"Aku adalah orang yang emosional meskipun aku nggak menunjukkannya secara langsung. Aku harap kau memahamiku."
_Nathaniel Gio Alfaro
***
Alda mengejar Gio yang telah berjalan jauh. Sambil terus berlari dan tiba di kantin, Gio duduk di tempat yang sudah di sediakan. Terlebih dulu, Gio memesan jus lemon. Alda tiba di kantin dengan napas memburu dan langsung duduk di hadapan Gio. Setelah berdiam diri karena perlakuan Gio, membuat Alda menghiraukan perasaannya.
"Ngapain lari-lari, sih?" tanya Gio sambil mengambil ponselnya di seragam Almamater.
"Lo sih, jalannya cepat banget," jawab Alda mendengus. Jus lemon Gio telah tiba, dan cowok ini langsung menyeruputnya. "Lo suka jus lemon?" tanya Alda, tetapi Gio tidak dapat mendengar karena tidak menatap Alda. Akhirnya, Gio menengadah dan menatap Alda.
"Jadi, lo mau wawancara gue sekarang?" tanya Gio meletakkan ponselnya.
"Ya udah, sekarang juga gapapa," Alda pun mengeluarkan buku dan ponselnya di taruh ke dalam tote bag.
"Langsung aja ya?" Gio hanya mengangguk.
"Jadi, menurut Kak Gio sendiri gimana sebuah seni rupa jika berada di kalangan masyarakat? Bisa membawa dampak positif atau justru negatif?" tanya Alda memulai mewawancarai Gio. Gio menatap ke arah Alda sambil tangannya melipat ke dada.
"Menurut gue, seni kan sebuah karya yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep titik, garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan cahaya. Dengan adanya pameran seni yang dipamerkan ke masyarakat, mungkin di antara banyaknya salah satu dari mereka bisa menumbuhkan bakat dan minat. Dengan begitu, karya seni rupa akan berkembang dan populer di kalangan masyarakat yang luas. Bisa membuat anak bangsa Indonesia menjadi media dalam ajang memperkenalkan seni media mereka," jelas Gio dan Alda mengangguk pelan.
"Gitu aja, Kak,"
"Gitu aja sih, selebihnya bisa dipahami lewat penjelasan tadi,"
"Oke, terima kasih Kak Gio," Alda melempar senyum dan Gio hanya mengangguk. Sembari mematikan rekaman dari ponselnya.
"Giliran gini aja lo ngomongnya sopan banget sama gue," tukas Beo menatap Alda.
"Ya, kan demi tugas."
"Kalau gitu, gue ke kelas dulu. Udah jam istirahat juga," pungkas Gio.
"Oke,"
Alda berjalan keluar gedung kampus, karena kelasnya telah selesai sesuai intruksi guru seninya. Alda berjalan ke arah perkiran untuk mengambil sepedanya.
***
Dari arah gerbang, terlihat dua orang gadis sedang bersembunyi di balik tembok. Dengan mengedarkan manik matanya ke dalam kampus tersebut. Auberta sesekali melirik jam tangannya, menunjukkan pukul 13:00 WIB.
Siang hari menambah nuansa nyaman, dengan angin sepoi-sepoi yang membuat tubuh seketika sejuk dan sesekali terasa sengatan panas matahari. Dari arah gerbang kampus, terlihat dua orang gadis sedang mengobrol bersama. Auberta memakai sweater kuning dengan rok panjang berwarna putih. Kerudung kuning juga membuat gadis ini tampak indah. Audrey yang sedang mengulum senyum, dengan sweater putih serta celana jeans membuat dia tampak lebih tinggi. Kerudung coklat ikut menutupi kepalanya.
Kedua gadis itu sudah beranjak dewasa dan merubah menampilan mereka. Sudah menyelesaikan pendidikan di SMA masing-masing. Mereka akan segera memasuki pendidikan yang lebih tinggi.
"Auberta, aku enggak berani nih. Banyak banget mahasiswanya lagi nongkrong tuh,"
"Ih, Audrey. Kemarin kamu bilang mau cuci mata ketemu senior di sini, kenapa sekarang malah ketakutan?"
"Tapi, gimana di antara mereka ada mahasiswi yang jahat kayak di sekolah kamu,"
"Enggak, di Bandung mah semua orang baik. Enggak mungkin ada orang jahat. Ayo, kita masuk dan tanya satpam di parkiran sana,"
Auberta dan Audrey pun dengan langkah pelan memasuki kampus tersebut. Dari arah parkir, Alda menaiki sepedanya. Saat hendak mengayuh, gerakannya terhenti saat melihat Auberta dan Audrey. Alda turun dan berteriak kencang.
"Vernanda! Valencia!" jerit Alda, membuat empu yang dipanggil beralih menatap dan segera mendekat ke arah Alda.
"Hai Kak Alda," sapa mereka berdua.
"Kakak kenapa malah panggil kita nama akhir?" tanya Audrey bingung.
"Heheh, habisnya aku aneh aja sama kalian. Kalian berdua kayak kembar tau, nama inisialnya aja sama. Huruf pertama A dan huruf kedua V. Kan jadi gemes," jawab Alda tersenyum ke arah mereka.
"Kakak juga, huruf pertama dengan angka A," tutur Auberta.
"Oh ya, Kak. Kakak mau kemana, kelasnya udah selesai?" tanya Audrey.
"Udah, ini aku mau pulang. Oh ya, kalian ngapain ke sini?"
"Kami mau minta kontak Kak Alda, supaya bisa tanya-tanya informasi kampus ini. Bolehkan, Kak?" papar Auberta yang berdiri di depan Alda. Tinggi mereka hanya terpaut beberapa senti dan Alda lebih tinggi dari Auberta dan Audrey.
"Hooh, boleh. Bentar ya. Kalian capek-capek ke sini cuma mau minta nomor aku," Alda merogoh tote bagnya mencari ponsel. Mereka berdua hanya tertawa kecil.
Dari arah depan kampus, terlihat Gio, Gavino, dan Eros sedang berjalan keluar. Mereka berhenti tepat di depan gedung. Gio memicingkan matanya ke arah Alda yang berada sedikit jauh dari tatapan mereka.
"Si Alda sama siapa tuh? Ada dua cewek lagi. " tunjuk Eros ke arah Alda.
Gio mencoba menatap lekat-lekat ke arah dua gadis berkerudung itu, tetapi pandangan Gio tertutup karena Alda berdiri di depan mereka. Dan membelakangi Gio dari belakang.
"Fans Alda kali," jawab Gavino tertawa kecil.
Gio sama sekali tak peduli dengan apa yang mereka bicarakan, tetapi entah kenapa rasa penasarannya kepada dua remaja itu membuat hatinya tiba-tiba bergejolak. Gavino yang melirik Gio yang diam, menyenggol lengannya.
"Lo kenapa?" Gio menggelengkan kepalanya.
Karena rasa penasarannya begitu kuat, Gio akhirnya melangkahkan kakinya ke hadapan mereka. Tetapi, saat Gio hendak mendekat mereka berdua sudah berjalan pergi.
"Wah, makasih Kak Alda. Kalau begitu kita langsung pulang ya. Daa ...." ucap Auberta melambaikan tangannya ke arah Alda yang tersenyum. Mereka berdua pun keluar dari kampus.
Gio menghentikan langkahnya karena kedua gadis itu telah pergi, saat Alda hendak menaiki sepedanya, Alda memutar kepala dan melihat Gio yang menatap dirinya.
"Ngapain lo natap gue kayak begitu!" jerit Alda mendekat ke arah Gio yang kebingungan sambil terus mengedar pandangan ke luar gerbang.
"Kegeeran banget sih lo," timpal Gio dan langsung berjalan pergi ke arah pakiran.
***
Setelah pulang dari kampus, Alda langsung pulang dan mengerjakan aktivitasnya seperti biasa. Alda terlihat sedang mengayuh sepeda mengantar orderan para pelanggan seperti biasa. Dengan memakai pakaian berwarna kuning dicampur hitam, serta sepatu boot hitam tampak indah dipandang. Rambut yang dikuncir gaya khasnya membuat Alda tampil cantik. Dengan gerakan pelan, Alda mengayuh sepedanya sambil tersenyum.
Setelah tiga jam menghabiskan waktu di jalan, Alda menganyuh sepedanya cepat untuk kembali pulang. Ketika Alda mendongakkan kepala ke langit, yang terlihat hanya gumpalan awan tebal yang berwarna gelap. Alda menghentikan sepedanya sembari melirik ke arah jam tangannya. Sudah menunjukkan pukul 16:00 WIB. Ternyata sudah sore, gumam Alda.