Chereads / Golden Woman / Chapter 6 - Menjadi Perempuan Klub

Chapter 6 - Menjadi Perempuan Klub

Misi tidak dapat di tunda lebih lama lagi. Pada akhirnya Daniel berterus pada Sora, bahwa ingin mengetahui kehidupan Zaskia. Tentu saja pertanyaannya membuat Sora berpikir aneh.

"Kenapa dia bisa tahu Zaskia? Apa dia orang mesum yang menguntit perempuan?" gumam Sora dalam hati.

"Aku bukan orang seperti itu!" ucap Daniel seolah bisa mendengar pemikiran Sora barusan.

"Ugh? Kenapa dia bisa menebak apa yang aku pikirkan? Mungkinkah orang ini memiliki indra keenam?" gumam Sora berlanjut tanpa mengalihkan tatapannya pada Daniel yang masih menatap heran.

"Ck. Aku tidak sehebat itu. Sebenarnya aku melihat kau bersama Zaskia. Bukankah sahabatmu namanya Zaskia? Aku bukan penguntit atau orang mesum, aku hanya ter--"

"Stop! Apa kau menyukai sahabatku Zaskia? Makanya kau mendekatiku?" potong Sora sukses buat Daniel tidak bisa berkata-kata lagi.

"Kurang lebih seperti itu. Tetapi itu tidak mungkin karena aku baru melihatnya sekali. Aku hanya ingin tahu teman seperti apa Zaskia?" Daniel tidak ingin Sora salahpaham. Banyak cara untuk menggali informasi tentang Zaskia tanpa berpura-pura jatuh cinta. Dilihat dari kepribadian Zaskia tidak mudah percaya dengan orang lain, tetapi Sora berbeda.

"Oh kau hanya ingin tahu saja? Tentu saja Zaskia sahabat yang paling setia, baik, dan penyayang. Kepribadiannya tidak diragukan lagi. Lantas apa untungnya menanyakan kepribadian orang lain? Jangan-jangan kau ingin merus--" ucap Sora terpotong, sepotong roti masuk tanpa pamrih. Tentu roti itu tidak masuk sendiri, Daniel orang yang menjejalkan roti tersebut.

"Hentikan! Kau membuat aku makan banyak. Aku makin penasaran dengan niatmu sebenarnya? Jujur saja kau sengaja mendekatiku karena menginginkan sesuatu? Entah itu aku, atau Zaskia? Apa benar begitu?" Sora menyipitkan matanya curiga atas sikap Daniel.

Namun, semua itu langsung ditepis olehnya, "Tidak mungkin. Dilihat dari matamu, kau orang baik dan jujur. Aku yakin walau tidak seratus persen. Katakan saja kau reporter televisi atau seorang mata-mata?"

Daniel jadi geli sendiri dengan pemikiran wanita rakus ini. Walau bagaimanapun dia tidak mungkin mengatakan kebenarannya. Maka sebab itu Daniel mencari alasan yang realistis agar Sora tidak terus menerus meragukannya.

"Sebenarnya ...?"

Tiba-tiba nada pemanggil muncul di dalam Tote bag mini Sora. Sebuah panggilan dari bibi Candy yang meminta Sora segera pulang tepat waktu.

Sora mengakhiri percakapannya dengan Daniel tanpa penyelesaian. Dia mengabaikan segalanya bila Bibinya yang pemarah itu sudah angkat bicara. Tidak mau kena damprat lagi Sora mengambil langkah cepat meninggalkan Daniel.

Daniel sendiri masih terpaku ditempat tanpa mengejar. Tidak sulit baginya menemukan tempat tinggal Sora dengan caranya sendiri.

~~~

Sora berhasil lepas dari pengamatan Daniel, tetapi sebagai gantinya harus berhadapan dengan Bibi Candy. Bibi yang membesarkannya sekaligus membuat penderitaan, setelah kepergian ayah Sora.

"Akhirnya kau datang juga anak brengsek! Kemari!" Titah Candy menajam saat Sora datang.

"Iy-iya Bibi," ucap Sora tergagap, sebentar melirik pada Rudy yang menatapnya sejak tadi.

"Tolong pergilah Sora!" bisik Rudy dalam hati, ungkapan yang ingin disampaikan pada Sora namun, harus tertahan sebab istrinya.

Rudy menggeleng saat Sora berhasil mendekati istrinya.

"Ada apa Bi? Kenapa wajah paman babak belur?" tanya Sora walaupun sekilas melihat perbedaan wajah Rudy yang terdapat beberapa luka lebam dan cakaran. Sora tahu apa yang sudah terjadi sebelum dia datang, karena ini bukan pertama kalinya Candy melakukan kekerasan.

Memang benar apa yang dipikirkan Sora. Ternyata sebelum Sora datang, Candy dan Rudy bertengkar hebat. Lebih tepatnya Candy meluapkan kekesalan dengan membabi buta memukul Rudy tanpa memandang status.

Rudy tipikal suami yang lemah lembut, bertanggung jawab dalam keadaan susah. Namun, sepertinya semua kebaikan dan kelembutan Rudy membuat Candy marah. Sebab puluhan tahun pernikahan mereka tidak ada kemajuan. Candy menjadi istri kasar dan berbeda dari sebelum hari pernikahan mereka. Bukannya Rudy tidak ingin melawan saat Candy mencakarnya, sebagai lelaki mana bisa ia melakukan tindak kekerasan pada perempuan, menurutnya semua itu tidak baik. Makanya walaupun Candy kasar Rudy tetap mengalah dan berdiam diri. Lantas apa Rudy akan berdiam terus melihat Candy melakukan kekasaran pada Sora?

Candy melempar gaun kurang bahan itu pada Sora. "Buka pakaian malaikat mautmu, dan ganti dengan gaun ini!"

"Bibi Candy, kenapa aku harus memakai gaun kecil ini? Aku tidak mau!" tolak Sora tanpa pikir.

"Sayangku, bagaimana bisa Sora memakai gaun kecil seperti itu? Bagaimana kalau pakaian biasa saja?" Rudy mencoba membujuk tapi percuma karena Candy tetap bersihkeras.

"Jangan ikut campur! Sana kerja! Bulan ini kamu hanya memberikan uang sedikit. Asal kamu tahu! Aku melakukan semua ini demi usaha kita! Sora harus bekerja di klub menggantikan anak asuhku yang berhenti karena klub baru sialan itu! Kau diam saja! Jangan ikut campur!" tegas Candy.

"Tapi sayang? Mana bisa Sora bekerja di klub? Ini terlalu berbahaya untuk gadis polos seperti dirinya?" Rudy memelas. Bukannya sadar Candy makin menjadi.

"Alah polos apanya! Lagian ini pekerjaan mudah ko. Jika dia pintar maka tidak ada yang terjadi padanya!" balas Candy enteng.

Tidak dapat dihindarkan akhirnya Sora memakai gaun kurang bahan itu. Untungnya punggungnya masih aman. Hanya saja gaun tersebut sangat pendek. Sehingga membuat pahanya terlihat.

Tidak menutupi kemungkinan Sora tidak nyaman memakainya. Ujung gaun tersebut ditarik-tarik tetap saja tidak membuatnya nyaman.

"Bagus Sora. Sepertinya kamu lumayan juga. Sekarang kamu harus turuti ucapan Bibi! Mari kita pergi!" ajak Candy penuh semangat karena ada wajah baru untuk pelanggannya.

Sebelum Sora mengikuti langkah Candy, Rudy meminta supaya Sora berhati-hati terhadap lelaki tidak dikenal. Bila terjadi sesuatu yang buruk pada Sora maka Rudy akan menyesal terhadap Almarhum kakaknya--ayah kandung Sora.

Andre Fadlan--orang tua Sora hanya mengatakan pada Rudy saja--Sora memiliki tato langka di punggungnya. Rudy memang belum melihat jelas tato di punggung Sora secara langsung. Namun, Andre sudah memperlihatkan lukisannya. Tato tersebut sengaja dirahasiakan dari Candy. Sebab wanita itu akan melakukan apa saja jika tahu makna lukisan di punggung Sora.

Candy dan Sora sampai di tengah klub. Klub tempat kerja Candy bekerja sebagai madam. Ketua perempuan malam yang dibayar darinya. Dan sekarang Candy memperkenalkan Sora sebagai pegawai baru pada pelanggannya. Tentu saja penampilan dan wajah Sora berbeda dari perempuan yang banyak direkrut oleh Candy sebelumnya.

"Hei Sora, kerja yang benar. Layani mereka minum, apapun yang mereka mau jangan berani menolak mengerti!" ucap Candy menekan.

"Tapi Bibi? Aku tidak mau menjadi perempuan seperti itu? Aku bisa melayani mereka minum, tapi tidak untuk yang satu ini!" balas Sora tegas.

"Aku akan menghukum pamanmu jika kau membantah Sora!" ancam Candy sukses membuat bibir Sora terkatup.

Candy berlalu pergi membiarkan Sora melayani pelanggannya. Selepas kepergian Candy suasana jadi tegang.

Sora tidak berani mendekat ataupun bicara pada pelanggan yang sejak tadi ngiler melihat lekuk tubuhnya.

"Hei apa kau akan terus berdiri di sana? Kemari lah bantu kami tuangkan minuman!" teriak salah satu lelaki pemabuk tersebut.

"Ah sial. Kenapa hidupku ternistakan seperti ini?" gerutu Sora sebelum menuruti perintah lelaki mabuk tersebut.

Bagaimanapun Sora harus menyelesaikan pekerjaan ini walau setengah hati. Sora hanya menuangkan alkohol tetapi membuatnya mual karena baunya tidak terbiasa.

"Hei tuangkan yang benar!" pekik lelaki mabuk tersebut dengan rahang mengeras.

"Maafkan saya Tuan. Maklum saja kelebihan saya bukan menuangkan alkohol." Sora memberanikan diri membuka suara.

"Oh begitukah? Lalu apa kelebihanmu manis?" tanya salah satunya menjewel sebelah pipi Sora dengan gemas.

"Kelebihan saya ... Makan!"

"Hah makan? Ha ... Ha ... Ha ...! Semua orang pasti bisa makan manis. Aku pikir kelebihan di ranjang?" ucap Mereka serempak membuat wajah Sora memerah karena malu.

Lelaki mabuk itu mendekap dua bahu Sora lantas berkata, "Sudahlah jangan banyak alasan. Lebih baik layani kami minum, dan ...."

Plak!

Tanpa terduga Sora melayangkan tangannya di atas pipi lelaki mabuk tersebut, alhasil sebelah pipinya terdapat warna merah karena telapak tangan Sora.

"Ups, maaf saya khilaf. Maafkan saya! Maafkan saya!" ucap Sora berulang kali membungkuk pada lelaki mabuk tersebut.

"Wanita sialan!" Lelaki mabuk itu marah, berniat menjambak rambut Sora. Namun, seseorang datang menghentikannya.

"Tunggu!"