Chereads / Perjuangan Cinta Dari Kutukan Ular / Chapter 34 - 34. Kepergaian Prabu Kamandanu bagian 2

Chapter 34 - 34. Kepergaian Prabu Kamandanu bagian 2

Sementara Pendekar Sutra Ungu sudah duduk dulu dari pagi. Mereka sudah rapi menggunakan pakaian istana dan mahkota pemberian dari Prabu Kamandanu.

"Kira-kira ada apa Romo? Sepertinya sangat penting?" kata Pangeran Arya.

"Iya Prabu. Ada apa ini. Sampai kita berempat di kumpulkan di sini?" sanggah Nyai Wungu.

"Iya! Ini memang sangat penting sekali. Dan kalian berempat adalah orang-orang penting di istana ini. Makanya kalian aku panggil khusus dalam rembukan penting ini," jawab Prabu Kamandanu.

Sejenak empat orang itu terdiam. Sambil menunggu Prabu Kamandanu berbicara.

"Baiklah aku akan sampaikan pelan-pelan. Agar kalian mengerti. Intinya aku akan berpamitan dengan kalian," kata Prabu Kamandanu.

"Apa maksud Romo?" kata Putri Sekarwati.

"Aku akan meninggalkan dunia ini," jawab Prabu Kamandanu.

"Tidak! Kenapa Romo seperti itu. Hu...hu...hu...!" kata Putri Sekarwati sambil menangis.

Kemudian Nyai Wungu mendekat lalu memeluk dan mengelu-elus Putri Sekarwati yang sedang menangis itu.

"Hah! Maaf! Prabu mau bunuh diri atau bagaimana maksudnya," kata Kiai Wungu.

"Kami tidak mengerti Prabu, Apa yang prabu katakan?" sanggah Nyai Wungu.

Sejenak empat orang itu terdiam. Sambil menunggu Prabu Kamandanu berbicara.

"Romo apa maksudnya. Hu...hu...hu...!," kata Putri Sekarwati sambil menangis.

"Ibumu. Dewi Larasati sudah mengajakku hidup bersama. Aku akan menjadi dewa dan hidup bersama bidadari itu. Aku akan hidup di alam lain bersama ibumu. Aku kemarin malam di temui lewat mimpi. Mimpi itu sangat nyata," kata Prabu Kamandanu.

"Apa! Jadi Romo akan meninggalkan kami?" kata Putri Sekarwati.

"Iya Putriku, Maafkan aku. Aku sudah berjanji dengan ibumu. Ketika Kerajaan ini sudah ada ahli waris yang menggantikan kepemimpinanku aku akan segera pergi untuk hidup bersama ibumu," kata Prabu Kamandanu.

"Hu...hu...hu," tangis Putri Sekarwati sambil di peluk Nyai Wungu.

"Sabar nduk," kata Nyai Wungu sambil memeluk dan mengelus-elus Putri Sekarwati.

"Aku juga tidak bisa menolak janji itu Putriku. Aku sudah berjanji dengan ibumu. Kami akan hidup bersama," kata Prabu Kamandanu.

"Dari sejak lahir aku belum pernah bertemu dengan sosok ibuku," kata Putri Sekarwati.

"Wajah ibumu sama seperti dirimu. Dia adalah bidadari yang cantik. Dia tidak bisa tua. Romo tidak bisa tua karena Romo di beri anugerah olehnya. Aku di beri susuk kantil bidadari. Susuk itu bisa membuatku hidup abadi tapi bisa memilih hari kematianku sendiri. Susuk itu membuatku awet muda. Aku juga tidak akan bisa tua. Makanya banyak yang mengira aku dan Putri Sekarwati pacaran. Padahal hubungan kita adalah bapak dan anak," kata Prabu Kamandanu.

"Aku tidak bisa melarang Romo, karena itu adalah janji Romo kepada ibuku," kata Putri Sekarwati.

"Tapi aku dulu juga pernah berjanji padamu. Akan berjanji akan pertemukan engkau dengan ibumu. Dewi Larasati memberikan solusi kepada kita," kata Prabu Kamandanu.

Tiba-tiba Prabu Kamandanu mengeluarkan batu mestika hitam.

"Dengan batu ini. Khusus untuk kalian. Jika kalian merasa rindu denganku, Kalian bisa bertemu denganku. Kalian bisa melihat istana istriku dan masuk ke dalamnya. Bertemu aku dan istriku. Dan bisa bertemu penduduk istana gaib milik istriku. Istriku memang mempunyai istana gaib di telaga Pringsewu. Penduduknya adalah para dewa, dewi dan bidadari. Dan istriku adalah ahli waris pemimpin di istana itu. Aku akan di jadikan Raja setelah menjadi Dewa. Istana itu tidak bisa di lihat oleh mata biasa. Tapi dengan batu ini kalian bisa menembus alam gaib itu.," kata Prabu Kamandanu.

"Lalu bagaimana cara menggunakan mestika itu Prabu," kata Kiai Wungu.

"Ini khusus untuk kalian berempat saja. Mestika ini di celupkan ke dalam air. Lalu basahi mata kalian dengan air yang menempel di mestika ini. Kalian sudah bisa melihatku dan bisa melihat istana gaib milik istriku. Selamanya kalian akan bisa melihatku secara gaib. Tapi sebaiknya membasuh mata kalian di lakukan setelah aku mati," kata Prabu Kamandanu.

"Baiklah Prabu," kata Kiai Wungu.

"Maka dari itu simpanlah mestika ini. Mestika ini adalah kunci kalian bisa bertemu denganku si alam gaib," kata Prabu Kamandanu.

"Hu...hu...hu...! Romo! " kata Putri Sekarwati sambil menangis tersedu-sedu.

"Sabar nduk," kata Nyai Wungu sambil memeluk dan mengelus-elus Putri Sekarwati.

"Sebentar lagi kamu akan bertemu dengan ibumu Putriku," kata Prabu Kamandanu.

"Aku tidak menyangka! Percakapan ini membahas tentang kepergian Romo Prabu," kata Pangeran Arya sambil meneteskan air mata.

"Iya Raden. Kami juga tidak menyangka. Prabu Kamandanu pergi secepat ini," kata Kyai Wungu.

"Aku sebenarnya tidak pergi. Tapi hanya hidup di alam yang berbeda," jawab Prabu Kamandanu.

"Tapi maaf Prabu? Nanti Prabu akan meninggal. Yang jadi pertanyaan saya. Prabu itu meninggalnya bagaimana. Masa mau bunuh diri?" kata Nyai Wungu.

"Ha...ha...ha...! Ya tidak Nyai Wungu. Kamu masih saja bisa menghasilkan suasana tertawa di saat orang lagi sedih," kata Prabu Kamandanu.

"Makanya saya bingung Prabu," kata Nyai Wungu.

"Aku bertapa di gua Pringsewu. Setelah itu aku meninggal. Kemudian arwahku menjadi dewa dan menyusul istriku. Kemudian tolong jasadku di makamkan di dekat istriku. Di telaga Pringsewu itu ada makam. Makam itu adalah makam istriku. Kami sudah berjanji makam kami di dekatkan," kata Prabu Kamandanu.

"Iya Prabu. Masalah pemakaman nanti akan kami atur," kata Kiai Wungu.

"Dulu istriku juga berat menjadi manusia. Dia dari bidadari kemudian meminta kepada dewa. Lalu bertapa di gua Pringsewu dekat telaga Pringsewu. Pertapaan itu di kabulkan dewa lalu di beri jasad manusia yang kemudian arwah bidadari itu masuk ke dalam jasad pemberian dewa," kata Prabu Kamandanu.

"Iya berat sekali Prabu," kata Nyai Wungu.

"Semua itu di lakukan Dewi Larasati karena sangat mencintaiku. Syaratnya juga cukup berat. Setelah melahirkan anak. Dia akan meninggal dan arwahnya menjadi bidadari lagi. Makanya setelah Putri Sekarwati lahir istriku telah tiada," kata Prabu Kamandanu.

"Hu...hu...hu...! iya Romo! Perjuangan ibuku untuk mencintai Romo sangat berat. Karena kalian hidup di alam yang berbeda. Bagaimanapun juga aku ingin sekali bertemu dengan ibuku," kata Putri Sekarwati sambil menangis tersedu-sedu.

"Sabar nduk, nanti kita temani ya," kata Nyai Wungu sambil memeluk dan mengelus-elus Putri Sekarwati.

"Iya bunda," kata Putri Sekarwati.

"Ya begitulah kisah cinta kami. Tapi kami saling mencintai. Aku menikah dengan Dewi Ambiwati karena tuntutan Rakyat untuk mengisi kekosongan kursi Ratu. Aku tidak mencintainya sama sekali. Cintaku hanya untuk Dewi Larasati," kata Prabu Kamandanu.

"Sekarang kami sudah mengerti Prabu. Tapi hebat cinta kalian sangat tulus," kata Kiai Wungu.

"Iya Kyai. Terima kasih. Aku berpesan kepada Kyai Wungu dan Nyai Wungu titip anakku," kata Prabu Kamandanu.

"Iya Prabu," kata Nyai Wungu.

"Sebentar lagi aku akan meninggalkan dunia ini. Aku berharap kalian mau menjadi orang tua sambung untuk Pangeran Arya dan Putri Sekarwati. Berikan kasih sayang kepada mereka seperti anak kalian sendiri," kata Prabu Kamandanu.

"Tentu saja Prabu, kami sudah menganggap mereka seperti anak kita sendiri. Kami akan berikan kasih sayang terbaik untuk mereka. Maklum kami tidak pernah menimang anak sejak janin kita di rampas oleh dukun gelap itu," kata Nyai Wungu.

"Dan atur acara pernikahan mereka. Lalu atur juga acara penobatan Pangeran Arya dan Putri Sekarwati menjadi Raja dan Ratu. Itu adalah ahli warisku. Aku titipkan semuanya pada kalian," kata Prabu Kamandanu.

"Iya Prabu kami akan atur acaranya," kata Kiai Wungu.

"Terima kasih Kyai Wungu dan Nyai Wungu," kata Prabu Kamandanu.

"Secepat itukah Romo pergi meninggalkan kami?.Hu...hu...hu!" kata Putri Sekarwati sambil menangis.

"Iya Putriku. Besok aku segera bertapa di gua Pringsewu. Lalu kalian siapkan pemakaman untukku," kata Prabu Kamandanu.

"Hu...hu...hu...! Romo! " kata Putri Sekarwati sambil menangis tersedu-sedu.

"Sabar nduk," kata Nyai Wungu sambil memeluk dan mengelus-elus Putri Sekarwati.

Besok pagi Prabu Kamandanu mulai pergi bertapa di gua Pringsewu. Dengan di temani Pendekar Sutra Ungu, Putri Sekarwati dan Pangeran Arya di luar gua Pringsewu. Sehari lamanya beliau bertapa lalu menghembuskan nafas terakhir. Arwah Prabu Kamandanu keluar dari jasadnya kemudian menjadi dewa.

Prabu Kamandanu di jemput oleh istrinya, Dewi Larasati. Mereka menuju istana gaib yang berada di telaga Pringsewu. Mereka bertemu dan bercakap-cakap dalam dunia gaib.

"Dinda? Aku sudah menepati janjiku," kata Prabu Kamandanu.

"Kemarilah Kanda. Kita akan hidup di istana ini selamanya. Jadilah kanda Rajaku," kata Dewi Larasati.

"Dan jadilah engkau Ratuku," kata Prabu Kamandanu.

"Ini adalah istana gaib kita kanda. Kita akan berkuasa di sini," kata Dewi Larasati.

"Iya Dinda, aku bahagia bersamamu," kata Prabu Kamandanu.

Prabu Kamandanu dan Dewi Larasati hidup di istana gaib. Mereka hidup bahagia. Mengatur ekosistem dan kehidupan istana gaib mereka.

Prabu Kamandanu berpesan kepada Putri Sekarwati, Pangeran Arya dan Pendekar Sutra Ungu, ketika arwah Prabu Kamandanu terpisah dari jasadnya, Gua Pringsewu mengeluarkan asap putih. Maka mereka harus segera mengurus jasad Prabu Kamandanu.

"Dinda! Gua itu sudah mengeluarkan asap putih. Berarti arwah Prabu Kamandanu sudah terpisah dari jasadnya," kata Kiai Wungu.

"Benar kanda, ayo semuanya kita masuk," ucap Nyai Wungu.

"Iya," kata Putri Sekarwati dan Pangeran Arya.

Putri Sekarwati, Pangeran Arya dan Pendekar Sutra Ungu masuk ke dalam gua Pringsewu. Mereka menemukan Prabu Kamandanu sudah tidak bernyawa lagi. Saat itu pemakaman dekat dengan Dewi Larasati juga sudah di persiapkan. Pendekar Sutra ungu sudah memberi tahu kepada penduduk istana dan masyarakat Pringsewu, bahwa Prabu Kamandanu akan meninggalkan mereka lewat pertapaan. Semua sangat sedih kehilangan Prabu Kamandanu. Tapi mereka menyadari hal itu semua adalah keinginan sang Prabu. Pemakaman langsung di lakukan saat itu juga.

"Teng! Teng! Teng! Pengumuman! Pemakan Prabu Kamandanu akan segera di laksanakan. Di harapkan penduduk istana menghadiri acara ini," kata staf istana sambil membunyikan lonceng.

Penduduk istana Pringsewu menghadiri pemakaman Prabu Kamandanu. Lima jam berlalu acara pemakaman Prabu Kamandanu telah selesai. Semua orang kembali ke istana dan ke rumah masing-masing dengan hati yang sedih.

Bersambung.