Lorong sekolah nampak lenggang, hanya terdengar sayup-sayup suara tanya jawab gitu dan murid. Sudah setengah jam lebih pelajaran berjalan setelah istirahat pertama, Kinan berjalan tergesa sambil membawa map yang di kasih Bu Esi guru BP. Walau tak melihatnya tapi Kinan tau isi dari map tersebut, terlebih tidak hanya dua tiga kali wanita paruh baya itu memberinya beberapa map serupa. Tanpa segaja gadis tinggi semampai itu menabrak Bu Lara, guru baru yang sejak pertama kedatanganya sudah memasang bendera perang dengannya.
"Banyak job ne ye, sampai meleng, nabrak gurunya gak sopan banget sih" Ucap Bu Lara sinis
"Aduh Bu maaf gak sengaja, saya permisi dulu ya Bu, sudah telat" Pamit Kinan tanpa mau peduli lagi dengan ucapan Bu Lara yang masih uring-uringan, ia sadar meladeni wanita itu hanya akan memperburuk keadaan. Jadi melarikan diri atau menghindarinya adalah pilihan yang terbaik, terlebih sekalipun ia juga tidak menyukai wanita itu tetap saja ia tidak dapat berbuat banyak.
Sampai disebuah ruang kelasnya, Kinan sempat mengintip sebentar sebelum mengetuk pintu dan izin masuk dari Pak Qomar. Lelaki yang mengajar bahasa Indonesia itu tidak terlalu peduli dengan urusan murid didiknya, Kinan juga tidak perlu menjelaskan banyak hal atas keterlambatannya. Segera setelah berhasil menjangkau tempat duduknya Kinan berusaha rileks, hari ini banyak hal yang membuatnya lelah.
"Rileks aja Kin, nanti gue pinjami catatannya" Ucap Dio sambil menunjuk papan tulis dengan dagunya
"Oke Di, makasih ya" Ucap Kinan tulus, terlebih memang sepertinya ia telah tertinggal banyak terbukti tulisan paling ujung perlahan menghilang berganti dengan tulisan lain.
Sekalipun di sekolah ini semua sudah serba canggih, namun Pak Qomar tetap menyuruh murid didiknya mencatat baginya sebagai guru bahasa Indonesia menulis secara manual dapat membuat murid didiknya lebih memahami daripada hanya di copy paste.
Dijam istirahat kedua udara lebih panas terlebih bertepatan dengan adzan Dzuhur, sehingga membuat para siswa memilih untuk tetap tinggal di dalam kelas. Namun itu tidak berlaku bagi keenam sahabat beda kelas, mereka memilih nongkrong di taman yang cukup rindang sehingga dapat menghalangi sinar matahari menyentuh langsung tubuh mereka. Kinan datang lebih awal, atas bantuan Dio gadis itu jadi memiliki waktu lebih banyak sekarang.
"Wahhhh ada acara apa nih tumben party" Karin yang kemudian datang segera mengambil tempat
"Gratis ni ya" Teriak Byta yang sudah memasukan beberapa makanan ke dalam mulutnya
"Ada acara apa sih Nan" Tanya Kinta yang datang bersama Hesty
"Gak ada, cuma pingin traktir kalian aja" Jawab Kinan "Icya kemana" Tanyanya tidak melihat gadis itu
"Biasa Mushola" Jawab Byta "Beneran nih gak ada udang dibaliknya" Byta masih tidak percaya
"Anggap aja sebagai perayaan atas kemenangan kalian tadi" Kinan meyakinkan "Lagiam pasti kalian belum makankan" Lanjutnya sambil menatap sesosok gadis mungil yang baru datang di ikuti dengan yang lain
"Apa kenapa" Tanya Icya bingung, ia tidak menyangka akan menjadi pusat perhatian karena datang paling akhir
"Gak papa, nih buat komandan pasukan pengibar bendera" Sindir Karin, namun Icya hanya nyengir sambil mengambil bebarapa jajanan
Icya paham betul apa maksud teman-temannya itu terlebih mereka memang selalu menentang keputusannya masuk dalam extrakulikuler paskibra, PMR dan karate. Bagi mereka semua itu cukup berat bagi tubuhnya bahkan kerap kali Icya cidera hingga sakit, bukan tidak menghargai perhatian teman-temannya. Namun Icya memiliki tujuan lain dengan mengikuti ketiga ekskul tersebut.
"Oh iya Nan, lo mau kita bantuin nonjok Bu Lara ya" Ucap Icya to the point
"Ihh bukan bukan kok" Semua mata menatap tak percaya "Huhhff kalian ini, emang sih pengen tapi ya gak beneran" Kelima sahabatnya ngakak, kini Kinan yang salah tingkah ia memang tak bisa berpura-pura di depan mereka.
"Kenapa lagi Nan, kamu berubah pikiran dan akhirnya mau menerima tawaran Bu Esu buat jadi model" Byta menohok
" Eh bukan kok, aku cuma gak nyaman aja sama perlakuan Bu Lara"
" Guru baru itu ya " Byta tak berhenti memakan kue di depannya
"Bukannya dia ngajar kecantikan, harusnya selain pandai merias dia juga pandai menggoda dong" Dengan polos Icya berucap
"Menggoda Bu Esi?" Byta mencibir "Kalian pikir gampang membuat guru BP kita tunduk semudah itu" Lanjutnya "Dengar-dengar Bu Esi tidak gampang terpengaruh, bila beliau memilihmu berarti Bu Esi melihat keseluruhan yang ada padamu Nan" Jelas Byta
"Kok Lo tau sedetail itu sih" Karin curiga
"Bryan yang bilang"
"Gak nyangka ternyata kalian sedekat itu" Karin pura-pura syok
"Emang harus bermesraan dulu ya bila ingin dapat info, lagian itu juga udah lama dan dia bilangnya diruang kelas bukan berbisik-bisik" Tekan Byta jengkel
"Kalau dipikir-pikir cara mengintimidasi Bu Lara memang keterlaluan, terlebih dia seorang guru jadi ku rasa itu bukan hal yang lumrah" Kinta berpendapat
"Entahlah, yang jelas apapun yang aku lakukan selalu salah di depannya, aku juga bingung harus gimana terlebih apapun yang keluar dari mulutnya tuh nyakitin banget" Ucap Kinan pasrah
"Emm denger-dengar sih bu Lara ke sini emang mo dekati Bu Esi, buat jadi model" Ucap Kinta
"Oya, kamu tau dari mana Ta" Tanya Byta
"Hemm Rafid, dia juga bilang bu Lara keponakan pak Kursono" Jawab Kinta
"Pantas" Ucap yang lain serempak, tanpa bertanya lebih, yang jelas mereka tau pak Kursono, kepala sekolah yang bijaksana dan baik, jadi tidak heran bila Bu Lara bisa dengan mudah masuk sekolah ini.
"Hai semua." Suara lantang seorang menyambut mereka
"Hai juga, kamu murid baru kesiangan itu ya" Tebak Kinta
"Hahh, murid baru kesiangan" Lelaki itu bertanya-tannya heran, namun detik berikutnya ia tau siapa dalangnya
"Apa liat-liat" Gadis berhijab itu menyentak, saat mata sang murid tertuju padanya
"La siapa lagi" Kata simpel memang namun dapat membuat semua mata tertuju pada sang pemilik suara, heran, Hesty tidak peduli dengan perubahan raut wajah teman-temanya dan entah sejak kapan buku yang ia baca telah tertutup di atas meja
"Wahhh kayaknya kau bakal menang telak deh Key" Ucap Juno, cowok yang kemudian menjadi teman akrab si murid baru
"Key? Emang nama kamu kunci ya" Byta bersuara
"Monkey tuh" Ucap Icya yang sedari tadi terlihat sebal
"Pletak"
"Aduh" Icya mengusap kepalanya, sedang Kinta mendelik kesal pada gadis itu
"Panggil saja Keyta" Lelaki itu memperkenalkan diri
"Hai Key, aku Byta, ini Kinta, lalu Kinan, ini Kafen dan mereka berdua kamu pasti sudah kenal ya" Byta menunjuk satu persatu temannya.
"Oh iya maaf, aku lupa nama kamu" Ucap Keyta pada Hesty.
"Gak papa, aku Hesty" Hesty mengenalkan diri, reaksi reflek gadis itu semakin menimbulkan kecurigaan beberapa temannya.
"Mau kemana Cy" Tanya Keyta ketika melihat Icya ngeloyor pergi.
"Udahlah Key, biarin aja dia, emang sering gitu" Kinan mencegah Keyta yang hendak menyusul Icya, gadis itu yakin cowok itu adalah kunci atas perubahan Hesty.