Iya sama baik, Oh ... Ya, tumben Dokter pagi-pagi kesini," ungkap Disha yang terlihat tersipuh malu dengan menundukkan wajahnya, sesekali dia memandang lalu menundukkannya kembali.
"Ini, Saya kesini mau menjemput kamu sekarangkan waktunya kamu kontrol benarkan?" tanya Dokter Raka.
"Oh, iya saya lupa Dokter, maaf ... ya soalnya tubuhku sudah terasa enak jadi tidak kepikiran untuk kontrol lagi," terang Disha.
"Ya, Sudah mari kita pergi bersama saja, gih kamu siap-siap dulu saya tunggu?" kata Dokter Raka.
"Baik," sahut Disha yang kemudian pergi ke kamarnya dengan hati yang penuh bahagia, Disha tidak menyangka bakalan satu mobil dengan Dokter Raka.
Tidak lama kemudian Disha sudah kembali dan penampilannya membuat Dokter Raka tambah terpesona, dengan salah tingkah Dokter Raka tiba-tiba meraih tangan Disha dan menarik keluar kemudian masuk mobil bersama.
"Dokter, pegang tangan ku, uh ... rasanya belum pernah saya merasakan hal seperti ini," kata Disha dalam hatinya.