"Alhamdulillah Mas, aku udah sampai rumah."
Nadia mengirimkan chat kepada Mas Huda sekitar jam 9 malam. Saat itu Mas Huda sudah memulai mengecek laptop milik Nadia.
"Syukurlah kalau begitu Nad. Istirahat gih!" suruh Mas Huda.
"Ini baru dibuatkan mie sama ibuku. Katanya biar hangat," sahut Nadia.
"Kira-kira ... boleh nggak ya? Kalau misalnya aku titip salam sama bapak ibu kamu Nad? He ... he," tanya Mas Huda.
"Oh ... wa'alaikumsalam," sahut Nadia yang langsung membalasnya. Tentu saja itu artinya dia sama sekali tidak menyampaikannya kepada bapak ibuknya terlebih dahulu.
"Bercanda Nad. Lagian kan bapak ibuk juga belum kenal juga sama aku kan? Kapan-kapan kalau boleh aku main ya Nad," kata Mas Huda.
"Ooh ... I--iya Mas Huda. Boleh," sahut Nadia.
"Ya udah, makan dulu sana. Aku kerja dulu biar cepet bisa kelar," sahut Mas Huda.
"Mas Huda dah makan?" tanya Nadia.
"Belum sih, nantilah gampang. Masih kenyang sekarang," jawabnya.
"Oh ... yang penting jangan telat makan Mas. Ntar asam lambung naik lho," sahut Nadia.
"Iya, makasih perhatiannya lho ya. He ... he," jawab Mas Huda.
Mas Huda pun lantas melanjutkan kembali pekerjaannya. Mencoba berbagai cara agar laptop Nadia kembali normal. Dan setelah sekitar jam 11 malam, baru dia mulai lega.
"Yes! Berhasil!" seru Mas Huda sambil mengepalkan telapak tangannya.
Meski pada akhirnya dia harus mengganti dengan sparepart yang baru, tapi tidak masalah.
"Alhamdulillah, usai sudah. Tinggal kasih ke Nadia besuk lusa. Oiya, ada janji sama Rara juga besuk. Gimana ya?" batin Mas Huda di sela-sela lelah di mata dan otaknya.
"Wuihh .... bau apaan ini? Tahu aja kalau aku lagi laper," batinnya. Dia pun kemudian berjalan keluar dari kamarnya menuju ke dapur. Dilihatnya Hanifa yang ternyata sedang membuat mie goreng pedas.
"Fa ... sekalian dong," kata Mas Huda sambil mengelus perutnya.
"Nih! Aku udah baik ya, beliian sekalian buat Mas Huda tadi sore. Kalau masalah bikinnya, ya silahkan bikin sendiri. He... he," sahut Hanifa seraya mencibirkan bibirnya.
"Ah, kamu! Ya udah airnya sekalian dipanasin deh!" kata Mas Huda.
Hanifa pun kemudian memanaskan panci kecil di atas kompor untuk kakaknya, namun setelah itu ditinggalnya begitu saja untuk kemudian menyantap mie goreng miliknya sendirian di meja makan.
"Sorry ya Kak, aku duluan. He ... he," kata Hanifa sambil memamerkan sepiring makanannya di depan muka Mas Huda. Sementara kakaknya hanya melengos saja dan kemudian berlalu dari hadapan Hanifa. Mas Huda pun membuat mienya sendiri dan saat sudah matang pun, ternyata Hanifa sudah selesai.
"Alhamdulillah ... udah kenyang aku Mas. Bye Masku yang ganteng. He ... he," kata Hanifa yang lantas pergi meninggalkan kakaknya makan sendirian di meja makan. Mas Huda hanya bisa menggeleng kepala, tertawa sembari berkata,"Hush-hush-hush. Pergi sana!"
Tak berselang lama, Mas Huda yang sudah selesai makan pun kembali lagi ke kamarnya. Dia sama sekali tak menghiraukan meja kerjanya yang berantakan. Baginya, yang penting sudah kelar apa yang menjadi target utamanya. Hingga jam 12 malam baru dia bisa mengistirahatkan badannya.
Pagi harinya, seperti biasa dia harus dibangunkan oleh sang mama. Mamanya yang tak tahu jam berapa putranya baru mulai bisa istirahat semalam, yang jelas setiap pagi harus selalu bangun pagi. Seperti biasa, Mama Riri juga menyediakan camilan untuk mengawali pagi. Hari itu kebetulan hari minggu, dan Papa Ridwan berencana untuk bersepeda dengan teman-temannya.
"Bukannya hari minggu Ma? Papa kok udah rapi aja?" tanya Mas Huda.
"Tahu tuh," sahut Hanifa.
Keduanya sama-sama duduk di meja makan dan makan martabak telur sederhana buatan sang mama.
"Mau kemana Pa?" tanya Hanifa.
"Mau nyepeda lah ... biasalah," sahut sang papa dengan gayanya. Papa Ridwan pun lantas duduk bersama dengan kedua anaknya.
"Papa mau minum apa?" tanya Mama Riri yang tiba-tiba muncul di belakang Papa Ridwan.
"Mama! Ngagetin aja!" sahut Papa Ridwan sambil mengelus dada.
"Maaf deh Pa ... He ... he," sahut Mama Riri sembari memeluk Papa Ridwan dari belakang.
Sambil menepuk telapak tangan sang istri, Papa Ridwan lantas menjawab,"Susu boleh deh Ma."
"Siap, tunggu bentar ya Pa," jawab Mama Riri.
"Pa, Ma. Huda berangkat dulu ya." Mas Huda pun kemudian berdiri dan berpamitan dengan kedua orang tuanya.
"Lho ... kamu jam segini, hari minggu juga udah mau berangkat saja?" tanya Mama Riri.
"He ... he. Iya Pa, Huda ada acara penting," jawab mas Huda yang langsung mengambil jaketnya dan berangak pergi.
"Kamu nggak sarapan nasi dulu?" teriak Mama Riri.
"Nanti gampang lah Ma," jawab Mas Huda sambil berjalan menuju depan rumah dan menyiapkan sepeda motornya.
"Udahlah Ma, paling juga mau jajan di luar itu Mas Huda," celetup Hanifa.
"Lagi banyak servisan ya?" tanya Mama Riri.
"Ya, mungkin aja Ma. Semalam aja, sampai hampir jam 12 dia," sahut Hanifa.
"Kok kamu tahu?" tanya Mama Riri.
"Semalam kan bikin mie instan sama Hanifa Ma. He ... he," jawab Hanifa sambil tertawa.
"Astaga ... malam-malam mie instan," sahut Mama Riri.
"Sudah, namanya juga laki-laki. Jam segitu sudah biasa. Papa berangkat dulu ya Ma, Fa," kata Papa Ridwan yang sudah selesai sarapan.
Sementara itu, Mas Huda ternyata sudah berangkat duluan menuju ke rumah Kak Rara.
"Halo ..., Ra. Aku otw ke rumah kamu nih. Sorry aku belum bilang sebelumnya, soalnya aku baru ingat kalau nanti siang nggak bisa," kata Mas Huda menelpon Kak Rara.
"Astaga ... jadi kamu mau ke rumahku sekarang? Terus, dah sampai mana?" tanya Kak Rara yang tampak kebingungan karena dia baru saja bangun tidur dan masih sangat berantakan.
"Aku sudah sampai depan SMA 9 nih, kamu share lokasi ya Ra. Aku kan belum tahu pasti lokasi rumah kamu sebelah mananya sama SMA 9 ini," kata Mas Huda.
"O--Oke Hud. Habis ini aku share lokasi ya," jawab Kak Rara.
"Siap," jawab Mas Huda dan dia pun kemudian mematikan ponselnya dan menunggu kiriman lokasi rumah Kak Rara.
"Rara lama amat tinggal kirim lokasi aja," batin Mas Huda yang sebenarnya terburu-buru. Setelah lebih dari 5 menit, Kak Rara masih juga belum mengirim lokasi. Mas Huda pun akhirnya kembali menelpon Kak Rara.
"Halo ... gimana? Kok belum kirim juga Ra?" tanya Mas Huda.
"Eh ... halo Huda. Maaf-maaf, ini baru mau aku kirim ya Hud," jawab Kak Rara.
"Ya udah, buruan," jawab Mas Huda.
Setelah menerima lokasi rumah Kak Rara, dia pun segera menjalankan sepeda motornya meski dengan sedikit menggerutu karena ternyata lokasi rumah Kaka Rara itu sudah sangat dekat dengan lokasinya berhenti barusan.
*****
Bersambung ...