Chereads / Golden Woman / Chapter 2 - pertemuan pertama dengan si Dimples

Chapter 2 - pertemuan pertama dengan si Dimples

Setelah semalaman menangis sampai mata bengkak, pagi ini Sora beraktivitas seperti biasa. Siapa sangka gosip yang beredar dikalangan pegawai MG grup. Menjadikan Sora yang berselingkuh. Semuanya percaya omongan yang tidak berdasar. siapa lagi pengedar kebohongan itu adalah--Yolanda.

Sejak tadi pendengaran Zaskia panas. Seisi gedung MG grup membicarakan berakhirnya kisah asmara sahabatnya. Jerry__si manager keuangan tampan dengan Sora yang terkenal berantakan dari departemen keuangan juga. Sora dan Jerry satu perusahaan jadi gosip apapun meluncur lancar bagai roller coaster

"Sial! Aku tidak sanggup mendengar semua ini! Mereka tidak tahu kebenarannya? Seenaknya bicara!" Zaskia hampir menggebrak meja kantin, terngiang kabar tidak benar itu.

Sora terdiam tanpa menunjukan emosi apapun. Dia cukup lelah menata perasaan semalaman. bayangan Jerry bermesraan dengan Yolanda tidak mudah dilupakan. sangat menjijikan dan muak karena terus melintas bagai meteor jatuh.

"Biarkan saja, aku tidak perduli apa yang mereka bicarakan. Sekarang aku harus minta penjelasan pada si brengsek itu? Mengapa hubungan tidak berarti ini bertahan sampai dua tahun. Pada akhirnya dia mengkhianati!"

Sora beranjak dari tempat duduknya lantas melangkah pergi dengan semangat empat puluh lima.

"Sora! Semangat!" teriak Zaskia memberi dukungan penuh pada sahabat karibnya.

~~~

Sora mematung di depan pintu tempat kerja Jerry. Dia mengikuti aturan, mengetuk pintu tiga kali di perusahaan Sora hanya bawahan Jerry, maka dari itu Sora harus sopan walaupun sangat membenci Jerry. Dengan satu tarikan napas mendorong pintu tersebut sekaligus.

Brak!

Sora mematung di tengah pintu dengan sorot mata yang menyalang merah menyaksikan adegan panas di atas meja kerja. Anehnya Jerry tidak menyadari kedatangan Sora tetapi Yolanda langsung melihat Sora. Namun, tetap saja permainan gairah itu berlangsung sampai akhirnya Jerry melakukan pelepasan yang entah keberapa kali.

"Dasar gila! ucap Sora seketika menyadarkan Jerry yang masih merasakan surga dunia.

"Sora!" Jerry terperanjat kaget melihat Sora mematung menatapnya.

"bereskan semua kekacauan itu brengsek!"

Sora tidak kuasa melihat semua itu. Dia membelakangi mereka dengan emosi membeludak.

Jerry melepaskan penyatuannya, kemudian bergegas memakai pakaiannya lagi. Kedatangan Sora sangat mengejutkan Jerry, tetapi tidak bagi Yolanda sebab dia merasa harus menunjukan permainan panasnya, agar Sora sadar bahwa Jerry sangat membutuhkan kehangatan itu yang tidak bisa ia dapatkan dari Sora selama dua tahun pacaran.

"Kau menerobos masuk di waktu yang tepat Sora. Oh ... Aku sangat puas karena bisa melakukan penyatuan yang entah keberapa kalinya. Kau memang pengganggu Sora. wanita menyebalkan." Yolanda sengaja menabrak bahu Sora sebelum pergi.

Sora masih mematung menatap sisa-sisa percintaan mantan kekasihnya dan wanita lain. Kini Jerry sudah memakai pakaian lengkap dan menatapnya.

"Aku minta penjelasan," ucap Sora dengan ekspresi datar.

"Aku juga ingin bicara dengan kamu. Mari ikuti aku!" Jerry melangkah ke luar lebih dulu.

"Si brengsek itu," gumam Sora penuh kebencian. Walaupun begitu mengikuti langkah Jerry dari belakang.

Sesaat kemudian mereka duduk saling berhadapan. Sebuah kafe-in saksi bisu berakhirnya kisah cinta mereka. Hari ini, detik ini, di waktu ini. Tidak ada lagi rasa indah yang biasanya bergejolak dalam dada.

"Langsung saja pada intinya. Kenapa kau bertahan selama ini jika tidak menyukai aku? Jelaskan kenapa kau seperti itu?" tuntut Sora dengan tegas.

Jerry menyilangkan dua tangan di dada. Menatap penampilan Sora dari atas sampai bawah.

"Kau yang seperti inilah membuatku muak. Apa kau tidak merasa jika dirimu tidak menarik sama sekali. Celana panjang, jas seperti pengawal dengan motif yang sama setiap hari. tidak menarik sekali apalagi membuatku bergairah. Tata penampilanmu itu Sora! Baru bisa memiliki cintaku!"

Tangan kecil Sora terkepal kuat di atas pahanya, "Lantas mengapa kau masih berpura-pura memujaku selama ini? Apa kau berusaha menjadi pacar yang baik? Walau pada akhirnya kau hanyalah lelaki sampah yang tidak berperasaan!"

Brak!

Jerry memukul meja, menajam mendengar balasan yang dilontarkan Sora.

"Aku memang brengesek. Tapi kau tidak berhak mengataiku! Kau bahkan menerima hinaan mereka! Kau harus tahu Sora! Yolanda bukan wanita sembarangan, kau tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dia! Jadi diam jangan banyak tingkah!" Jerry menarik napas sekaligus setelah mengatakan ucapan kasar.

"Hubungan kita berakhir sampai di sini. Jangan perlihatkan lagi wajah kusam itu padaku! Aku bosan melihat pakaian malaikat maut yang masih kau kenakan sampai sekarang. Jika kau masih berpenampilan suram seperti ini, maka bersiaplah tidak ada lelaki yang mau dengan kamu!"

Setelah puas merendahkan Sora, Jerry beranjak dari tempat duduknya. Dia berdiri angkuh menyeringai menatap Sora yang masih diam di tempat. Saat Jerry hendak meninggalkan tiba-tiba Sora berseru.

"Tunggu! Aku belum selesai bicara!" Sora berdiri tegak, lantas meraih es kopi yang belum dicicipi. Dengan emosi yang tidak tertahan lagi es kopi tersebut disiramkan tepat di wajah Jerry.

"Ini hadiah perpisahan dariku. Mungkin ada segelintir lelaki yang berpikiran seperti kamu brengsek! Tapi kamu harus tahu tidak semua memiliki pandangan yang sama. Kau satu-satunya lelaki yang membuat aku menyesal sudah mengenal cinta. Mari kita buktikan apa aku mampu memikat lelaki dengan penampilan seperti ini? Tunggu saja akan aku buktikan! Dasar bajingan!"

Dengan kesal meletakan gelas kosong di atas meja, lantas mengambil langkah cepat meninggalkan Jerry yang masih menahan emosi karena Sora mampu membalas.

"Akh sial! Si jelek itu!" Jerry mengumpat setelah Sora menjauh.

~~~

Sora tidak mungkin meneruskan pekerjaannya dalam pikiran kacau. Baru kali ini mengambil cuti dengan alasan kesehatan.

Banyak sekali ingatan yang melayang di benaknya. Sora melangkah tanpa arah menyusuri area pertokoan pinggir jalan raya. Sesekali menatap wanita pejalan kaki yang kebetulan melintas dengan penampilan terbuka dan cantik.

Sora menghela napas panjang, "Alangkah bagusnya bila tidak memiliki tato sialan ini. Menyebalkan sekali kenapa hidupku kacau seperti ini? Haruskah aku hapus gambarnya?"

Sora menggeleng menarik ucapan tersebut, "Jika menghapusnya, punggungku seperti monster. Ah ... Sudahlah! Sampai matipun aku harus menjaga tato ini."

"Tunggu? Bukankah selama ini aku tidak sekalipun merasakan hidup bebas? Dua tahun bersama si brengsek itu tidak sekalipun aku merasakan hasil kerja kerasku sendiri. Aku selalu mementingkan kebahagiaannya, tapi sekarang aku bebas. Baiklah mari lupakan sejenak masalah hati."

Dengan langkah penuh tekad Sora masuk ke sebuah restoran China yang kebetulan tidak terlalu padat. Pelayan di sana menyambutnya ramah. Bahkan memberikan ruangan terpisah agar Sora bisa leluasa menikmati hidangan.

Lumayan banyak menu yang dipilihnya. Dalam sekejap semuanya terhidang di atas meja bundar itu.

"Baiklah mari habiskan semua hidangan ini. Patah hati ini sudah membuat aku kelaparan. Bagaimanapun makanan ini harus bisa membahagiakan perutku."

Sepertinya Sora bahagia menyantap hidangan yang tidak ia kenal. Tentu saja gaya makannya beda dengan pengunjung lain. Sora asli Indonesia mana betah makan pake sumpit. Ia memakai dua tangannya untuk menikmati semua hidangan itu.

Kesenangannya terganggu saat seseorang masuk begitu saja, "Maaf saya terlambat. Lalu lintas kota jakarta macet. Sekali lagi maafkan saya!"

Lelaki yang dianugerahi ketinggian 185 cm, itu dengan kulit putih seperti salju membungkuk sembilan puluh sembilan derajat.

Sora tidak mampu berkata-kata baru kali ini bertatap wajah dengan lelaki bermata sipit dengan hidung mancung, dan bibir merah alami seperti habis makan cabe.

Lelaki tampan yang memiliki dimples menawan itu sadar. Mungkin ucapannya tidak jelas. Maklum saja dia belum mahir bahasa Indonesia. Tetapi untuk ukuran orang korea selatan lelaki tampan ini lumayan fasih.

Lelaki itu menyamankan diri di depan Sora. Lantas memperkenalkan dirinya.

"Saya Daniel Kim. Anda pasti Nona Soraya?"

Sora membeku tanpa kedip. Apa yang dia katakan barusan? Soraya? Mengapa namaku jadi Soraya?

"Oh, maaf bahasa Indonesia-ku kurang bagus. Harap maklum saya baru belajar. Nona Soraya bukan? Apa saya tidak salah alamat?" ucap Daniel Kim pemuda asal negri ginseng menduga jika Sora adalah wanita yang ia cari.

"Sas-saya ... So ...." Sora ragu untuk melanjutkan ucapannya karena saat itu juga Daniel memotongnya.

"Iya benar sekali saya tidak salah! Nona Soraya senang bertemu dengan anda." Daniel tersenyum manis, tentu saja senyum itu sangat mematikan siapapun yang melihatnya.

"Astaga ini manusia apa dewa sih? Cakep bener. Tapi gak apa-apa deh, namaku juga Sora, dan itu artinya sama saja dengan Soraya. Cakep begini mana bisa dilepas."

"Maaf Nona Soraya apa bisa langsung ke pokoknya?" Daniel membuyarkan lamunan Sora.

"Oh, pokonya?" Sora nyengir, dia mengangguk saja tanpa bertanya lebih jelas lagi.

"Baiklah begini." Daniel mengeluarkan selembar map. Lantas menyodorkan pada Sora.

"Ini resume yang anda minta. Saya datang sesuai permintaan. Saya akan menjaga keamanan anda dari waktu ke waktu," jelas Daniel.

Sepertinya Daniel sedang melamar pekerjaan sebagai pengawal Nona Soraya. Tetapi sangat disayangkan wanita yang ditemuinya bukan Soraya, melainkan Sora Soranca. Wanita yang baru saja putus cinta.