"Nah ini, anterin sesuai alamat ya," Alda mengangguk malas dan segera melangkahkan kakinya.
Alda mengayuh sepedanya sekuat tenaga, walau beban akan masalah tadi masih terpikir di kepalanya. Hingga tiba di sebuah alamat sesuai yang tertera di kertas yang tertempel di kotak kue tersebut.
Setelah Alda mengantarkan pesanannya, Alda melajukan sepedanya dengan cepat ke kota. Alda menghentikan sepedanya saat langkahnya tiba di depan sebuah mall.
"Apa Alda ke dalam aja dulu ya, sambil melupakan masalah tadi," ucap Alda menatap jauh ke arah mall. Alda pun memarkirkan sepedanya dan langsung masuk ke dalam.
Alda menatap semua orang yang memenuhi mall. Setelah mengelilingi semua bagian dalam mall, Alda menghentikan langkahnya saat mendengar suara perutnya. Alda kelaparan.
Alda pun segera melangkahkan kakinya, tanpa sadar dari arah depan Alda melihat seorang gadis yang sedang berlari sangat cepat. Saat Alda hendak berpindah tempat, dia malah jatuh tersungkur karena kalah cepat. Gadis itu menabrak Alda.
Terlihat seorang gadis berkerudung terkejut dan langsung membantu Alda.
"Maaf, Kak. Maaf. Aku enggak sengaja nabrak Kakak tadi," mohonnya sambil membungkuk.
"Kamu sih, ngapain lari-lari segala," ucap temannya.
"Its, oke. Enggak apa-apa,"
"Ada yang sakit gak, Kak?"
"Enggak, aku enggak apa-apa kok,"
"Kak, kenalin aku Auberta. Ini sahabat aku," ucap Auberta sambil memperkenalkan diri dan menunjuk Auberta.
"Aku Audrey, Kak."
"Salam kenal, aku Alda,"
Tak disangka, pertemuan mereka bertiga di sebuah mall akan menjadi sebuah moment yang sangat ditunggu. Kini, Auberta muncul kembali di Bandung bersama Audrey. Keduanya tampak sehat-sehat saja, begitupun dengan Auberta yang bertambah dewasa. Wajahnya yang tampak cantik tidak akan menutupi kemungkinan seperti dulu.
"Kak Alda masih sekolah? Atau kerja?"
"Aku kuliah di ITB,"
"Hah! Di kampus elit itu, Kak?" sanggah Auberta dan Audrey terkejut, membuat Alda ikut tertawa kecil melihat sikap keduanya.
"Iya, emang kenapa kalian sampai terkejut seperti itu?"
"Kami mau daftarin diri di ITB juga, Kak. Sebentar lagi kan penerimaan mahasiswa baru," jawab Auberta tersenyum manis.
"Hooh, jadi kalian udah tamat SMA. Kenapa milih masuk ke universitas ITB?"
"Kenapa ya? Hmm, karena dekat dari arah rumah juga sih, Kak," tutur Auberta.
"Hooh, gitu. Sebentar lagi kalian akan jadi mahasiswa baru nih,"
"Enggak nyangka, ternyata mahasiswa ITB cantik dan baik hati," sambung Audrey, membuat Alda tersipu malu.
"Ya udah, kalau begitu aku duluan ya,"
Alda pun pergi meninggalkan Auberta dan Audrey. Sambil melambaikan tangan dan terdapat pancaran kebahagiaan dari wajah Auberta.
"Daa ... Kak Alda. Hati-hati di jalan!" teriak Auberta melambaikan tangannya.
"Eh, kita lupa minta kontak Kak Alda," seru Audrey, membuat Auberta ikut kelimpungan.
Mereka berdua pun segera keluar dari mall dan mengejar Alda. Tetapi, Alda sudah jauh dari jarak pandangan mereka.
"Yah, enggak keburu lagi dong. Kak Alda udah jauh juga," ucap Auberta.
"Iya, nih. Kalau kita punya kontak Kak Alda, kita bisa tanya informasi lebih jelas mengenai kampus ITB itu," kilah Audrey.
"Gimana kalau besok kita ke kampusnya aja?" ucap Auberta mendapat ide yang lebih bagus. Membuat bola mata Audrey berbinar.
"Iya, bener. Besok kita ke kampusnya aja, sekalian cuci mata bertemu para senior di sana," tutur Audrey tertawa terkekeh. Membuat Auberta memicingkan matanya.
"Hus. Kita ke sana cuma mau bertemu Kak Alda, bukan tujuan ya lain. Ingat Audrey," Audrey pun tersenyum sambil mengangguk.
***
Cancer adalah pribadi yang penuh emosi, sensitif. Selayaknya kepiting mereka sangat protektif dan memiliki pertahanan diri yang tinggi. Mereka takut pada cemoohan, dan akan bekerja dengan diam-diam dibelakang layar untuk mendapatkan apa yang telah mereka rencanakan. Mereka tidak mau mengambil resiko dalam hidupnya dan selalu konsisten membayar hutang mereka.
Cancer sangat mendambakan kerapian dan kebersihan. Cancer sangat simpatik terhadap orang lain oleh karena itu, sulit mengerti seperti apa sebenarnya pribadi mereka.
Cancer memiliki intuisi yang kuat dan dapat mengetahui pikiran-pikiran dan perasaan yang ada pada orang-orang yang dijumpai. Mereka bisa menjadi sangat agresif jika seseorang menantang mereka, maka dari itu jangan main-main dengan kepiting kecuali kamu siap untuk dicapit oleh mereka.
Seperti halnya Gio, masalah yang terjadi tadi membuat dia masih meluapkan emosinya. Gio berjalan di jalan kompleks rumahnya dengan memakai earphone di telinga, hal aneh yang mungkin terjadi. Sambil menenteng gitarnya yang berwarna coklat. Mereka para cancer ingin ketenangan lebih dari segalanya. Rumah sangatlah penting untuk mereka dan jika ada permasahalan keluarga, mereka akan mudah putus asa.
Sore hari ini udaranya ikut bersahabat, angin berhembus menerpa wajah Gio yang terlihat murung. Pakaian kaos hitam dan celana jeans melekat di tubuhnya, serta penampilan rambut khasnya yang dibelah dua. Sebuah topi coklat terlihat indah tertancap dikepalanya.
Gio masih berjalan dengan santai, saat dia tiba di depan toko langkahnya terhenti. Gio menatap papan nama toko tersebut.
'Cup Cake Star'
"Nama yang unik," lirih Gio. Saat itu juga, perutnya berbunyi dan dia langsung masuk ke toko kue tersebut.
Toko kue ini dari arah luar terlihat kecil, tetapi saat Gio masuk ke dalam matanya dibuat melotot. Interior yang sangat bagus, semua bergambar bintang. Gio ikut mengernyitkan dahinya karena teringat kembali akan masa lalunya. Merasa tak peduli, Gio langsung duduk di kursi yang telah di sediakan. Gio menatap Para pelanggan yang sedang mengantri mencoba menikmati cup cake toko ini, dengan sabar duduk di tempat yang senyaman ini.
Seorang perempuan dewasa mendekat ke arah Gio dan tersenyum ramah kepadanya. Sambil memberikan daftar pesanan kue yang tersedia di toko ini.
"Mau pesan apa anak muda yang ganteng," ucap perempuan itu sambil menampakkan giginya. Tetapi, Gio sama sekali tidak dapat mendengarnya, karena sedang fokus menatap menu makanan.
"Buk, saya mau Cup Cake Perfect coffee buttercream sama jus lemon aja," ucap Gio dan menyerahkan kembali daftar menunya kepada seorang wanita dewasa itu, yang menampakkan wajah ceria.
Gio menunggu sambil meletakkan gitarnya di atas meja dan beralih mengambil benda pipih di saku celananya. Gio akhirnya tenggelam ke dalam benda pipih itu, sambil memainkan beranda media sosialnya.
Dari arah yang sama, seorang gadis terlihat sedang sibuk membawa pesanan dari para pelanggan. Sweater putih dan rok mini coklat melekat di tubuhnya, serta dia sedang memakai celemek yang bergambarkan toko cup cake ini. Rambut yang di kuncir kuda menambah keceriaan gadis ini dan dengan mudah bisa membawa setiap pesanan para pelanggan.
Ya, itu Alda. Tanpa disengaja, Gio kembali menginjak kakinya ke tempat gadis yang paling dia benci. Tanpa tahu apapun, Gio masih terlihat fokus ke ponselnya. Tanpa bisa mendengar sedikitpun suara Alda yang sedang menyapa semua pelanggan.
Alda kembali ke tempat Mamanya, dimana Morie sedang menyiapkan cup cake kepada semua pelanggan. Alda bolak-balik ke tempat pembuatan kue dan kembali ke tempat para pelanggan. Alda membawa pesanan pelanggan sambil terus melemparkan senyum manisnya. Semua pelanggan menjadi tak bosan menunggu, karena Alda terus memberi hiburan dengan cara bernyanyi. Membuat para pelanggan ikut bersenang.
Berbeda dari arah belakang dan saling berlawanan arah, Gio duduk sendiri dengan tenang di sana.
Pesanan Gio sampai dan akhirnya cowok ini beralih menatap seorang perempuan dewasa itu. Gio tanpa ekspresi sedikitpun langsung menyimpan ponselnya dan beralih menikmati cup cakenya.
"Ini cap cake yang tuan muda pesan, untuk minumannya sebentar lagi ya, sedang disiapkan," ucap perempuan itu yang ternyata Mamanya Alda. Morie. Gio mengernyitkan dahinya saat memahami ucapan perempuan ini yang menyebutkan dirinya tuan muda.
"Silahkan dinikmati, Tuan muda," ucap Morie lagi. Gio akhirnya mengangguk pelan dan langsung mencoba cup cakenya. Morie pun pergi kembali.
"Tuan, ini jus lemonnya,"
Kali ini yang mengantarkan minuman tersebut adalah Alda. Alda tersenyum dan langsung meletakkan jus yang Gio pesan. Alda ingin sekali menatap wajah Gio, karena saat Alda menyiapkan jus lemon yang Gio pesan Morie mengatakan pelanggan yang memesan jus lemon itu sangat tampan. Dan Morie menyuruh Alda untuk memanggilnya dengan sebutan 'Tuan'
Gio sama sekali tak mendongakkan kepalanya untuk memastikan siapa yang mengantar jus itu. Karena tidak mau berhadapan lagi dengan orang-orang yang akan membuat dirinya merasa risih. Tipe cancer suasana hati yang tidak menentu, sentimentil. Dengan menjulurkan tangan untuk meminum jus lemon minuman kesukaannya. Gio menyeruput jus lemon itu pelan.
"Tuan muda, gimana rasa jus lemonnya? Enak? Manis enggak? Alda buatin itu dengan rasa cinta loh. Terus, Alda tambahin hati Alda ke jus lemon itu supaya hati Tuan merasa tenang dan nyaman menikmatinya."
Alda tidak tau kalau Gio sama sekali tidak dapat mendengar apa yang dia bicarakan.
"Alda buat jus lemon itu sesuai pe -"
Semburan jus lemon dari mulut Gio membuat Alda terbelalak kaget. Sampai penjelasan panjang lebarnya itu tidak sempat dilanjutkan lagi. Gio terkejut saat merasakan jus lemonnya yang terlalu manis. Sampai membuat dia menyemburkan jus lemon yang baru saja dia minum.
Gio mendongakkan kepalanya cepat, tepat sasaran manik mata keduanya terbuka sangat lebar, hingga Gio akhirnya menjatuhkan jus lemon itu dengan kasar sampai mengenai sepatu Alda.
Gio bangkit dan menolak kursi dengan kasar, menatap Alda dengan tajam. Tak bisa dihiraukan, Alda menjadi tak berkutik karena Gio memasang ekspresi marah. Dari tatapan matanya saja Gio seperti ingin mengamuk. Alda diam dengan jantung yang berpacu sangat cepat. Hingga akhirnya, sebuah pertengkaran mulai terjadi kembali.
"Lo? Jadi, lo kerja di sini dan lo yang buat jus lemon ini? Pantes rasa dan baunya busuk banget. Gue kira gue ke sini bisa menikmati makanan di sini dengan nyaman. Tapi, karena tiba-tiba lo muncul semua jadi busuk tau gak!" ucap Gio sedikit pelan dan langsung mengeraskan suaranya di akhir, membuat pelanggan di sana menatap Gio. Alda menggigit bibirnya karena takut.
"Apa yang sebenarnya lo inginkan dari gue, ha! Lo mau ngerusak semua hal yang gue punya?"
"Lo kenapa sih marah-marah mulu sama gue? Lo selalu nuduh gue terus," sergah Alda tak mau kalah.
"Lo seharusnya intropeksi diri, setiap gue ketemu sama lo gue sial mulu. Dari pertama hingga sekarang, kenapa lo terus menampakkan wajah busuk lo di hadapan gue!"
"Lo marah karena masalah tadi? Iya, gue akui gue salah dan gue minta maaf karena udah buat lo jadi berantem sama Kak Rama,"
"Sekarang lo minta maaf hanya karena Rama? Dimana permintaan maaf lo sejak lo buat gue sial mulu, hah! Dimana?"
"Tentang hal itu emang bukan salah gue, lo juga salah,"
"Udah salah lo terus membela diri! Pertahankan aja ego lo sampai mampus!"
Kali ini, Gio tidak bisa menahan emosinya terhadap Alda. Hingga membuat Alda terhenyuk atas perkataan Gio.
"Gue punya kehormatan dan harga diri, jadi gue enggak bakal minta maaf sama lo. Jelas-jelas lo juga salah sama gue. Pertama, lo udah ngerusakin sepeda gue dan kedua lo terus aja ganggu gue. Apalagi, lo juga ngancam gue!"
"Enggak kebalik? Jelas-jelas lo yang udah mulai pertengkaran ini, seharusnya lo bisa mikir dong. Punya otak enggak? Gue kira gadis kayak lo ini benar-benar cupu, ternyata penampilan bisa menipu semua orang. Luarnya aja kelihatan bodoh, di dalam busuk kayak hati lo!"
"Maksud lo apa ngomong kayak begitu?" hentak Alda menolak bahu Gio, membuat cowok ini hendak jatuh dan buru-buru menyeimbangkan.
"Apa? Emang kenyataannya lo gadis norak berhati busuk, cocok banget dijadikan bahan omongan," kilah Gio sumringah.
"Daripada lo, cuma cowok oplas yang bisa ngandelin ketampanan KW!" sela Alda tak bisa menahan emosinya mendengar ungakapan Gio yang menyakitkan.
"Cih! Bagusan gue daripada gadis penumpang popularitas,"
Karena tak tahan dengan ucapan Gio, Alda memukul dada bidang Gio. Air matanya terlihat terkumpul di pelupuk mata.
"Lo boleh ngehina gue kayak begitu, tapi jangan pernah nilai gue numpang popularitas,"
Suara pertengkaran mereka membuat semua pelanggan tak melanjutkan menikmati cup cakenya, mereka malah menonton Gio dan Alda yang sedang mengadu mulut. Sampai suara mereka terdengar hingga ke telinga Morie. Dengan cepat, Morie pun mencari asal sumber suara.
Saat Gio hendak membalas ucapan Alda, morie langsung menghentikan Alda yang hendak memukul Gio.
"Alda, apa yang kamu lakukan. Kamu membuat tuan muda kita marah? Tuan, apa yang putri saya lakukan hingga membuat tuan semarah ini?" tanya Morie mencoba menenangkan keduanya. Gio beralih menatap Morie dan memiringkan bibirnya.
"Jadi, gadis busuk ini Putri Ibu? Tolong ya, Buk didik dia dengan benar jangan sampai membuat semua orang jadi musuhnya. Gadis perusuh kayak begini seharunya bisa Ibu didik dengan benar, jangan sampai membuat saya menjadi sial mulu ketemu dia," ucap Gio menunjuk ke arah Alda.
"Maaf, Tuan. Emangnya apa yang Putri saya lakukan hingga tuan begitu membencinya,"
"Pertama, dia berani memulai pertengkaran sama saya. Kedua, pertengkaran demi pertengkaran berasal dari gadis ini. Ketiga dan seterusnya, biang masalah dari dia! Jadi, jika perlu saya akan memberi pelajaran yang setimpal sesuai apa yang dia lakukan ke saya. Jika Ibu! Tidak bisa mendidik dia dengan benar, saya tidak akan tinggal diam lagi. Tolong camkan kata-kata saya!" timpal Gio mengeluarkan emosinya selama ini dengan bercampur perasaan yang sedang rapuh, hingga Gio tidak bisa lagi menahan emosinya.
Kali ini Gio sudah keterlaluan, hingga berani mengeraskan suaranya kepada orang yang lebih tua darinya.
"Lo jangan beraninya ngancem Mama gue dong. Ini masalah kita berdua, dan lo enggak perlu seret Mama gue ke dalam masalah kita," potong Alda mendekat ke arah Gio dan berdiri di hadapannya.
"Masalah kita? Lo pikir lo sama gue itu akan menjadi kita? Jangan harap untuk berani lo sebut kita di antara lo sama gue!"
"Tuan muda, Tuan saya mohon maafkan putri saya. Saya akan memberi apapun yang Tuan muda minta, termasuk harus berlutut," sambung Morie menatap Gio. Perkataan Morie membuat Alda terkejut dan langsung mencegahnya.
"Ma, Mama apa-apaan sih harus ngikutin ucapan cowok oplas ini. Dimana harga diri Mama, mama enggak perlu ngelakuin hal yang enggak pernah Mama lakukan,"
"Tanpa lo cegah pun gue enggak bakal berani berbuat seperti itu. Ibu enggak perlu melakukan apapun atau berlutut untuk menuntaskan semua masalah yang dia lakukan," tutur Gio dnegan suara lembut.
"Kalau begitu, katakan Nak apa yang harus Ibu lakukan supaya semua masalah selesai. Atau, Ibu akan memberi cup cake ini secara gratis kepada kamu," urai Morie dan mengambil cup cake yang Gio pesan tadi dan dijulurkan kehadapannya. Gio menatap cup cake itu dengan raut wajah kesal.
Tangan Gio terjulur dan mengambil cup cake itu. Kini, manik matanya beralih menatap Alda. Alda masih memasang wajah kesal kepada Gio.
"Lo hanya perlu turunkan ego lo dan minta maaf sama gue," pinta Gio sambil menempelkan cup cake itu ke wajah Alda, membuat semua mata yang memandang ikut terkejut. Gio pun pergi meninggalkan semuanya.
SUKSES!