Chereads / Madu Untuk Suamiku / Chapter 18 - Bara dan Anna

Chapter 18 - Bara dan Anna

Bara duduk di balkon kamar tepat nya di apartemen milik Anna. Ia menatap jauh ke depan sana melihat pemandangan ibu kota di Kaka malam hari seperti ini.

Indah? Ah, biasa saja menurut mata Bara. Malam ini ia benar-benar gelisah sendiri.

Kepergian Kara tadi pagi itu benar-benar membuat ia tak lagi bisa untuk Bahagia. Sebenarnya apa yang salah saat ini? Bukankah harusnya ia merasa senang? Lalu apa ini? Mengapa saat wanita itu tak lagi ada di hadapannya ia masih menjadi orang yang membuat Dirinya tak ada gairah.

Ini belum termasuk dalam kategori malam karena sekarang masih jam sepuluh. Biasanya jam segini Kara akan selalu merepotkan dirinya dengan mengirim berbagai macam pesan yang menurut Bara sangat lebay. Dan saat ini entah kenapa ia malah merindukan hal seperti itu.

Ia merindukan saat Kara mengganggu nya dengan mengirim pesan begitu banyak serta telepon yang selalu berdering.

Tadi ia sudah menelpon Kara dan wanita itu sama sekali tidak mengangkat nya. Apakah wanita itu benar-benar ingin pergi meninggalkan dirinya?

Memikirkan itu membuat Bara terkekeh geli sendiri sambil menggeleng kan kepalanya. Mengapa hal bodoh seperti itu bisa melintas di pikirannya saat ini. Ia tahu dan semua orang juga tahu bagaimana cintanya seorang Kara padanya itu. Jadi,  pergi dari dirinya itu bukanlah hal yang akan terjadi saat ini dan seterusnya.

Ia mengambil ponselnya lagi dan kembali menekan tombol telpon pada nama Kara. Ia menunggu beberapa saat, menikmati suara deringan demi deringan dari seberang sana. Tapi tak ada tanda-tandanya bahwa telpon nya akan diangkat. Masih saja sama dengan tadi.

Seperti nya Kara benar-benar sedang mempermainkan dirinya. Ia mematikan telepon saat mendengar suara operator dari seberang sana berbicara.

"CK! Sok ngatris banget sih kamu! Udah untung aku cariin eh malah jual mahal gini. Mau kamu apa hm? Mau ajak aku main? Kamu pikir aku takut?" Bara terkekeh, menjeda rutukan nya pada ponsel yang sudah mati itu.

"Ah, jangan salah kan aku jika kamu akan berujung dengan penyesalan di kemudian hari nya nanti Kara, karena mungkin aku akan menceraikan kamu. Ah, aku tidak sabar bagaimana jika hal itu terjadi, apakah kamu akan Sudi berlutut di hadapan ku dan memohon agar aku tidak jadi menceraikan kamu hm? Aku benar-benar penasaran dengan apa yang akan terjadi nanti ya." Lanjut Bara lagi masih dengan suara kekehan nya itu.

Bara mengenggam dengan erat ponselnya itu hingga buku-buku Tangan nya bisa terlihat dengan jelas. Sepertinya ia benar-benar bertekad untuk hal tersebut.

Dari arah belakang, Anna datang dengan hanya mengenakan kimono. Ia langsung duduk disamping Bara dan tangganya mulai menjalari tubuh milik Bara, tak lupa juga ia mulai mencium leher Bara dengan begitu lembut. Memainkan nya dengan tempoh yang pelan yang bertujuan untuk membangkitkan gairah.

Bara mengambil tangan Anna yang baru saja ingin menyentuh benda pusaka nya itu. Anna sontak langsung menoleh ke arah Bara dengan tatapan yang sangat bingung.

Bara hanya mengembangkan kepalanya dan kemudian melepaskan tangan Anna dari genggamannya tangannya itu.

"Ada apa Bar?" Tanya Anna yang penasaran, tak bisa-bisa nya bara menolak disentuh olehnya. Biasanya laki-laki itu akan dengan sangat senang Jika ia menyentuh seperti tadi. Tapi kali ini kenapa? Dan ada apa sebenarnya yang sama sekali tak ia ketahui.

"Aku sedang tidak ingin Anna." Jawab Bara, ia berdiri dari posisi duduknya dan kemudian berjalan untuk meninggalkan balkon.

Ia sendiri tak mengerti apa yang membuat ia menjadi seperti ini. Dan ia menolak dengan keras jika hal ini berkaitan dengan kepergian Kara. Ia menolak untuk mengakui bahwa ia membutuhkan Kara.

Anna kembali bersikap seperti semula, mencoba untuk tidak memasukkan ke hatinya dengan apa yang dikatakan oleh Bara itu.

"Baiklah jika memang seperti itu yang kamu inginkan, aku tak akan lagi mengganggumu. Aku akan tidur sekarang dan kamu bisa pulang." Ucap Anna.

Meskipun ia mencoba untuk biasa saja, tapi sikapnya tak bisa melakukan itu. Ia tak pernah ditolak seperti ini dan tentu saja hal ini tak bisa untuk ia terima.

Bara menoleh ke arah Kara yang saat ini sudah berdiri bersiap untuk pergi meninggalkan dirinya.

"Kamu mengusirku?" Tanya Bara yang langsung membuat niat Anna yang ingin pergi itu langsung ia urungkan.

"Bukankah tujuanmu kesini untuk bersamaku? Jika kamu menolak ku maka untuk apa lagi kamu disini?" Sinis Anna.

Mendengar itu Bara langsung menghela napas panjang, ia menatap ke arah Anna yang sedang menatapnya dengan tatapan tidak bersahabat.

Ia menarik tangan Anna hingga membuat Anna yang tak siap itu mau tak mau jatuh ke dalam pelukan Bara.

Dengan cepat Bara langsung memeluk tubuh Anna, sementara Anna hanya membiarkan saja tubuhnya itu dipeluk tanpa berniat untuk membalas pelukan itu.

"Maaf, aku sedang lagi banyak masalah." Ucap Bara mencoba untuk menenangkan gejolak di dalam dadanya dan juga menenang kan Anna.

Ia tak mau melihat wanita itu marah apapun itu alasannya, ia hanya ingin melihat wanita itu tetap tersenyum seperti biasanya.

"Selalu saja seperti itu, ini sudah alasan ke berapa yang kamu ucapkan padaku Bar, tapi entah lah, kenapa aku harus selalu menjadi orang yang percaya dengan alasan itu." Jawab Anna, kali ini ia langsung membalas pelukan dari Bara itu.

Ia begitu mencintai Bara, dan mungkin ini adalah konsekuensinya menajdi ornag kedua dalam hubungan mereka. Harus selalu menjadi orang yang selalu mengerti meskipun tak kuat.

"Apa kamu mencintaiku?" Tanya Anna dalam pelukan.

Bara menganggukkan kepalanya, ia memejamkan matanya mencoba menghirup aroma tubuh Anna yang masih saja sama seperti saat masa mereka sekolah dulu.

"Parfum mu masih saja sama." Ucap Bara. Ia begitu suka dengan bau parfum Anna yang menurutnya selalu bisa membuat dirinya merasa begitu tenang.

Anna menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, "Bagaimana aku bisa mengganti parfum yang paling kamu suka ini hm? Semuanya masih saja sama tentang ku ini Bar, hanya kamu saja yang telah berubah. Terutama status mu yang kini sudah menjadi suami orang." 

Mendegar itu Bara diam, hatinya begitu pedih mendengar ucapan dari Anna barusan itu.

"Andai saja aku mempunyai dua pilihan waktu itu antara menikah dengan Kaira dan menyelamatkan perusahaan atau–"

Anna menguraikan pelukan  Mereka berdua dan kemudian mengelengkan kepalanya hingga membuat Bara mengantung kan kalimat nya.

"Tolong, jangan di lanjutkan lagi Semuanya Bar, aku belum cukup siap untuk membuka luka lama itu. Biar kan aku terbiasa dulu dengan semuanya ini." Ucap Anna dengan lirih, hati Bara seperti tercabik-cabik mendengar itu.