Chereads / Perjuangan Cinta Dari Kutukan Ular / Chapter 30 - 30. Hadiah Untuk Pendekar Sutra Ungu Bagian II

Chapter 30 - 30. Hadiah Untuk Pendekar Sutra Ungu Bagian II

Setalah lima belas hari sepasang mahkota dengan karakter berwarna ungu telah jadi. Kerangka mahkota dari emas yang bisa disesuaikan dengan lingkar kepala pemakainya. Mahkota itu di taburi batu kristal dan berlian berwarna ungu. Mahkota ini sangat indah sekali, dan tentu saja sangat mahal. Tapi bagi Prabu Kamandanu hadiah ini sebanding dengan pengorbanan Pendekar sutra ungu untuk kerajaan Pringsewu.

Ketokrek!

Ngeek!

Suara kuda dari tukang pembuatan mahkota sampai di istana Pringsewu. Dia mengirimkan pesanan mahkota untuk Prabu Kamandanu.

"Sugeng enjing! Saya mau mengantarkan mahkota pesanan Prabu kamandanu," kata tukang pembuat mahkota.

"Oh ya, terima kasih paman," jawab staf istana.

Ketokrek!

Ngeek!

Suara kuda dari tukang pembuatan mahkota pergi meninggalkan istana Pringsewu.

Staf istana itu masuk ke ruang istana. Kebetulan Prabu Kamandanu, Pangeran Arya dan Putri Sekarwati sedang bersama-sama makan buah. Mereka juga makan madu oleh-oleh dari Pangeran Arya. Pangeran mendapatkan madu itu dari siluman lebah raksasa di kawasan istana Raja buto ijo.

"Madunya enak sekali pangeran," ucap Prabu Kamandanu.

"Iya. Teksturnya kental dan rasanya manis," kata Putri Sekarwati.

"Iya Romo, iya dinda. Aku mengambil madu ini dari sarang siluman lebah raksasa. Siluman itu menghuni kawasan istana Raja Buto ijo,"ucap Pangeran Arya.

"Oh begitu? Lalu bagaimana dengan pendekar sutra ungu itu? Apa mereka juga membawa madu?" kata Prabu Kamandanu.

"Tentu Romo. Mereka membawa lebih banyak dari yang aku bawa. Katanya mau di bagikan juga kepada Kiai Benggolo dan muridnya," jawab Pangeran Arya.

"Oh begitu. Baguslah," kata Prabu Kamandanu.

Tiba-tiba staf istana masuk dan menyerahkan pesanan mahkota itu kepada mereka. Mahkota itu terbungkus rapat dengan kain.

"Sugeng enjing Prabu! Maaf mengganggu makan kalian. Hamba kesini mau menyerahkan pesanan Prabu Kamandanu. Pesanan ini dari tukang pembuat mahkota," kata staf istana.

"Iya sugeng enjing Paman. Iya tidak apa-apa paman. Letakkan pesanan saya di meja. Dan paman boleh pergi," kata Prabu Kamandanu.

"Baiklah terima kasih Prabu. Saya pamit keluar," kata staf istana.

"Iya paman terima kasih," kata Prabu Kamandanu.

Staf istana meninggalkan ruangan setelah memberikan pesanan mahkota Prabu Kamandanu. Mereka bertiga selesai makan dan tidak sabar ingin membuka mahkota itu.

"Romo! Ayo kita buka, aku penasaran dengan bentuk mahkota itu," kata Pangeran Arya.

"Iya Romo, ayo kita buka," kata Putri Sekarwati.

"Pastinya baguslah. Aku memesan mahkota itu dari emas di tabur kristal dan berlian serba ungu. Aku memesan dengan harga mahal Pangeran," kata Prabu Kamandanu.

"Wow! Bagus Romo," kata Pangeran Arya dan Putri Sekarwati.

Prabu Kamandanu membuka pesanannya. Mereka bertiga kaget. Uang yang di keluarkan Prabu Kamandanu tidak sia-sia untuk membeli mahkota itu. Desainnya sangat indah di tambah kerangka emas yang kokoh pada mahkota itu. Desain itu sudah disesuaikan lingkar kepala si pemakai, bahwa pemakai mahkota itu adalah pendekar suami istri. Untuk mahkota lelaki bentuknya lebih maskulin dan untuk mahkota wanita bentuknya lebih feminin. Mahkota itu tetap serasi ketika dipandang mata. Karakter warna ungu sudah terlihat dari taburan kristal dan berlian ungu yang menghiasi mahkota itu. Berarti karakter ungu sudah sesuai dengan kepribadian mereka di mahkota itu.

Cekrek!

Prabu Kamandanu membuka kemasan pesanannya.

"Wow! Indah sekali Romo," kata Pangeran Arya.

"Wah mahkota ini sangat cocok di di pakai Romo Wungu dan Bunda Wungu," kata Putri Sekarwati.

"Aku bilang juga apa! Aku memesan dua mahkota ini dengan harga mahal," kata Prabu Kamandanu.

"Iya Romo. Semoga mereka menyukainya," kata Pangeran Arya.

"Aku akan menyimpan mahkota ini, akan kuberikan kepada mereka ketika penobatan Panglima istana," kata Prabu Kamandanu.

"Iya Romo, simpan saja," kata Putri Sekarwati.

Prabu Kamandanu pergi ke kamarnya untuk menyimpan dua mahkota pesanannya. Lalu kembali lagi sambil memakan buah dan madu yang tersisa.

Hadiah ke empat adalah Baju istana dan baju perang. Tentu saja baju itu harus bernuansa serba ungu agar cocok dengan kepribadian Pendekar Sutra Ungu.

"Romo, sekarang tinggal baju untuk mereka," kata Pangeran Arya.

"Iya Romo ada dua," sanggah Putri Sekarwati.

"Baju Apa itu?" tanya Prabu Kamandanu.

"Sepasang baju istana dan sepasang baju perang untuk mereka," kata Putri Sekarwati.

"Iya Romo itu penting sekali untuk identitas panglima kerajaan," sanggah Pangeran Arya.

"Wow! Bagaimana desainnya. Sebaiknya aku panggilkan saja staf istana. Biar mereka mencatat rembukan kalian," kata Prabu Kamandanu.

"Iya Romo," kata Pangeran Arya dan Putri Sekarwati.

"Paman! Paman! Paman!" teriak Prabu Kamandanu kepada Staf istana.

"Iya Prabu," kata staf istana sambil memasuki istana.

"Paman. Engkau tahu Pendekar sutra ungu yang membawa mayat kemarin. Mereka menggunakan pakaian serba ungu," kata Pangeran Arya.

"Ingat Pangeran. Saya sempat ketemu di belakang istana. Mereka juga bertemu dengan Mbok Sumi juga," kata staf istana.

"Iya! Tolong bautkan baju untuk mereka. Pendekar Sutra ungu adalah suami istri. Yang pertama adalah sepasang baju kerajaan. Baju itu harus berwarna serba ungu, dan ada kuharap desainnya bagus. Jangan lupa taburi baju itu dengan berlian atau kristal yang berwarna ungu," kata Pangeran Arya.

"Iya Pangeran," ucap staf istana sambil mencatat apa yang di ucapkan Pangeran Arya.

"Baju yang ke dua adalah sepasang baju perang untuk suami istri itu. Buatlah desain serba ungu juga," ucap Pangeran Arya.

"Iya Pangeran," ucap staf istana sambil mencatat apa yang di ucapkan Pangeran Arya.

"Kira-kira kapan selesainya baju itu," kata Prabu Kamandanu.

"Kira-kira selesai dua puluh lima harian Prabu bahkan bisa sebulan lebih Prabu, Karena baju itu membutuhkan desain dan ketelitian yang sangat tinggi," ucap staf istana.

"Baiklah. Kami tunggu saja. Kami tidak buru-buru. Santai saja. Yang penting baju itu sudah jadi dalam keadaan yang indah. Harus bagus ya, soalnya untuk menunjukkan bahwa Panglima itu di segani di kerajaan kita," kata Prabu Kamandanu.

"Iya Prabu. Saya akan usahakan sebaik mungkin. Saya mohon pamit. Akan segera kami laksanakan pembuatan baju ini," kata staf istana.

"Baiklah. Terima kasih paman," kata Prabu Kamandanu.

"Iya Prabu," kata staf istana sambil pergi meninggalkan istana.

Dua puluh lima hari lebih telah berlalu. Baju pesanan Prabu Kamandanu untuk Pendekar sutra ungu telah selesai. Staf pembuat baju mengantarkan baju mahal itu ke istana Pringsewu.

Ketokrek!

Ngeek!

Suara kuda dari tukang pembuatan baju sampai di istana Pringsewu. Dia mengirimkan pesanan baju mahal untuk Prabu Kamandanu.

"Sugeng enjing! Saya mau mengantarkan baju pesanan Prabu kamandanu," kata tukang pembuat baju.

"Oh ya, terima kasih paman," jawab staf istana.

Ketokrek!

Ngeek!

Suara kuda dari tukang pembuatan baju pergi meninggalkan istana Pringsewu.

Staf istana itu mencari Prabu Kamandanu untuk memberikan pesanannya. Tapi sang Prabu sedang berada di taman istana untuk melihat ikan peliharaannya. Dan saat itu di dalam ruangan istana ada Putri Sekarwati dan Pangeran Arya sedang duduk menikmati buah-buahan.

"Mohon maaf Pangeran dan tuan Putri. Saya telah mengganggu makan kalian. Saya kesini mau mengantarkan pesanan Prabu Kamandanu. Saya cari di seluruh ruangan Prabu Kamandanu tidak ada di istana," kata staf istana.

"Oh iya paman terima kasih! Saya rasa Prabu Kamandanu sedang memberi makan ikannya di kolam taman," jawab Putri Sekarwati.

"Paman di sini dulu sebentar. Aku akan panggilkan Romo Kamandanu," kata Pamgeran Arya.

"Baik Pangeran," kata staf istana.

Pangeran Arya keluar istana sambil mencari Prabu Kamandanu di taman istana.

"Romo! Romo! Romo!. Kemarilah Romo! Pesananmu telah datang," kata Pangeran Arya sambil berlari memanggil Prabu Kamandanu.

"Oh iya Pangeran. Aku akan segera masuk istana," ucap Parabu Kamandanu.

Pangeran Arya dan Prabu Kamandanu masuk istana.

"Romo ini pesanan bajumu untuk Pendekar Sutra ungu itu kan?" kata Putri Sekarwati.

"Iya putriku," kata Prabu Kamandanu.

"Prabu saya ijin pamit dulu," kata staf istana yang mengantarkan pesanan sambil keluar dari ruangan.

"Iya paman," kata Prabu Kamandanu.

"Romo ayo kita buka! Kita sudah menunggu dua puluh lima hari lebih," kata Putri Sekarwati.

"Iya Romo buka," sanggah Pangeran Arya.

"Pasti baguslah, saya memesan baju ini dengan harga mahal. Saya akan membukanya," kata Prabu Kamandanu.

Cekrek!

Prabu Kamandanu membuka kemasan pesanannya. Mereka kagum akan desain bajunya yang bernuansa serba ungu.

Sepasang baju kerajaan di desain dengan warna serba ungu. Serta bagian dada ada taburan kristal yang berwarna ungu. Baju pria terlihat maskulin dan baju wanita terlihat feminin. Tetapi baju itu terlihat mewah dan mahal. Dua baju itu sangat cocok di pakai olah Pendekar Sutra ungu sebagai baju istana kerajaan. Ditambah di padukan dengan mahkota, mereka pasti terlihat berwibawa ketika menduduki jabatan sebagai panglima kerajaan Pringsewu. Rencana baju istana itu digunakan untuk di pakai di istana. Contohnya seperti menghadiri rapat istana ataupun menghadiri acara lain di istana. Dengan pakaian mewah, berarti menunjukkan mereka adalah petinggi istana yang di segani. Aksesoris yang di berikan kerajaan Pringsewu memang sebanding dengan kekuatan dahsyat dari Pendekar Sutra Ungu itu. Karena kekuatan Pendekar Sutra ungu di nilai mengungguli semua kekuatan pendekar di wilayah istana Pringsewu. Prabu Kamandanu dan Pangeran Arya juga menyadari hal itu. Bahwa kekuatan mereka belum bisa mengungguli kekuatan Pendekar Sutra ungu. Makanya Prabu Kamandanu tidak keberatan memberikan hadiah mewah itu kepada mereka. Prabu Kamandanu yakin, apabila Pendekar Sutra Ungu bergabung dan menjadi bagian dari kerajaan, maka kerajaan akan mengalami peningkatan ilmu kesaktian untuk prajuritnya karena didikan dari Pendekar Sutra Ungu itu.

Sementara baju perang di desain menggunakan metal baja. Tetapi di padukan dengan kain berwarna ungu yang sesuai dengan karakter Pendekar Sutra ungu. Baju pria terlihat maskulin dan baju wanita terlihat feminin. Walau menggunakan metal baja, baju wanita di desain memakai rok yang memudahkan Nyai Wungu leluasa untuk berperang. Walau baju wanita agak kelihatan feminin tapi baju itu tetap menampilkan sisi garang dan kewibawaannya. Rencana baju itu di pakai untuk pakaian perang.

Bersambung.