"Saat aku menyayangi seseorang, aku siap memberikan perhatian dan waktuku untuknya."
_Nathaniel Gio Alfaro
***
Alda tiba di kampusnya, sambil memarkirkan sepeda ke tempat biasa. Setelah itu, dia langsung menuju lantai lima dimana kelas seni berada.
Saat Alda berjalan memasuki koridor kampus, dari jarak depan Gio juga sedang berjalan bersama kedua temannya. Gavino dan Eros sambil merangkul Gio yang berada di tengah-tengah mereka. Alda menatap ke arah Gio yang juga menatap dirinya dengan datar.
Saat keduanya saling berlawanan arah, Gio menghentikan langkah dan menarik lengan Alda dengan cepat.
"Lo mau kemana?" tanya Gio santai. Membuat Alda berbalik dengan cepat hingga tubuh keduanya mendekat. Alda menyeimbangkan tubuh sambil berpegangan di ujung kemeja Gio. Keduanya saling bertatapan, membuat mahasiswa yang lewat berbisik pelan. Sepertinya mereka tidak suka dengan pandangan ini. Alda pun tersadar dan mundur beberapa langkah.
"Kenapa? Gue mau ke gedung seni," jawab Alda.
"Lo lupa janji sama gue? Apa sekarang tugas lo?" tanya Gio mengingatkan perjanjian mereka kemarin.
"Gue enggak lupa kok, ini gue juga sambil cari Kak Rama,"
"Kalau begitu ikut gue dulu," tutur Gio dan menarik lengan Alda tanpa persetujuan dirinya. Alda pun pasrah dan tidak mau memulai pertengkaran lagi.
Mereka berjalan di sepanjang koridor kampus, dengan Gio menarik lengan Alda yang tertinggal jauh di belakang. Semua mahasiswa yang melihat mereka menjadi tak suka atas kejadian tersebut. Saat mereka hendak berbelok ke koridor selanjutnya, langkah Gio terhenti secara mendadak dan membuat Alda menambrak Gio dari belakang.
Gio menatap Rama yang muncul secara tiba-tiba di depannya. Rama terlihat memasang wajah tak suka menatap Gio. Alda pun melepas pegangan Gio dan menyembulkan tubuhnya yang kecil ke samping Gio.
"Lo mau nyakitin Alda lagi? Belum puas setelah kejadian kemarin?" tanya Rama sengit. Membuat Alda menghentikan Rama supaya tidak salah paham.
"Kak Rama, Alda baik-baik aja kok. Kak Gio enggak nyakitin Alda lagi kok, kita udah baikan," sahut Alda mencoba tersenyum ke arah Rama.
"Yakin?"
"Bener, Kak. Kalau gitu ayo ikut gue," Rama hendak menarik lengan Alda, tetapi Gio mencekal tangan Rama. Membuat keempat bola mata itu beralih menatap Gio yang memasang wajah tegas.
"Dia ikut gue," tutur Gio, membuat Rama dan Alda beralih menatap ke arah Gio yang memasang wajah datar. "Ayo,"
Gio pun menarik lengan Alda cepat, supaya tidak berlama-lama di depan Rama. Bisa-bisa mereka bertengkar. Gio membawa Alda ke kantin dan segera memerintah Alda sesuai janjinya kemarin. Menjadikan Alda sebagai asisten Gio.
"Pesanin gue jus lemon sama puding, ga pake lama!" perintah Gio sengit menyuruh segera Alda. Alda mendengus kesal mendengar perintah dari Gio, dan dia hanya bisa pasrah. Bisa-bisa keluarganya yang jadi taruhan jika tidak nurut perintah Gio.
Tak membutuhkan waktu lama, Alda membawa jus lemon serta puding yang Gio pesan. Gio menatap Alda tanpa ekspresi dan langsung menyerupt jus tersebut dari tangan Alda.
"Lo enggak campurin racun kan?" tuduh Gio, seketika Alda naik pitam.
"Ih, lo nuduh mulu jadi orang. Alda bukan orang kayak begitu ya, lagian yang buat jus lemon bukan Alda,"
"Bagus deh, kalau lo sadar. Setelah kelas selesai, lo anterin gue pulang," timpal Gio tanpa persetujuan Alda.
"Lah, lo kan biasanya pulang naik mobil. Kenapa harus Alda yang anterin,"
"Gue sengaja enggak bawa mobil, supaya bisa pulang bareng lo," jawab Gio santai melihat Alda yang seketika diam.
"Kenapa?"
"Lo kan asisten gue, jadi lo harus nurut sama gue!"
"Iya-iya. Enggak usah ngegas juga,"
"Lo ngajak ribut mulu, sih,"
"Alda cuma membela diri supaya lo enggak -"
"Udah diam, lo nyerocos mulu. Gue lagi makan nih,"
"Dia yang ngajak ribut, Alda yang kena getah. Dasar oplas!" timpal Alda berbisisk kepada dirinya sendiri.
Setelah beberapa detik menghabiskan waktu di kantin, mereka langsung menuju ke gedung masing-masing. Gio berjalan ke Fakultas matematika, dimana gedung astronomi berada tepat di sampingnya. Gedung astronomi dilengkapi dengan perpustakaan di lantai 6 gedung center for advanced science. Mempunyai ruang diskusi private, koneksi internet yang stabil, laboratorium komputasi, dan observatorium.
***
Tepat pukul 12: 00 WIB, Alda telah selesai belajar dan kini dia berada di gedung matematika. Menunggu Rama untuk memperbaiki persahabatan Gio dan dirinya. Setelah lima menit menghabiskan waktu sambil berdiri bersender, Rama terlihat menuruni tangga dan Alda langsung mendekat.
"Kak Rama, Alda mau ngomong sesuatu," ujar Alda.
"Ngomong apa?"
"Ngomongnya di taman kampus aja ya,"
Alda menuruti dan langsung menarik lengan Rama berjalan ke taman kampus. Saat mereka telah tiba di sana, mereka berdua pun langsung duduk di kursi besi bulat. Saat itu juga, ponsel Alda berbunyi dan menampilkan sebuah pesan masuk. Alda membuka pesan tersebut.
[Oplas Watek]
"Woi norak! Lo dimana sih? Gue udah nunggu lo di parkiran nih, buruan kemari. Anterin gue pulang!"
Alda membaca pesan dari Gio sambil menghembuskan napas dan dengan perasaan kesal. Entah dari mana cowok ini mendapatkan nomor Alda secepat itu. Tanpa memperdulikan Gio, Alda langsung duduk di samping Rama. Alda tak membalas pesan dari Gio. Lain halnya dengan Gio, dia sudah kesemutan menunggu Alda tak kunjung datang.
"Kak Rama, Alda mohon Kakak jangan benci sama Kak Gio," ujar Alda membuka inti pembicaraan.
"Lah, kenapa kita ngomongin dia,"
"Ini hal yang mau Alda bicarakan, Kak. Alda cuma enggak mau gara-gara Alda persahabatan kalian jadi rusak. Kak Rama enggak juga baikan sama Kak Gio,"
"Dengar Alda, ini enggak ada hubungan sama lo sama sekali. Dan ini juga bukan salah lo, berhenti untuk merendah dan menyalahkan diri sendiri,"
"Alda tau, Kak. Tapi, tetap aja Alda ngerasa bersalah. Coba aja waktu itu Alda enggak minta tolong sama Kak Rama, mungkin ini semua enggak terjadi,"
"Alda ...."
"Kak, Alda mohon. Kalian berduakan pengurus organisasi, dan belakangan ini Kak Rama jarang banget gabung sama mereka. Kak Rama harus sportif dong, jangan hanya karena Kakak lagi marahan sama Kak Gio, Kakak menyampingkan pekerjaan Kakak sebagai mahasiswa. Alda mohon ya, Kak. Lakukan ini demi Alda, Kakak lupa kalau Alda itu sayang banget sama Kak Rama,"
Rama terdiam mendengar penuturan Alda yang membuat hatinya sedikit luluh. Alda terus memasang wajah sedih supaya Rama mau memperbaiki semuanya.
"Gue enggak bisa nolak kalau lo udah mohon-mohon sama gue," ujar Rama.
"Jadi ... Kakak mau maafin Kak Gio kan?" tanya Alda antusias, dan Rama mengangguk pelan.
"Alda tau, Kakak punya hati baik banget. Kalau misalkan Kakak ngerasa tersaingi sama Kak Gio, jangan hanya adu mulut. Tapi, buktikan dengan prestasi Kakak juga. Dengan begitu, Kak Rama juga akan ikut tersorot,"
"Makasih Alda, lo udah nyadarin gue,"
"Iya. Kan enggak baik juga kita marahan sama sahabat. Ya udah, ayo Alda anterin ke Kak Gio,"
Mereka berjalan ke arah parkir dan terlihat di sana Gio sedang berdiri bersender di tembok dekat tempat parkir. Alda tertawa kecil dan merutuki dirinya.
"Setia banget sampe nunggu Alda, dasar oplas," batin Alda.
"Kak Gio," panggil Alda sambil menyentuh pundak Gio. Gio berbalik dan melihat mereka dengan datar.
"Gue minta maaf," ujar Rama menjulurkan tangannya. Gio menatap uluran tangan tersebut dan beralih menatap Alda yang tersenyum sumringah ke arahnya sambil mengangguk. Memberi kode kepada Gio untuk menerima permintaan maaf Rama.
"Gue minta maaf soal kejadian kemarin, enggak seharusnya gue punya pengakuan buruk seperti itu. Nyatanya, lo emang enggak bisa terkalahkan. Karena Alda udah nyadarin gue enggak seharusnya berlama-lama bermusuhan seperti ini. Sekali lagi, gue minta maaf dan semoga persahabatan kita bisa kembali," jelas Rama menatap Gio yang terdiam. Setelah selang beberapa detik, Gio akhirnya membalas uluran tangan Rama.