Karena perbuatannya tidak terduga Sora hampir saja kena jambak oleh lelaki mabuk. Untung saja seseorang datang.
"Tunggu! Ah ... Rupanya kalian di sini? Aku mencari sejak tadi!" Jerry tiba-tiba saja muncul di tengah mereka.
Tentu saja kehadirannya tidak pernah disangka oleh Sora. Dalam sekejap dunia yang disinggahi Sora mendadak berhenti berputar dan membeku tepat wajah menyebalkan itu terlihat.
Jerry langsung mengenali Sora walau Sora berusaha menutupi wajahnya. Tentu saja semua lelaki pemabuk itu belum menyadari perubahan sikap Sora.
"Hei siapa ini?" Jerry mulai mengucapkan beberapa kata saat melihat Sora ada di tengah teman-temannya.
Tidak ingin ada keributan tak terduga, Sora beranjak dari tempatnya lantas berdiri di depan Jerry.
"Jangan katakan apapun! Ikut aku!" Tanpa ragu Sora meraih tangan Jerry lalu menarik ke luar meninggalkan kamar khusus VIP.
Merasa sudah aman tidak ada gangguan dari orang tak dikenal, Sora melepaskan tangannya. Kini dia menatap wajah menyebalkan itu.
"Kenapa bisa kau datang?" tanya Sora memulai percakapan.
Dua alis Jerry terangkat sepenuhnya menanggapi pertanyaan Sora, "Seharusnya aku yang bertanya. Mengapa wanita sepertimu bisa ada di tengah teman-temanku? Apa kau menjual diri setelah putus denganku?"
Dua mata hanzel Sora mendelik kaget, ucapan itu bagaikan belati yang menembus jantungnya.
"Hei jaga bicaramu! Putus dengan lelaki brengsek seperti kamu, sebaliknya membuat aku bahagia karena terbebas dari kepalsuan. Jadi jangan ambil kesimpulan yang macam-macam!" bentak Sora tak mau kalah.
Jerry menyeringai iblis, "Lalu kenapa kau bisa ada di tempat seperti ini? Apa mungkin kau mencari penggantiku? Perlu kau ketahui! Semua lelaki yang ada di dalam sana adalah teman dekatku. Sangat lucu jika kau merayu salah satu dari mereka. Lebih baik cari lelaki di luar sana! Jalanan sangat cocok untuk wanita berantakan seperti kamu! Lihat saja pakaianmu sangat cocok jadi perempuan murahan."
Astaga! Sepertinya sel emosi Sora mulai tak sabaran. Brengsek paling ahli di bidang pelecehan.
"Jujur ya, aku tidak ada niatan merayu semua teman-teman pemabukmu itu! Lagian semuanya sama brengsek sepertimu, mana mungkin aku memberikan diriku untuk lelaki seperti itu. Tidak akan! Dan aku tidak sudi jatuh cinta lagi!" Sora menatap wajah tampan bak pangeran dalam dongeng penuh kebencian. Rasa suka yang dulu sudah meleleh bagai lahar. Kini yang tersisa hanya sepenggal kebencian. Sora balik lagi sebelumnya hendak meninggalkan.
"Satu hal lagi! Aku tidak murahan. Ada sesuatu keadaan yang tidak harus kau ketahui mengenai hidupku! Minggir aku mau pergi!" Sora menerobos bahu Jerry tentu saja tubuhnya terpental alhasil mundur lagi, hampir saja terjengkang, beruntungnya seseorang berdiri menahannya.
Sora langsung mendongak melihat wajah pahlawannya. Dalam sekejap mengenali wajah tampan tersebut.
"Kak-kau?"
"Kau baik-baik saja Sora?" tanya Daniel Kim pemilik wajah gans menatap cemas
Bukannya menjawab Sora membeku dan entah kenapa mendadak irama jantungnya berdetak tanpa jeda seperti Rollercoaster. Naik turun, terus seperti itu sampai dirinya tidak mampu berkata-kata.
"Hei Sora jangan berlagak lemah! Kau perempuan jelek yang menyebalkan!" Jerry menarik tangannya hendak mendamprat Sora.
"Apa yang anda lakukan hah? Anda ingin memukul wanita? Apa anda tidak merasa gagal sebagai lelaki?" ucap Daniel sukses membuat Jerry mendelik kaget.
"Aku tidak perduli karena wanita ini sangat memuakkan! Minggir jangan ikut campur! Ini masalah kami!" tukas Jerry.
Daniel memiliki good manner yang tidak dimiliki lelaki kejam seperti Jerry. Menyembunyikan Sora di balik punggung lebarnya. Tentunya perhatian kecil itu membuat hati Sora jedak-jeduk tak karuan.
"Ini masalah saya juga. Saya akan ikut campur apapun yang terjadi!"
Jerry menyeringai sebagai tanggapan, "Siapa anda? Jika bukan siapa-siapa jangan sok pahlawan. Pergilah sebelum saya hilang kendali!!" tegas Jerry penuh ancaman.
"Maaf saya tidak mungkin meninggalkan wanita ini karena kami baru saja mulai berkencan!"
Teg!
What?
"Apa yang terjadi? Kencan? Sejak kapan?"
Itulah isi hati Sora setelah mendengar pengakuan tak terduga dari Daniel Kim--orang yang ditemui akhir-akhir ini. Dan kedekatan mereka hanya sebuah kesalahpahaman, tidak lebih.
Terlihat ekspresi Jerry tidak senang setelah ungkapan itu. "Baiklah kali ini aku biarkan."
Jerry tidak ingin membuat masalah lebih jauh lagi dengan Daniel. Daniel seorang agen rahasia tentu memiliki tatapan yang sulit di mengerti. Hanya melihat ekspresinya saja sudah membuat nyali Jerry menciut.
Setelah Jerry pergi tinggallah Sora, dan Daniel berdua. Daniel menuntun Sora meninggalkan klub.
"Kau baik-baik saja? Apa sebelumnya dia memukulmu?" tanya Daniel penuh perhatian.
Sora menggeleng cepat. Hatinya masih bertanya--mengapa lelaki tampan ini menyebut pacarnya.
Daniel baru menyadari pakaian Sora yang terlihat minim itu. Nampak Sora tidak nyaman berusaha menarik-narik ujung gaunnya.
"Wow ... Kamu terlihat berbeda, lebih cantik," puji Daniel.
"He ... He ... He ... Benarkah? Apa itu pujian atau sebaliknya?"
"Tentu saja pujian. Tapi sepertinya tidak nyaman, mau pulang seperti ini?" tanya Daniel sembari memerhatikan gerak kaku wanita yang ada di depannya.
"Dari tadi tidak merasa nyaman. Maukah mampir ke toko pakaian sebelum pulang?" tawar Sora walau ragu.
Daniel memikirkan ajakan Sora. Sebelum mereka pergi mencari toko pakaian, Daniel melepaskan jaket kulitnya kemudian melilitkan ke pinggang kecil Sora untuk menutupi dua paha yang terekspos itu.
Perhatian kecil si Abang dimples selalu berhasil menggetarkan hati Sora. Sora menjadi nyaman bila bersama Daniel
Beberapa saat kemudian.
Daniel membawa Sora mampir ke sebuah toko pakaian langganannya. Beraneka ragam pakaian pria dan wanita. Beragam gaya busana berjejer sesuai motif dan warna.
Sora histeris melihat semua busana di toko tersebut. Tanpa pikir panjang memilih pakaian yang menurutnya bagus.
"Hei! Bagaimana kalau yang ini! Cocok tidak?" Sora memperlihat kemeja biru dan jas dengan warna berbeda pada Daniel.
"Astaga Sora, itu pakaian lelaki! Bagian sana semua pakaian untuk pria!" ucap Daniel seketika terbahak melihat tingkah Sora.
"Jadi aku salah alamat? He ... He ... He ... Kalau begitu tak jadi deh." Sora membalikan kemeja dan jas pada tempatnya, kemudian mengikuti langkah Daniel.
Sejujurnya Sora tahu yang dipilihnya pakaian pria. Mungkin sudah menjadi kebiasaan membeli pakaian seperti itu. Sora tidak ragu bila dan tidak pernah berpikir merubah stayle-nya.
"Di sini kamu bisa mencari pakaian wanita sesuai gaya fashion kamu." Daniel memberikan Sora memilih pakaian yang diinginkannya.
Tiga puluh menit kemudian.
Beberapa kantung belanjaan memenuhi dua tangan mereka. Ada suasana yang berbeda dari sebelumnya. Raut wajah Daniel mendadak masam.
"Maaf. Aku benar-benar lupa membawa dompet. Lain kali aku bayar ya." Sora nampak memelas setelah membeli pakaian dengan kartu hitam milik Daniel.
"Tidak usah diganti. Kau hanya cukup memperkenalkan sahabatmu itu. Zaskia."
Kenapa kamu terobsesi dengan sahabatku? Jadi benar kau jatuh cinta pada pandangan pertama?" terka Sora merasa curiga karena Daniel selalu menanyakan Zaskia.
"Um ... Bagaimana ya aku menjelaskannya. Aku hanya ingin tahu tentang sahabatmu. Apa dia memiliki punggung mulus?"
Plak!
Satu tamparan tiba-tiba saja mendarat indah bagai air mancur di sebelah pipi Daniel.
"Kenapa menamparku?" ucap Daniel sebelah tangannya menekan pipi.
"Maaf sudah kasar setelah aku menghabiskan beberapa juta untuk pakaian-pakaian ini. Tetap saja ucapan itu tidak boleh diungkapkan! Seseorang akan menganggap kamu lelaki mesum!" jelas Sora apa yang diucapkan Daniel tidak seharusnya diutarakan.
"Ucapan itu tidak ada apa-apa kalau di negaraku. Lagian aku hanya bertanya bukan melihat." Daniel berkilah, menurutnya pertanyaannya tidak terlalu.
"Ini tanah airku Abang gans. Berbeda dengan negara kelahiran kamu. Walaupun hanya ucapan sama halnya dengan niat. Apa kamu ngerti?"
Daniel mengangguk patuh layaknya anak sekolah, "baiklah sekarang aku mengerti. Tetapi, aku akan melakukan apa saja bila aku bisa bicara dengan Zaskia. Tolong jangan tanyakan alasannya lagi. Karena aku tidak ingin kamu salahpaham."
"Kenapa aku salahpaham?" gerutu Sora merasa keanehan dalam hatinya.